Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maaf, Tak Ada Panen Bagi yang Tak Menanam

31 Oktober 2015   17:40 Diperbarui: 26 Februari 2016   21:07 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maaf, tak ada panen bagi yang tak menanam.

Gak menanam kok mau memanen?
Itu kalimat logis. Berlaku buat siapapun, dalam hal apapun. Agak menyentil memang. Tapi gak bisa dibantah. Gak boleh ada orang yang gak menanam, tapi mau memanen. Tanam dulu baru panen. Sederhana kan ...

 

Tapi sayang, sekarang makin banyak orang yang gak menanam tapi mau memanen. Sebagian hati atau akal manusia dirasuki ingin "memanen" tanpa mau "memanen". Alias gak berbuat banyak, tapi ingin dapat banyak. Gak mau ikhtiar, tapi doanya minta bagian yang banyak. Apa mungkkin orang yang disuruh ngejuallin mau dapat lebih banyak dari yang jual?

Sungguh patuut direnungkan. Gak menanam tapi kok ingin memanen. Aneh sekali kalo masih ada yang begitu.

Gak nanam kok pengen panen.
Pernah merasa begitu gak kamu? Kalo pernah sangat manusiawi kok. Tapi jangan juga dijadikan kebiasaan. Kalo gak nanam ya gak usah ngarep panen. Kebun di manapun kalo gak ditanamin gak bakal ada hasilnya. Pohon apapun kalo gak ditanama gak bakal bisa dipanen. Sampe kiamat juga kalo gak ada yang nanam gak bakal ada buahnya. Kadang kita emang suka aneh, gak nanam tapi pengen panen. Sekolah dimana sih kita ...?

Nanam, tanam, menanam. Apalah namanya. Itu yang harus dilakukan.

Intinya, kita perlu ikhtiar, usaha terlebih dulu. Sebelum memperoleh hasil. Kalo orang pintar bilang proses dulu, baru hasil. Semua juga ada prosesnya, bukan tahu-tahu udah ada hasilnya aja. Gak mungkin ada buah kalo gak ada pohonnya, gak mungkin ada pohon kalo gak ada yang menanam. Kita aja yang kadang silau, seolah-olah nikmat dan anugerah yang kita punya hari ini terjadi secara instan. Gak mungkinlah, semua juga ada prosesnya. Ada saat menanam, ada saat memanen.

Gak bakal jadi buku kalo gak mau nulis. Gak mungkin dapat uag kalo gak mau kerja. Gak mungkin bisa jadi rumah kalo gak dibangun dulu. Filosofi penting dalam hidup, TAK ADA PANEN BAGI YANG TAK MENANAM.

Kamu tahu gak pohon singkong. Itu singkong dianggap siap panen kalo udah 9 bulan. Waktu ditanam cuma berupa batang, 20cm. Bayangin petani singkong, harus kasih pupuk, merawat pohonnya hingga 9 bulan. Begitu panen, harganya cuma Rp. 500 per kg dibeli tengkulak. Itu juga kalo mulus, hujan normal dan gak kena hama. Petani singkong bilang ke saya, mereka sudah menanam tapi harga setelah panen gak masuk akal. Tapi hebatnya, mereka tetap menerima, Alhamdulillah. Dan tetap menanam singkong, biar kamu bisa beli keripik singkong di swalayan atau bisa bikin kolak singkong. Enak kan kamu ….

Gak nanam, kok mau panen.
Gak berbuat kebaikan kok mau dibaikin. Gak pernah memberi kok maunya menerima. Gak kerja kok mau gajian. Gak pernah nulis kok mau punya karya. Gak rajin belajar kok mau juara kelas. Gak pernah senyum kok mau disenyumin. Gak tahu prosesnya kok mau nikmati hasilnya. Ada yang salah pastinya dalam diri kita.

Atau baru dimulai, dirintis dah buru-buru pengen dapat hasilnya. Jadi gak ngerasain perjuangan, tantangan bahkan merintisnya saat memulai apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun