Mohon tunggu...
Syaifud Adidharta
Syaifud Adidharta Mohon Tunggu... lainnya -

Hidup Ini Hanya Satu Kali. Bisakah Kita Hidup Berbuat Indah Untuk Semua ?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mitos "Ratu Kidul" Wanita Cantik Pesisir Selatan Pantai Pulau Jawa

22 Oktober 2012   10:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:32 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Mitor keberadaan Ratu Kidul atau Ratu Pantai Selatan Pulau Jawa hingga sampai sekarang baru hanya sebatas mitos dan kajian kepercayaan masyarakat Jawa yang kiat mengental kuat jauh dari syariat agama yang sebenarnya (ilustrasi: Syaifud Adidharta)"][/caption]

Apakah anda dan kita semua percaya dengan cerita Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari kita mungkin akan berkata, tidak !. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup di masa zaman atau lingkungan keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita tersebut...

Sementara itu keberadaan Nyi Roro Kidul sebagai penguasa pantai selatan tidak bisa dilepaskan dari kerajaan Mataram. Bahkan saat Mataram terpecah menjadi dua, Surakarta dan Yogyakarta, mitos penguasa pantai selatan masih tumbuh subur di masyarakat pesisir selatan pulau Jawa.

Kuatnya keyakinan masyarakat bahwa pendiri kerajaan Mataram, yakni Panembahan Senapati, memiliki hubungan khusus dengan Nyi Roro Kidul membuat aura dan kewibawaan kerajaan ini senantiasa diliputi dimensi gaib. Tak hanya Panembahan Senopati, bahkan hubungan 'istimewa' ini terus berlanjut sampai ke keturunannya yang menjadi raja di Yogyakarta.

Dan kepercayaan terhadap adanya Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Kita pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol ‘gaib’ konon dipakai oleh mantan presiden Soekarno.

Selanjutnya tentang kepercayaan keberadaan Ratu Kidul tersebut diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahunSri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Banyak versi cerita Ratu Kidul yang belum bisa dibuktikan dengan kondisi perkembangan zaman, namun mitos keberadaan Ratu Kidul di zaman ini hanya bisa menjadi bagian kekayaan budaya Nusantara yang indah (ilustrasi: kaskus.co.id)"][/caption]

Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semangyang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena “diambil” oleh sang Ratu.

Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta)memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.

Menguatnya mitos Kanjeng Ratu Kidur menjadikan sebagian besar masyarakat pesisir laut selatan pulau Jawa yang masih tradisional,  mengangap laut selatan pulau Jawa adalah tempat menggantungkan hidup yang membawa kemakmuran bagi masyarakat pesisir selatan tersebut. Dari laut mereka mendapatkan makan dan menghidupi keluarga. Laut pun kemudian diperlakukan tidak sembarangan dan mereka percaya bahwa ada kekuatan besar yang berada di dasar laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun