“Pulanglah, anakku,” bisiknya lirih, Meski tanpa rambut hitam, kasih tak beralih.
Rindu pulang terus menghantui pikiran ini. Rindu pulang terus menggangu pikirkan ini. Rindu pulang terus ada dalam menapaki hidup yang rumit ini
Beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat doa.
Di balik kayu sungkai yang rimbun, terhampar kisah cinta terpendam. Temukan keindahan tersembunyi di setiap baitnya.
Jika pertemuan ini adalah cinta abadi, maka aku tiada menyesali.
Ijinkan aku menyelami sekilas di Samudera hatimu Peluk sejenak untaian canda canda rindu
kenapa kering kerontang...Kata - kata berserakan di selasarLusuh percuma meretas hampaKenangan semu apalagi yang kamu
Puingku, di mana Kau berada? Aku rindu. Tuhan, Pada puing pecahan berwarna biru
Pertanyaannya, adakah kita juga merindu kembali? Jawablah dihati kita masing-masing!
Di jalan ramai dan kafe sepi Merindukanmu adalah menemukan ketiadaanmu
Akulah si manusia perasa Menunggu selesa yang tak kunjung tiba Mengharap dekap oleh sang dayita
Sebuah cerita tentang cinta dan cita yang berawal dari Jalan Gejayan dengan bus kota yang selalu yang menghantar dari satu tempat ke tempat lainnya.
Sepi, Sendiri, Rindu Sepi aku sendiri Hembusan angin semilir menemani
Bakpia salah satu makanan khas Yogyakarta sekaligus sebagai ikon kuliner. Biasa dijadikan oleh-oleh simbol kenangan kunjungan ke kota tersebut.
Barangkali rindu adalah jalan bebas peraturan.
Rindu begitu kuat, sulit tercerabut dari bumi
Memupuk kerinduan untuk insan termulia dan agung. Kanjeng nabi Muhammad SAW
Sajak puisi terus menjadi amunisi dalam menapaki perjalanan rindu yang belum bertemu.
Dalam sunyi yang mendalam, rindu terbit seperti fajar, menghampar di hati yang gelisah, mengulang-ulang nama itu: Muhammad, kekasih yang jauh namun se
Tak berbekasTak bisa lepasDan musnah lenyap seketikaBegitu saja dengan mudahnya