Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat untuk Guru

25 November 2015   06:54 Diperbarui: 25 November 2015   07:58 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini katanya hari GURU.
Ya guru, sosok yang kita kenal sebagai pendidik, pengajar atau orang yang memberi ilmu kepada kita. Guru, sosok yang katanya harus dihormati, dihargai oleh semua muridnya. Terima kasih Guru...

GURU, di hari ulang tahunmu.
Izinkan aku menghadiahimu sebuah kado. Kado tentang apa yang harus kamu ajarkan kepada aku, kami murid-muridmu.

GURU...
Ajarkan aku, ajarkan kami.
Untuk lebih RESPEK. Lebih menghormati, lebih menghargai. Tentang hidup, tentang orang lain, tentang diri kami sendiri. Bukan hanya respek terhadapmu, guru... 

Guru ajarkan kami untuk lebih RESPEK.
Karena guru bukanlah orang yang paling hebat. Guru juga bukan orang yang paling pintar. Guru tidak dibangun atas ikatan guru-murid yang bersifat patriarkis aristokrat. Guru juga bukan raja, yang kata-katanya jadi kebenaran tunggal. 

Guru ajarkan kami untuk lebih RESPEK.
Lebih menghormati diri kami sendiri, menghargai hidup kami sebagai anugerah Tuhan. Ajarkan kami, murid-muridmu unruk tidak mementingkan penampilan tubuh ketimbang isi kepala. Bukan tampang tapi otak. Bukan lahir tapi batin. Bukan kata-kata tapi perbuatan. 

Guru ajarkan kami untuk lebih RESPEK.
Respek terhadap diri kami sendiri. Respek terhadap orang lain. Respek terhadap hidup yang diberikan Tuhan.
Karena kami, bukan berada di sekolah sirkus yang harus "pintar dan terampil". Karena kami bukan sekolah agar menjadi penurut. Karena kami ingin lebih menghormati dan menghargai hidup. 

GURU, di hari ulang tahunmu
Kamu meminta muridmu berubah. Maka guru juga harus berubah. Karena zaman pun berubah. Peradaban berubah. Gaya hidup berubah. Sifat dan karakter banyak orang berubah. Semua itu butuh cara untuk menyikapinya, butuh sikap lebih RESPEK. 

Guru ajarkan kami untuk lebih RESPEK.
Sebuah sikap yang lebih menghormati, menghargai. Sikap yang mulai hilang, telah tergerus oleh gengsi, ego, atau kesombongan kita sendiri. 

Saling menghujat, saling menuding, saling menyangka, saling bermusuhan, saling bersengketa. Hingga hilang rasa peduli di antara kita. Di antara kamu guru dan aku muridmu. Itu semua karena kita tak punya lagi sikap RESPEK. 

Guru, ajarkan kami lebih RESPEK.
Karena kami boleh pintar tapi tak boleh sombong. Kami boleh pintar tapi kam tetap peduli sesama. Kami boleh pintar tapi bukan untuk menganiaya yang lain. Kami boleh pintar tapi kami harus tetap bersahaja. Kami butuh lebih respek. Lebih menghormati dan menghargai diri sendiri, orang lain dan hidup itu sendiri. 

Guru, ajarkan kami lebih respek.
Agar kami lebih bisa menerima realitas. Agar kami menjadi apa adanya dalam hidup. Agar kami menghornati, menghargai yang ada di sekitar kami. Dan respek tidak ada hubungan dengan uang, harta, pangkat atau jabatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun