Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

DAtang KUmpul KEnang KETawa (DAKU KEKET); Itu Cukup buat Angkatan 89 SMAN 30 Jakarta

10 Agustus 2015   22:20 Diperbarui: 10 Agustus 2015   22:25 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sahabat, ketahuilah:
Kehidupan tanpa para TEMAN itu seperti kematian tanpa para saksi.

Coba deh kita renungi kalimat itu. Masihkah kita butuh teman?
Jawabnya, tentu. Karena teman atau sahabat itu orang-orang yang sama-sama berjuang, dalam situasi dan keadaan apapun. Kita sering sebut “teman seperjuangan”, saat di sekolah, saat mencari kerja, saat nongkrong dan saat-saat lainnya.

Hari ini, esok dan di masa tua nanti.
TEMAN atau PERTEMANAN pasti diperlukan, dibutuhkan oleh siapapun. Karena tiap manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial, makhluk yang harus bersosialisasi. Pertemanan, di mana pun, tidak selalu dibangun atas dasar jalinan hubungan rasional semata. Berteman atas kepentingan sesaat, janji, atau subjektifitas itu salah, mudah bubar dan “dimakan waktu”. TEMAN dan Pertemanan yang sesungguhnya berpijak atas dasar ikatan emosion, yang dilandasi oleh nilai-nilai ketulusan, kejujuran dan kasih sayang. Pertemanan itu tidak dibangun atas dasar EGO. Karena bagi kita, teman atau sahabat bukanlah RAGA, tapi JIWA.

Lha, emang masih ada TEMAN atau PERTEMANAN atas dasar JIWA?
Nah, inilah saaatnya kita merenung, berpikir sejenak tentang arti pertemanan. Berapa banyak ikatan alumni atau komunitas tongkrongan yang “niatnya” tak lekang oleh waktu, tapi akhirnya hanya “seumur jagung”. Ikatan alumni atau komunitas, apalah namanya, banyak yang “mati suri” jika tidak mau dibilang “mati dengan sendirinya”.

Mengapa pertemanan kita bisa mati suri?
Jawabnya sederhana, kita menggunakan EGO dalam berteman. Banyak orang memakai “jaket” kekinian untuk mengenang masa lampau. Kita sering lupa, pangkat, jabatan, kedudukanatau status sosial yang kita miliki adalah hari ini, sedang pertemanan justru terjalin di masa lalu. Maka harusnya, Anda, kamu, saya, aku seharusnya “melepas” jaket KEAKUAN dalam pertemanan. Berteman adalah KITA, Kamu dan Aku bersama-sama.

Emangnya masih ada, cara berteman yang seperti itu?
Masih, salah satunya adalah Angkatan 89 SMA Negeri 30 Jakarta. Komunitas alumni SMA 30 yang lulus 26 tahun lalu. Hingga kini mereka masih bersama, bersatu menjalin silaturahim dan kekompakan atas dasar KITA, bukan AKU. Siapa elo hari ini tidak terlalu penting. Tapi yang penting adalah KITA pernah bersama satu sekolah, satu angkatan. Satu rasa, satu jiwa dalam berjuang belajar semasa di SMA. Gaya bicara, gaya becanda hingga tampilan Angkatan 89 SMAN 30 ini tidak banyak berubah. Kecuali tampang dan body tubuh. Ada yang dulu jelek jadi cantik, ada yang dulu ganteng jadi jelak hehe, yang bener?

Angkatan 89 SMAN 30 Jakarta, saat ini bekerja di berbagai bidang. Segala rupa, tapi tetap menjaga “satu nafas” dalam pertemanan. Kok bisa? Iya, karena mereka tidak membangun hubungan pertemanan di atas “EGO” pribadi. Mereka yang menjunjung tinggi spirit yang sederhana, yaitu DAKU KEKET alias DATANG KUMPUL KENANG KETAWA.

  1. DATANG, jalinan hubungan yang lebih emosional untuk DATANG di saat ada undangan pertemuan. Angkatan 89 SMAN 30 sadar, pertemanan akan bisa langgeng bukan hanya untuk “merasa menjadi bagian” tapi butuh untuk “datang” ke dalam bagian, saat ada undangan yang belum tentu sering terjadi.
  2. KUMPUL, jika sudah datang maka berkumpul, menjadi SATU menjadi KITA dalam nuansa kekompakan, kebersamaan dan saling pengertian. Seperti pepatah, “mangan ora mangan sing penting ngumpul”. Setiap kita akan menjadi kokoh dan solid bila mau KUMPUL. Jika tidak, maka kita akan tercerai berai.
  3. KENANG, menjadi momentum untuk mengenang masa-masa di sekolah, masa-masa nakal pada era 89-nan. Mengenang ruang kelas, mengenang guru, mengenang cewek atau cowok yang disukai. KENANG, kata sederhana yang memiliki “kekuatan makna” pada jiwa kita masing-masing. Kenanglah pacar-pacarmu itu, walau akhirnya gak jadi jodoh hahaha
  4. KETAWA, menjadi momen untuk membangkitkan rasa ruang gembira. Ketawa, tertawa meengenang perilaku, cerita lucu sewaktu sekolah. Dan ingat, KETAWA di zaman sekarang sulit padahal menyehatkan. Kesibukan kerja, stress atau keseharian masing-masing makin membuat kita susah tertawa. Maka, KETAWA-lah karena itu penting.

Spirit DAKU KEKET Angkatan 89 SMAN 30 Jakarta inilah yang menjadi landasan dalam membangun pertemanan. Pertemanan yang tanpa pamrih, pertemanan yang tulus dan komit untuk selalu DATANG KUMPUL KENANG KETAWA.

Berteman, tidak perlu memaksakan ide, tidak perlu memaksa harus berbisnis (jika belum mungkin). Berteman yang tidak membawa “embel-embel” pangkat, jabatan atau status sosial. Maka, pertemanan itu akan langgeng dan gak rusak karena “tersakitinya” sebuah hubungan. Memangberteman di era sekarang, kita perlu cara yang BEDA, cara yang lebih kreatif untuk memeliharanya. Tidak sekadar kumpul lalu bubar.

Mengapa? Karena Angkatan 89 SMAN 30 Jakarta, yang notabene saat ini berumur di kisaran 45an tahun plus minus menyadari sudah tidak tua, tapi juga tidak muda. Usia yang nanggung, dan bisa berpotensi sehat atau mungkin ada juga penyakit.

Lalu apa yang hendak dituju? Satu saja, tetap menjalin silaturahim. Sebagai simbol pertemanan. Dimanapun dan kapanpun. Karena mereka memang “dibesarkan’ di era yang gak mungkin terulang lagi. Era remaja, 26 tahun lalu, yang basisnya ikatan sekolah dan tongkrongan semasa SMA. Mereka sadar, 10 atau 20 tahun mendatang, mereka mulai “kesepian”. Di saat itulah, pertemanan Angkatan 89 SMAN 30 akan lebih terasa, lebih dikangeni dan ingin selalu bisa diulang saat-saat REUNI atau pertemuan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun