Mohon tunggu...
Surya Al Bahar
Surya Al Bahar Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri surabaya

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aktif di organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Komisariat Unesa dan PAC. IPNU Kecamatan Glagah. Selain itu, kesehariannya sering menulis puisi, cerpen, dan opini untuk konsumsi sendiri dan aktif di beberapa kelompok diskusi, salah satunya kelompok diskusi Damar Asih. Selain di kompasiana, ia juga sering mengabadikan tulisannya di blog pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perbaikan Tanpa Ada Ralatan

15 Agustus 2017   21:38 Diperbarui: 15 Agustus 2017   22:11 6723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Baru (Sumber Gambar : Google)

Dunia dan kehidupan adalah sebuah tantangan jasmani dan kerohanian. Gejolak batin dan lahiriah selalu beriringan dengan situasi maupun kondisi di sekeliling manusia. Kerohanian sangatlah berperan penting ketika hati tidak bisa menentukan arah tujuan panah meluncur ke tempat sasasaran. Ketika semua sasaran sudah dianggap tepat, barulah hati yang selalu mengarahkan mana baik dan buruk saat menju  tepat ke sasaran tersebut. Kadang orang berfikiran kalau sasaran pusat itu tidaklah terlalu penting, kadang juga ada orang  menganggap itu sangat penting, bahkan beberapa orang merasa itu sama sekali tidak penting.

Dari situ orang dibuat berbeda karena sebuah prinsip kehidupan masing-masing. Apalagi tentang kehidupan yang mengenai pendidikan. Dengan semua analogi itu, lebih tepatnya apabila semua persoalan di titik beratkan tentang pendidikan. Pendidikan sudah menjadi barang kebiasaan bagi semua pemberdaya kemanusiaan. Karena hubungan manusia dan penidikan sangatlah kuat erat sambungannya. Beda lagi dengan soal pembelajaran, pembelajaran disampaikan dengan materi-materi yang sudah disiapkan dan telah tersusun secara sistematis  turun temurun. Pelaku pembelajaran seperti siswa dari tingkat bawah sampai ke maha yaitu mahasiswa. Maha dari siswa-siswa, yang tingkatannya sudah lebih tinggi dari tingkatan siswa. Sistem pemikirannya tentu saja berbeda. 

Apalagi dengan perilaku, sudah jelas berbeda. Perpaduan antara pemikiran dan perilaku saling mengikuti. Ketika pemikiran baik, maka otomatis perilaku pun mengikutinya dengan baik. Pembahasannya pun sudah berbeda lagi dengan siswa, biasanya pembahasan seputar anak kuliah adalah tentang ideologi dan idealisme, pokoknya yang mencangkup dengan intelektual. Ada yang berintelektual tinggi, ada yang sedang dan ada yang rendah. Bahkan ketika mereka sedang santai minum kopi bersama atau hanya sekadar kumpul diskusi, tidak menutup kemungkinan mereka membahas persoalan yang sedang dan yang rendah tadi. katanya  Kalau tidak berideologi berarti kurang berprinsip. Kalau tidak idealisme berarti kurang berfikir. Itu sih kata orang-orang. Bukan kata saya.

Soal Mahasiswa

            Lingkungan sangatlah berperan penting bagi mahasiswa. Kalau bergaul dengan mahasiswa yang suka bermain game, secara tidak langsung kita dianggap anak yang kurang ideologis, kurang membaca. Kalau kita bergaul dengan anak yang kebiasaan setelah kuliah langsung pulang, justru kita dianggap anak yang kurang pergaulan atau mahasiswa kupu (Kuliah pulang). Kalau setiap harinya kita terbiasa kuliah rapat, ada lagi yang berpendapat kalau itu aktivis, entah itu aktivis ekstra kampus atau aktivis intra kampus.  Bahkan kebanyakan mereka mengikuti rapat itu pun tidak tahu rapat apa. Itulah kekuatan peran lingkungan. 

Semua anak digiring presepsinya dengan mengkuti anggapan-anggapan yang kurang semestinya. Pengendalian sosial ini perlu ditekankan kepada setiap mahasiswa. Pola pikir semacam ini seharusnya tidak perlu ada. Percayalah semua manusia pasti mempunyai prinsip yang berbeda-berbeda. Kalau tidak percaya, manusia sejak dari kecil sudah mempunyai prinsip untuk menata hidupnya sesuai dengan oposisi keadaan jiwa dan pikirannya.  Ada yang sadar, ada yang belum sadar, ada yang tidak sadar. Dari ketidak sadaran itu, mahasiswa bisa dikatakan sebagai makhluk mandiri, dilihat dari segi tingkah berpikirnya. Mahasiswa dilatih untuk berfikir secara kritis, tanggap, dan ahli dalam menanggapi persoalan-persoalan disekelilingnya. Mahasiswa dituntuk bisa berfikir secara rasional dan irasional.

            Apa yang tidak bisa ditangkap secara akal, maka mahasiswa harus bisa menangkap itu secara irasional atau ketidak masuk akalan. Sebaliknya, apabila mahasiswa tidak bisa menangkap persoalan secara irasional, maka setidaknya persoalan tersebut dicari titik pusatnya yang berhubungan dengan logika. Permasalahannya, mahasiswa saat ini hanya dituntut untuk berifkir bagaimana kuliah mendapat IPK bagus, IPK tertinggi, tapi pemahaman secara subtansinya dihilangkan, sehingga mahasiswa kurang bisa berfikir secara mandiri. Cara penyampaian materi selalu ditekankan berbeda di dunia perkuliahan. Kuliah ini supaya nanti bekerja ini. Jurusan ini supaya nanti menjabat disini. Mahasiswa sudah hilang rasa kemurniannya. 

Sadar atau tidak sadar, kita dari kecil selalu diajarkan oleh guru kita peribahasa "ada udang di balik batu". Setiap kebaikan atau perilaku pasti ada maksudnya. Mungkin Itulah salah satu yang menjadi permasalahan. Apakah setiap kebaikan pasti ada maksud tertentu. Kalau memang seperti itu, maka hilanglah keikhlasan orang berbuat baik, karena kesalah pahaman tentang ungkapan tersebut. Belum apa-apa orang sudah berfikir keburukan. Mahasiswa lebih cenderung berfikir untuk mengutamakan nilai dari pada hati. Padahal nilai hanyalah hasil dari perasaan hati. Hati mu ikhlas, hatimu jujur, hati juga bergantung pada fikiran, bila hati dan fikiranmu jernih, Insyaallah nilai atau hasil adalah imbalan dari prosesmu yang sudah berjuang.

            Sebagai seorang mahasiswa, bisa dikatakan orang yang berintelektual tinggi. Kata berintelektual adalah tanggung jawab yang diamanahkan kepada semua Mahasiswa. Intelektual adalah orang yang berpengetahuan tinggi. Secara sikap orang berintelektual, tentunya tau bagaimana sikap yang harus diambil jika mengendalikan suatu permasalahan, baik itu di dalam dirinya sendiri ataupun di luar dirinya. Lebih sulit mengendalikan persoalan dari dalam, dibandingkan dari luar, karena ini soal lawan yang harus dihadapi. Kalau dari dalam musuhnya yaitu diri kita sendiri, sedangkan dari luar bisa kita kendalikan dengan mudah, sebab musuh yang dihadapi sangat jelas terlihat dan nampak, yaitu diri kita sendiri. Ada kunci untuk melawan semuanya, caranya dengan melatih ikhlas, sabar dan selalu beranggapan baik kepada sesama manusia.

Peran Mahasiswa

           Melihat pergolakan persoalan  negara seperti ini, peran dan tugas mahasiswa sangatlah diperlukan. Persoalan bangsa yang bertubi-tubi menghujani Indonesia merupakan tanda kalau Tuhan sangat mencintai dan menyayangi hamba-hamba nya. Karena dengan cobaan, manusia akan naik kelas dari kelas sebelumnya ke kelas yanglebih tinggi. Semoga Indonesia adalah negara yang di cintai Tuhan. Kita sebagai rakyat kecil hanya bisa menunggu, kapan kenaikan kelas itu akan datang. Hubungannya dengan mahasiswa yaitu Pemikiran-pemikiran mahasiswa sangat dibutuhkan, mengingat mahasiswa juga termasuk kelompok penggerak Nasional. Penggerak berarti mengarahkan suatu orang untuk bertindak, bangkit secara sadar dari titik awal ke titik selanjutnya. Bahasa lain bisa juga dibilang sebagai seorang pengingat. Namun manusia harus mempunyai kadar kepekaan rasa untuk mengatur tingkat kesadarannya. Mungkin bisa belajar dari sistem rumah tangga, ibu-ibu biasanya membuat skala prioritas yang berguna untuk mengatur segala pemasukan dan pengeluaran, namanya juga prioritas, mana yang harus dipentingkan, didahulukan dan mana yang harus di nomor duakan. Hubungannya dengan mahasiswa adalah, kita harus bisa menerapkan sistem skala prioritas tersebut dalam menyikapi persoalan-persoalan yang mengelilingi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun