Mohon tunggu...
SYAMSUL BAHRI
SYAMSUL BAHRI Mohon Tunggu... Administrasi - Conservationist

Pensiunan PNS

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemulihan Ekosistem dan Pemberdayaan Masyarakat: Strategi Pencegahan Bencana Asap Akibat Karhutla

11 Desember 2019   14:51 Diperbarui: 11 Desember 2019   17:30 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Syamsul Bahri, SE[Purnatugas di KLHK, sekarang pemerhati lingkungan] dan Sismanto, SP[PEH pada Balai TN Berbak dan Sembilang-Jambi]

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama musim kemarau 2019 diberbagai wilayah di Indonesia cukup menyibukan dan menjadi pusat perhatian publik. Kebakaran hutan dan lahan tersebut selama tahun 2019, sampai akhir minggu pertama bulan desember 2019, dengan jumlah Hot Spot 27.686 seluruh Indonesia.

 Jika kita cermati grafik disamping peningkatan HS dimulai dari bulan Juli 2019 sampai sepetmber 2019 sebesar 54,43%, dan secara signifikan terjadi penurunan pada bulan Oktober menjadi 15,55%, sampai minggu pertama bulan Desember 2019 menjadi 0,47%

 Begitu juga wilayah yang terbakar sebagaimana grafik sebelah kanan dengan hot Spot diatas 5 % adalah adalah (1) Provinsi Kalimantan tengah 32,65%, (2) Provinsi Kalimantan Barat  19,10%, (3) Provinsi Sumatera Selatan 17,02%, (4) Provinsi Jambi 16,46%, (5) Provinsi Riau 10,58%, sedangkan Provinsi lainnya dengan Prosentase Hot Spot dibawah 5%.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Kemudian jika kita telah dari luasan areal yang terbakar diseluruh Wilayah Indonesia 857,755.00 ha, diperinci pada Provinsi Prioritas (1) Kalimantan Tengah 24,70%; (2) Kalimantan Barat 23,46%, (3) Kalimantan Selatan 20,88%, (4) Riau 13,96%, (5) Sumatera Selatan 9,70% dan (6) Jambi 7,29%

 Dari aspek Jumlah Hot Spot Provinsi Jambi merupakan urutan ke 4, sedangkan dari keluasan areal yang terbakar Provinsi Jambi merupakan urutan ke 6 besar.

 Dari aspek Periodenisasi bahwa kebakaran Hutan dan lahan dimulai pada bulan Juni sampai bulan November 2019, dengan rincian Provinsi Jambi dengan jumlah Hot Spot sebanyak 35.650 HS dengan luasan yang terbakar mencapai 39.638 Ha, dan jika kita tinjau dan kita bandingkan dari kejadian Hot spot tahun 2015 berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota di Propinsi Jambi, bahwa hotspot tersebut dengan rincian katogori 4 besar posentase hot spot tertinggi adalah (1) Kabupaten Muara Jambi (45,95%), Kabupaten Tanjung Jabung Timur (20,24%),

Sarolangun (9,13%) dan Kabupaten Tebo (7,8%), sementara Kabupaten/Kota lainnya berada di bawah 7,8% bahkan ada yang 0,0% seperti Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh.

 Kondisi yang diperkirakan sama pada Kebakaran Hutan dan Lahan tahun 2019 ini dibandingkan kebakaran hutan dan lahan tahun 2015, dimana sumber asap dan kebakaran hutan dan lahan terjadi dengan prosentase diatas 10% hot Spot adalah 1) Kabupaten Muara Jambi (45,95%), Kabupaten Tanjung Jabung Timur (20,24%), yang memiliki Kawasan ekosistem gambut yang sangat rentan akan ancaman bahaya kebakaran hutan dan lahan.

 Dari sebanyak 2618 Hot Spot tersebut pada tahun 2015, kecenderungan terbanyak terjadi di bulan September 2015 yaitu 1136 Hot Spot atau 43%, dan bulan agustus 2015 sebanyak 773 Hot spot atau 30%, serta oktober sebanyak 517 Hot Spot atau 20%, sisanya di bulan juli 2015.

 Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengemukakan, dari luasan kebakaran hutan dan lahan tahun 2019 adalah 99% terjadi karena ulah manusia. Sementara dari keseluruhan luas karhutla yang terbakar 80% di antaranya telah menjadi kebun (contan co.id. 10 desember 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun