Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Rumah Perubahan

Siang Konsultan. Malam Kuli Tinta Jadi-Jadian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Aylan, Nasibnya Bisa Saja Menimpa Kita

5 September 2015   19:54 Diperbarui: 5 September 2015   21:27 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: Santi Palacio/AP"][/caption]

Ketika melihat gambarnya pertama kali di laman Facebook, saya begitu terpukul. Namun saya mengerti, apa yang saya rasakan tidak sebanding dengan kesulitan yang tengah dihadapinya, Aylan Kurdi (3), sesaat menjelang kematiannya.

Saya kira kita semua tengah merasakan hal yang sama. Cepat atau lambat, gambar yang disebut-sebut tengah mengguncang Eropa dan dunia ini akan tersebar luas ke publik. Pertanyaannya, apakah masih cukup ada rasa empati yang tersimpan di hati kita semua?

 

Kealpaan kepemimpinan

Kematian Aylan merefleksikan bagaimana kepemimpinan dunia kini tengah mengalami krisis. Dampak sistemik dari kegagalan kepemimpinan tersebut tersebar di laman-laman utama media massa seluruh dunia, dari Semenanjung Arab hingga Eropa, dari Moskow hingga Washington. Sekurangnya ada tiga dampak dari kegagalan sistemik kepemimpinan yang terjadi dalam kasus ini:

Pertama, perang sipil di Suriah telah terjadi dalam kurun waktu empat tahun, dengan jumlah korban mencapai 200.000 jiwa. Namun hingga kini tidak ada upaya serius untuk menghentikan perang tersebut. Zona aman di beberapa titik di Suriah selalu gagal dibentuk, hingga akhirnya tidak ada satu tempat pun yang layak dihuni oleh warga negaranya sendiri.

Kedua, ketika para pengungsi Suriah menyebar di beberapa negara, seperti Lebanon, Turki, Irak, Jordania, dan Mesir, saat itu juga negara-negara lain di dunia angkat bahu. Bantuan PBB yang tercatat untuk pengungsi Suriah hanya mendapat alokasi dana sebesar 41%, dan bantuan dari pangan dunia (WFP) dengan alokasi pangan untuk pengungsi hanya sekitar 13.5 dollar AS per orang per bulan.

Ketiga, beberapa negara Eropa berupaya keras untuk mencegah para pengungsi masuk ke wilayahnya. Xenofobia dan demagogi menjadi alasan mengapa Eropa tidak ingin ada warga negara asing masuk ke negaranya. Rasa kemanusiaan seolah hilang tak berbekas.

Rangkaian kegagalan dan kealpaan para pemimpin di dunia dalam menyikapi perang sipil di Suriah terus dibiarkan bergulir tanpa penyelesaian yang pasti. Tidak hanya itu, lebih dari sepekan, Eropa justru terbelah dan masih sibuk berdebat dalam menyikapi krisis pengungsi dari negara-negara rawan konflik, seperti Suriah.

Gambar Aylan yang terdampar di dekat kawasan wisata Bodrum, Turki barat daya, tersebut merupakan hasil dari tidak adanya upaya Eropa dalam menyikapi persoalan pengungsi. Jika ditinjau dari perspektif sederhana, jumlah empat ribu pengungsi per hari yang masuk ke kawasan Eropa yang berbatasan dengan Suriah bukan lah angka yang besar bagi Eropa. Penanganan krisis pengungsi tentu akan mudah dilakukan jika Eropa memiliki komitmen politik yang kuat untuk memberi suaka bagi para pengungsi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun