Demi kesenangan dan kebahagian orang lain, sering dengan sadar kita mengorbankan diri.
(Supartono JW.12082016)
Pernah dengar orang berkata, “Bukannya saya mempersoalkan ya? Saya hanya mengingatkan kok?” Atau kalimat sejenis yang bila ditafsir, maka maknanya akan sama, bahwa pada dasarnya, sebenarnya orang tersebut mempermasalahkan, mempersoalkan dan hanya berdalih dengan pura-pura mengingatkan, namun hatinya tetap tidak bersih.
Analogi ini barangkali tepat bila saya coba terapkan dengan kasus mengemukanya berita tentang karangan bunga untuk Ahok di Balai Kota. Apa yang salah dari karangan bunga untuk Ahok? Apa salah tetap mendukung Ahok yang kalah dalam pemilihan Pilkada dengan karangan bunga? Apakah di larang mengirimkan karangan bunga bagi pendukung setia Ahok, meski Ahok kalah dari Anies? Apakah karangan bunga ini diberikan untuk Ahok di saat dan waktu yang tepat? Atau memang karangan bunga ini ditujukan lebih dari maksud mendukung Ahok meski kalah, namun dibalik itu, ada tujuan lain?
Harapan seluruh penggawa dan rakyat bangsa ini agar berakhirnya Pilkada khususnya Pilkada DKI, suasana dan peri kehidupan antar pendukung paslon kembali harmonis dan nyaman, nyatanya, satu kata saja yang diupload di medsos, lalu saling memancing individu antar pendukung paslon kembali memanas. Terlebih kini, karangan bunga untuk Ahok juga dimunculkan dalam publikasi dan medsos. Terang saja, medsos kembali ingar-bingar perseteruan dalam perang kata antar pendukung.
Kelaziman karangan bunga
Lazimnya pengiriman karangan bunga, selama ini memang terbatas pada dua hal. Pertama sebagai ucapan selamat (kebahagiaan), seperti mengucapkan selamat atas pernikahan, pembukaan usaha baru, kenaikan jabatan, dan sejenisnya. Prinsipnya selamat atas kemujuran dan keberhasilan. Kedua, pengiriman bunga juga sangat lazim untuk ucapan belasungkawa(kesedihan), atau kematian seseorang.
Jadi, bicara menganai karangan bunga, maka mindset/pemikiran masyarakat awam selama ini tentang karangan bunga selalu identik dengan kebahagiaan dan kesedihan. Dengan adanya karangan bunga untuk Ahok, maka mengakibatkan pemikiran, ide, perasaan, persepsi, memori dan pengetahuan masyarakat Jakarta yang cerdas. Apa dibalik maksud karangan bunga untuk Ahok dari para pendukung dan simpatisannya?
Bila karangan bunga tersebut dimaksudkan sebagai arti kelaziman yang pertama, tentu tidak mungkin. Pasalnya, Ahok kalah. Bila tujuan pemberian karangan bunga diartikan sebagai tanda belasungkawa, juga tidak masuk akal dan di luar logika. Namun, bila menilik dan menganalisis kata-kata dalam karangan bunga yang ada, karangan bunga yang ada bisa jadi ditujukan sebagai tanda setia dan cinta pendukung kepada Ahok. Meskipun Ahok kalah, para pendukung, tetap ada di belakang Ahok dan tidak berbalik arah mendukung paslon yang menang. Rasa kebersamaan, rasa setia kawan, rasa persatuan antar pendukung akhirnya ditujukan dengan rangkaian karangan bunga.
Boleh jadi juga, ingar-bingar dari kasus karangan bunga ini sebenarnya dibesar-besarkan oleh pendukung Ahok sendiri yang memang tidak menerima atas kekalahan Ahok, jadi maksud karangan bunga itu memang ditujukan untuk memanasi pendukung Anies. Lalu pendukung Anies juga mencari kebenaran tentang asal-usul karangan bunga yang tidak lazim tersebut.
Mengapa karangan bunga muncul setelah lebih dari sepekan kekalahan Ahok? Bukannya ucapan selamat untuk kebahagiaan atau untuk kematian biasanya tidak menunggu hitungan hari? Ada apa dibalik kiriman karangan bunga ini?