Mohon tunggu...
Tazya Cantika
Tazya Cantika Mohon Tunggu... -

Belajar tidak kenal waktu, mencoba dan rerus mwncoba

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tindak Tutur dengan Bahasa Jawa sebagai Bahasa Ibu

27 Mei 2017   00:09 Diperbarui: 27 Mei 2017   09:25 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Syukur aladullillah kepada Allah Swt sehingga dimalam awal Ramadlan ini tepatnya tanggal 26 mei 2017 pukul 11.00 WIB.saya reami bisa bergabung diKompasiana. Baik sebagai artikel perdana saya.saya akan mencoba menulis.

saya malam ini. Disaat hati dan pikiran mengambang tak tau arah.kali ini saya mencoba menulis hasil dari apa yang ada diotak saya. Akan kucoba nulis lewat hp tanpa orek orekan haha.....

Terimakasih saya sampaikan kepada temen saya yang telah membantu dan memberi arahan kepada saya yang akhirnya dapat ikut bergabung dikompasiana dengan penulis -penulis yang hebat.mohon bimbinganny geh teman-teman.

Untuk mengingat pesan kali menulis mengalir saja dan jangan takut.karena kita masih tahap belajar. " Seng penting nulis"

Budaya Jawa mengatur tingkah laku manusia dengan adanya norma tertentu yang harus dipatuhi. Seperti yang pernah saya tulis dalam artikel lalu ada ungkapan Jawa "Ajining Diri Gumantung Saka Lathi " ( harga diri seseorang tergantung dari apa yang dikatakan) dalam masyarakat Jawa.Ungkapan tersebut mengandung maksud bahwa seaeorang perlu mempertimbangkan dan memikirkan baik -baik apa yang akan dikatakan,tidak hanya sekedar berbicara.Kata-kata yang sopan,sikap hormat,sikap santun, dan dapat menghargai orang lain merupakan sikap yang harua ditunjukkan ketika berbicara. Seperti yang dikatakan Susena(dalam Prayino, 2011:36) bahwa ada dua prinsip menghormati orang lain dan menjaga hubungan harmonis.

Kita sebagai salah satu guru kita dirumah sudah sepantasnya ikut belajat dan memberikannya kelingkungan budaya masyarakat.Kita mempunyai latar belakang budaya pasti sadar akan tempat atau empan papan dalam berbicara. Meski demikian, pada prinsipnya mereka masih memerlukan bimbingan dan arahan Dalam bertindak memutuskan sesuatu. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan formal berperan penting dalam upaya penanaman sikap dan karakter baik pada anak sejak dini ataupun di tingkat lanjutan.Guru, dengan demikian menjadi salah satu pihak yang perlu memberikan keteladanan kesantunan untuk siswa. Seperti dikatakan Musfah (2011:21)bahwa guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya, baik secara moral maupun intelektual.

Bentuk keteladan orangtua difokuskan pada tuturan yang digunakan.Tuturan orang tua yang dapat dijadikan teladan dibuktikan dengan pengucapan atau perkataan pemakaian bahasa yang sopan, dirumah orangtia berinteraksi dengan anak kesayangan kita.disekolah guru dan siswa berinteraksi pada saat kegiatan belajar mengajar dimasyarakatpun menggunakan tutur yabg baik.diuar jam pelajaran.Setiap guru baik laki - laki maupun perempuan mempunyai cara yang berbeda -beda dalam memilih tuturan yang digunakan intuk berinteraksi.

Maka kita sebagai oeang tua jangan enggan memberikan contoh berdialog dan berinteraksi dengan budaya Jawa.karena  berbahasa Jawa itu penting karena bahasa jawa adalah sebagai bahasa Ibu sehingga sangat berpengaruh dengan percakapan dan tindak tanduk kita sebagai seorang orangtua.Sudah sepantasny kitalah yng memberikan keteladanan didepan agar budaya jawa tidak hilang. Monggo sami sami kita nguri nguri budaya jawa.

Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun