Di atas kertas bernoda, kutulis sajak rindu yang tak pernah habis,
rindu di ujung malam adalah sebuah puisi sederhana tentang kerinduan kepada seseorang yang tak bisa di temui
Citra Diri yang Gemilang Ukirkah namamu dalam lembaran emas
Berapa banyak a dalam katamu? Bagaimana dengan mantra dan nama yang kau punya. Kalau begitu, sekali lagi, siapa namamu?
Meski singkat, kebersamaan ini sudah cukup untuk meyakinkanku mengadu kepada Tuhan untuk memilihmu.
Kemenangan di bulan idul adha, rayakan kebesaran ini, sunah Rasulullah,
Aku tak tahu apakah ucapanmu waktu itu keluar dari jiwamu yang paling dalam. Mungkin saja iya.
Dia yang tak kan pernah sadar akan cinta yang tertanam ini
Namamu tersusun dari huruf mati dan hidup. Agar semua terangkai indah kemudian bermakna
Kau pintar, kau bijaksana, dan istimewa Nona - Atanshoo
Dalam sepi malam yang sunyi,Ku panggil hanya namaMu, dalam bisikan hati.
Ada nama abadi di hatiku tapi tak bisa ku genggam bersama roda waktu berhenti
Setiap ketukan nafasku, tertoreh namamu yang ku rindu di balik luka
entah sampai kapan aku bertanya?
Ketika puisi bersemi kembali ini kenyataanMenggugah hati terdalam tuk keindahanHamba yang fakir ilmu menginginkanTertoreh namamu dalam deretan
Cinta adalah hal yang tak terhindarkan oleh mata ketika ia melihat keindahan dan senyuman yang memabukan hati sehingga aku ingin sekali mendekatimu
Kita dan sandiwara hebat yang tak tahu akan ke arah mana
Aku meletakkan namamu bukan di jantung, Karena pastilah hanya berujung tergantung
Ia “menjual” nama kekasih hanya untuk kepentingan pribadi. Atas lakunya itu, satu orang merugi. Kebutuhan hidupnya tak lagi terpenuhi.