Konsumsi menjadi mantra, hedonisme menjadi arena.
doc. pribadiDi sudut dapur yang hangat, ibu adalah matahari yang tak pernah terbenam, cahaya lembut yang menyapu rasa dingin
Puisi kerinduan yang terobati karena telah bertemu kembali.
Sekali lagi, berpulanglah bunyi Bersama pelukan ruang yang tak lekang warnany
Jangan pernah menyerah, pada mimpi-mimpi indah Karena Allah selalu memberikan yang terbaik.
Dalam pelukan ini, kuberikan segala kasih, Anakku, kau adalah dunia dalam pelukan hangatku
Dalam selimut embun, pagi menyapa, Sinar mentari, menari gembira.
Angin membawa lirih bayu, Menelusup di celah-celah hati, Menggugurkan kenangan yang semu, Meninggalkan jejak rindu yang tak bertepi.
Dalam pelukan hangat, kegagalan ditinggalkan,Menuju masa depan yang cerah dan ceria selalu
Kerinduanku padamu takkan pernah pudarSeperti bintang yang tetap bersinar di malam gelap
Mari kita merangkai hari-hari menjadi syair, menorehkan keindahan dalam setiap bait
Perjalanan menuju pengucapan sebuah janji pernikahan
Senja datang dengan bisikan lembut Melukis langit dengan rona merah jingga
Dalam keheningan, cinta kita tak pernah pudarLangit dan bumi menyatu dalam pelukan senja
Capek ya meyakinkan perasaan diri sendiri untuk bertahan tapi diberi jawaban oleh keadaan.
Asumsi Cinta #Bagian 2 - Menjadi puisi tanpa kata Menghiasi lembaran kehidupan
Asmara ini, lukisan kebahagiaan kita, membawa damai dalam hati yang tenang,
Saat malam sunyi mulai menyelinapRindu-rindu yang sudah penuh ini memaksa menyeruakSampai kapan aku menabung rindu?Di mana aku muarakan rindu ini?
Dalam pelukan hujan aku mengenang, Setiap detik yang pernah kita bagi,
Langit kelabu merangkulku dalam kesunyian, Dan angin berbisik lirih di telingaku.