Menyusuri jalanan Pantura, duduk bersama dan mendengarkan kisah dari orang-orang yang tersisih, tentang bagaimana mereka harus bertahan hidup, membuat saya seperti merasa sedang duduk mendengarkan guru mengajari kami.
Dari mereka, saya menjadi tahu bagaimana cara bertahan hidup selama puluhan tahun dengan fasilitas yang sangat sederhana, dan masa depan yang bahkan menurut saya tidak jelas.
Ketika menyalami salah seorang bapak Tua penjual pisang rebus, saya langsung tahu bagaimana seharusnya bekerja itu. Dari tangan kasarnya, ia pasti mengayunkan pacul dengan kuat setiap hari. Tubuh rentanya sama sekali tak menghalanginya untuk terus bekerja.
Ketika saya pamit ingin melanjutkan perjalanan dan meninggalkan Bapak itu beberapa lembar lima puluhan ribu, ia mencium tanganku. Lalu ia mendoakanku. Keluguan wajah dan sorot matanya tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya.
Ingin sekali aku mengajak teman-teman saya di Jakarta, untuk datang dan duduk bersama dengan Bapak tua itu. Agar mereka tahu bahwa ada begitu banyak orang-orang tersisih dan tak sempat menikmati rejeki berlebih. Semata-mata agar kalian tahu bagaimana harus bersyukur.
Saya kerap membaca keluhan orang-orang dari status yang mampir ke mesin android saya. Mereka mengeluh tentang segala hal. Tentang harga barang-barang yang naik, tentang iuran listrik yang naik, tentang pajak yang naik, tentang macet dan tentang segala hal. Saya malah menduga, jangan-jangan mereka yang mengeluh soal macet, meluapkan keluhannya dengan membuat status dari jok empuk mobil-mobil mereka yang sedang terjebak macet. Betapa manjanya kalian....
Kalau engkau ingin tahu pelajaran yang lebih banyak, maka duduklah barang sejenak di samping mereka. Biar engkau bisa dengarkan cerita tentang banyak hal.