puisi ini menyampaikan kehangatan dan keindahan momen kami berdua saat di Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
Aku duduk di tepi pagi seperti menyusun doa yang patah-patah Nikmati indah rupa bunga
ini adalah sebuah pantun ku yang bertemakan cinta.
Disuatu malam yang dingin di tepi jalan Aku berjalan menyusuri pinggiran ibu kota
Saat ini aku lemah teramat Seperti bunga yang layu
Dengan alam yang bersahaja aku menyatu dengan ketenangan
Korupsi menjadi-jadi. Hanya karena kerap tampak berbagi,dipuja-puji sepenuh hati. Kejahatan keji dianggap suci. Tamak kian tak bertepi. Kleptokrasi ad
15/06/2024.NAZARETHari itu, mungkin sebah batas telah dalang untuk datang. Aku menuju pantai, menghilangkan kegetiran. Mendengarkan bibir ombak
Sebuah percikan indah di langit pada akhir setiap hari. Bagaimana kita bisa menggambarkan keindahan seperti itu?
Segala hal yang nampak dan tak nampak akan mencapai tujuan dan hakikatnya jika ia telah memperoleh manfaat bagi sekelilingnya
Dalam sunyi malam memeluk Rindu. Hati bercerita tanpa suar
Kemana lagi kan kucarisudah jauh aku berjalan sendiribahkan tempat-tempat yang sunyitelah ku kunjungi
Menemukan keheningan ketenangan dan kedamaian, di pelukan bukit dan gunung-gunung.
Sekuntum bunga di tepi jalan, Indah mempesona hati yang lelah, Warna-warninya begitu merdu, Seakan menyebarkan kedamaian di sekelilingnya.
Seorang yang rindu akan kebersamaan dan merindukan hangat nya rumah
Semesta kecil, dimana kakak pertama saya yang dalam nyata telah tiada, namun di sini masih hidup, dan akan tetap hidup 1000 tahun seterusnya.
Karena kita hanya diberi dua pilihan..."Sabar tanpa tepi, atau syukur tanpa tapi"
Risau dan kesedihan seolah saling bercakap ria, menyambut batin yang tersiksa,
Dia menyadari bahwa pencarian sejati dalam hidup bukanlah tentang menemukan sesuatu di luar dirinya, tetapi tentang menyelami ke dalam dirinya sendiri
Menurut cerita orang tua-tua: petarung adalah orang yang cinta dan taat benar pada kekalahannya.