Mohon tunggu...
Tareq Albana
Tareq Albana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Nominee of Best Citizen Journalism Kompasiana Awards 2019. || Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir. Jurusan Hadits dan Ilmu Hadits.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

2 Orang Professor yang Rendah Hati

17 Maret 2017   05:05 Diperbarui: 17 Maret 2017   06:09 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syekh Abdul Fathi Hijazi (Kiri) membalas salaman Seorang Syekh (kanan)| Dokumentasi pribadi

Memang fitrah nya manusia, yang senang jika dihormati, yang marah ketika dilecehkan, memang kita merasa bahwa kita memiliki harga diri yang harus dihormati oleh semua orang., kita mati-matian melakukan apapun supaya kita dihormati orang, dan mengancam orang yang menganggap remeh kita, banyak orang yang berusaha sekuat mungkin untuk mencapai hal itu, dihormati semua orang, di elu elu kan, melakukan berbagai cara, mulai dari sekolah setinggi mungkin, lalu mencari pekerjaan, dapat uang, menjadi kaya dan sukses, semua itu dilakukan semata-mata untuk mendapatkan penghormatan dari orang lain, lalu setelah didapatkan semua itu, dihormati semua orang, di elu elukan dan dia mearasa bahwa dia yang paling baik, dan semua orang adalah buruk dan lebih rendah dari diri nya.

Karena saking haus nya kepada penghormatan, setelah melakukan berbagai cara untuk mendapatkan penghormatan, banyak orang menjadi sombong dan angkuh dengan diri nya, menolak semua kebenaran, meremehkan orang lain, dan bersikap “bahwa saya yang paling tahu dan yang paling benar”.

Sudah banyak contoh dan bukti bahwa semakin tinggi kedudukan dan pengetahuan seseorang, semakin besar pula kesombongan orang tersebut, yang sangat tidak sesuai dengan pepatah “ibarat padi, semakin berisi, semakin menunduk”

Namun pepatah itu agaknya lebih sesuai jika kita sandingkan dengan kisah para ulama dan wali-wali Allah dimuka bumi ini. Seperti yang penulis alami langsung ketika belajar dengan seorang professor ternama dan ahli bahasa arab, beliau bernama syekh Abdul Fathi Hijazi, yang merupakan seorang professor dan dosen Universitas Al-Azhar Mesir yang sangat ternama.

Suatu hari, tatkala kami sedang belajar di sebuah masjid Universitas Al-Azhar di Mesir, Syekh Abdul Fathi sedang menjelaskan kepada kami tentang faidah dan keutamaan bahasa arab dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainya dimuka Bumi, ketika pengajian sedang berlangsung, masuk lah seorang syekh memakai jubah yang kira kira berumur lima puluhan –penilis tidak tahu siapa nama nya- ke dalam masjid, ketika beliau berada di pintu masuk masjid, terlihat beberapa orang menyalami dan ta’zim kepada beliau, penulis mengira syekh ini bakalan mengajar kepada murid muridnya juga disisi lain masjid, dan penulis pun mengalihkan pandangan kepada syekh abdul fathi yang menjelaskan pelajaran.

Namun hal yang tidak penulis duga terjadi, syekh yang baru masuk kedalam masjid itu langsung duduk bersama kami, dan ikut mendengarkan penjelasan syekh abdul fathi tersebut, penulis bersama para murid pun terkejut, begitu juga dengan syekh abdul fathi yang langsung terdiam melihat rekan nya sesama ulama duduk dilantai bersama para murid sedangkan beliau duduk diatas kursi.

Setelah diam cukup lama, syekh abdul fathi pun mempersilahkan syekh tersebut untuk duduk di sampingnya, karena beliau merasa syekh itu tidak layak untuk duduk dibawah sedangkan dirinya berada diatas kursi,  namun syekh itu menolak dengan senyuman, dan mempersilahkan syekh abdul fathi untuk melanjutkan pelajaran. Setelah itu syekh abdul fathi pun melanjutkan pelajaran.

Tidak hanya itu, setelah selesai pengajian, syekh itu langsung kedepan dan mencium tangan syekh Abdul fathi, syekh Abdul fathi pun membalas dengan mencium tangan Syekh tersebut. (bayangkan Syekh Abdul Fathi Hijazi tidak sungkan sungkan mencium tangan seorang Syekh yang lebih muda daripada dirinya!)

Takjub dan terkesima, maka penulis pun langsung mengabadikan momen yang luar biasa ini, walaupun hasil nya kurang maksimal, Karena jepretan itu bersifat spontanitas.

Begitulah kerendahan hati para ulama, yang keilmuan dan pengetahuannya tidak diragukan lagi, sudah diakui dan teruji, namun tidak gengsi atau malu untuk belajar dengan teman sejawatnya yang sama-sama ulama, bahkan duduk bersama para murid-murid beliau.

Itulah sosok seorang ulama, sang pewaris nabi, akhlak nya mulia, ilmu nya setia dan terbuka serta kemuliaan nya bertambah tatkala beliau merendahkan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun