Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Juergen Klopp, Romansa sebagai "Orang Kedua" yang Sudah Selesai

2 Juni 2019   20:00 Diperbarui: 4 Juni 2019   19:25 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : www.liverpoolfc.com

Juergen Norbert Klopp, lelaki kelahiran Stuttgart yang beberapa jam lalu sukses membawa pulang trofi Liga Champions musim 2018/2019 ke pangkuan Liverpool itu sejatinya adalah bukti dari sebuah kalimat motivasi pasaran yang berbunyi: Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. 

Entah siapa pun pencetus kalimat itu pada awalnya, ia sepertinya harus berterimakasih pada suami Sabine Klopp dan Ulla Sandrock. Karena tanpanya, kalimat itu lebih terdengar seperti omong kosong yang memekakkan telinga para pecandu dan penikmat sepakbola.

Bertubuh besar dan tegap, paruh baya kelahiran 16 Juni 1967 itu sudah kepalang tahun dikenal sebagai penyusun strategi yang anti partai final. Melatih Mainz 05 sejak 2001 hingga 2008, dan Borussia Dortmund pada 2008 sampai 2015, satu-satunya piala yang ia bawa pulang dari laga puncak --sebelum juara bersama Liverpool-- tercatat pada 12 Mei 2012 saat panji pasukannya, Borussia Dortmund sukses meluluhlantakkan rival bebuyutan, Bayern Munchen dengan angka 5-2.

Demam finalnya mulai tercium pada musim 2012/2013 ketika kembali bersua lawan yang sama, tim berzirah merah menyala dengan julukan Bavaria. Ketika itu, masih bersama tim kuning-hitam, ia malah terjungkal dengan skor tipis 2-1 di panggung mewah Wembley, Inggris dalam partai bertajuk der-klasiker di puncak tertingging pesta klub bola Eropa.

Musim 2013/2014 serta 2014/2015, ia dan The Borussian harus kembali menelan pil pahit di partai akhir DFB-Pokal. Munchen, di musim 2013/2014 sukses membatalkan pestanya, semusim sesudahnya, giliran Wolfsburg yang mengubur mimpinya menimang trofi berbentuk cangkir dengan kaki panjang itu untuk yang kedua kalinya.

Meskipun pernah mendominasi Liga Jerman dengan bertahta sebagai kampiun pada periode musim 2010/2011 hingga 2011/2012, ia tetap harus mengakui bahwa waktunya di Signal Iduna tidak lagi manis Magisnya sudah habis. Gegenpressing-nya sudah tipis. Ia tidak dipecat, lebih seakan menyadari bahwa saat itu dirinya bukan lagi orang yang tepat.

Klopp angkat koper, bergeser beberapa senti pada gambar peta benua Eropa. Di tahun tahun 2015 ia dan filosopi menyerangnya menuju pijakan berikutnya, tanah Queen Elizabeth, bersama Liverpool. Tim yang identik dengan warna merah --bahkan berjuluk Si Merah. Dengan pencapaian yang minim selama beberapa musim. Peramu mereka sebelumnya lebih seperti tokoh kesepian yang bahkan gagal mencintai kehidupannya sendiri.

Mantan penyerang Mainz 05 itu datang ke tanah Merseyside berbekal empat belas tahun berkarir sebagai pelatih profesional, serta dua gelar Bundesliga dan satu Piala DFB-Pokal bersama Dortmund.

Sialnya, Liverpool pada musim perdana di bawah kendalinya (2015/2016) harus terjerembab sebagai tim papan tengah, diapit oleh West Ham dan Stoke City. Nasib timnya di FA Cup bahkan hanya sampai pada babak keempat.

Ketidakberuntungannya di Dortmund sepertinya belum hilang. Pada musim yang sama, Klopp harus tunduk di partai final sebanyak duakali. Di Piala Liga timnya takluk dari Manchester City lewat drama adu penalti, sementara di partai final Europa League yang waktu itu jadi satu-satunya pintu mereka menuju Liga Champions, Liverpool dibuat hening oleh Sevilla lewat satu gol Kevin Gameiro dan brace dari Coke. Meskipun sempat bersuka ria lewat gol pembuka Daniel Sturidge di menit ke-35.

Musim 2016/2017 adalah masa transisi Liverpool bersama Klopp dari permainan berputar-putar a la Brendan Rodgers ke Gegenpress yang lebih baik. Liverpool finis di urutan keempat, di bawah Manchester City. Namun masih tetap harus kembali ke Anfield sembari memandangi lemari trofi yang berdebu tanpa piala baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun