Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dahsyatnya Penertiban Penumpang di Atap Kereta

30 Agustus 2014   13:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:06 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh; Akhmad Sujadi

Masalah perkeretaapian begitu banyak dan rumit. PT. KAI sebagai operator sering dihadapkan dengan berbagai permasalahan menyangkut ketertiban dan perilaku penumpang yang aneh-aneh, mengganggu ketertiban umum, membahayakan, berisiko maut dan membuat citra perkeretaapian bangsa ini jelek. Masalah yang seharusnya tidak terkait dengan operasi KA dan pelayanan penumpang, masih terus membelenggu PT. KAI dan ini harus diselesaikan.

Masalah pedagang asongan di atas KA, di peron, penumpang tanpa tiket, dan penumpang di atap kereta merupakan masalah klasik, yang telah menaun dan belum dapat diselesaikan secara permanen pada masa sebelumnya. Kini masalah-masalah tersebut telah dituntaskan jajaran PT. KAI di seluruh lini pelayanan,dalam rangka menciptakan pelayanan KA yang bermartabat, manusiawi.

Masyarakat Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya setiap pagi dan sore disuguhi pemandangan tidak tertib ketika menyaksikan aksi penumpang di atap KRL Ekonomi. Demikian juga pada sore hari, pemandangan yang sama dengan mudah disaksikan masyarakat. Pemandangan penumpang di atap kereta telah berlangsung lama, lebih dari 15 tahun lalu. Alhamdulillah berkat kerja keras jajaran kereta api, dapat diberesi dalam waktu cepat.

pemandangan suasana penumpang atap ka di stasiun itayam pada 5 Februari 2008. (foto :Yos Asmat)

PT. KAI sebagai operator KRL Jabodetabek bukannya tidak pernah berbuat untuk mengatasi penumpang di atap KRL. Sudah berbagai cara dilakukan untuk mengatasinya, namun usaha itu belum berhasil mengatasi secara permanen. Pemerintah dan DPR pun turut campur dengan membuat aturan, larangan penumpang naik di atas atap kereta telah tertuang dalam Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2007, tentang Perkeretaapian.

Dalam salah satu pasal Undang-undang Nomor. 23 disebutkan, dilarang naik di atap kereta, disambungan kereta dan di kabin lokomotif. Sanksi dari larangan itu juga pidana tiga bulan penjara atau denda Rp 300 juta. Namun ancaman itu tidak diindahkan para penumpang yang suka naik di atap kereta. Direktorat Jenderal Perkeretaapian sebagai inisiator lahirnya Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2007, juga telah berupaya maksimal untuk mengatasi masalah penumpang di atap kereta bersama PT. KAI, namun hasilnya masih belum menggembirakan.

Sebenarnya mengatasi penumpang di atap kereta mudah, ganti saja seluruhrangkaian KRL Ekonomi dengan rangkaian KRL ber-AC yang secara teknis atapnya lebih tinggi. Atap KRL AC yangsecara teknis lebih tinggi dibanding KRL Ekonomi,akan membatasi ruangpenumpang yang mencoba naik ke atap. Apabila penumpang memaksakan diri naik di atapakan terkena kawat listrik aliran atas (LAA) yang dipasang di atas KRL sebagai penyalur energi listrik bertegangan tinggi.

Secara teknis pula atap KRL Ekonomi jauh lebih rendah dibanding atap KRL AC, sehingga penumpang merasaaman ketika beradadi atap KRL ekonomi. Rendahnya atap KRL Ekonomi telah memperlebar jarak antara kabel LAA dengan atap, sehingga ruangan ini dimanfaatkan oleh para atapers untuk naik di atap kereta. Mereka dudukatau tiduran di atap KRL seolah sudah lengket dengan atap kereta, sehingga mereka bisa dengan nyaman duduk di atap KRL.

Meskipun mereka merasa nyaman karena sudah biasa, namun bagi kita yang tidak biasa dan penanggung jawab operasi KRL keberadaan penumpang di atap tentu menjadi beban karena menujukkan kemampuan PT. KAI dan pemerintah dalam menyelenggarakan jasa KA terkesan tidak tertib dan membiarkan ketidaktertiban dalam pelayanan.

Meskipun sudah puluhan korban tewas akibat tersengat listrik KRL, toh penumpang di atap KRL masih banyak dantidak mudah diatasi. Dari tahun ke tahun korban terus berjatuhan, terutama pada lintas Jakarta-Bogor. Sejak 2008 hingga 2012, ada sekitar 24 orang korban tewas akibat tersengat listrik, namun penumpang tidak kapok dan tetap nekad naik di atap KRL. Penumpang di atap yang kapok hanya yang telah tewas meninggalkan kita.

Untuk mengurangi korban tewas akibat tersengat LAA,PT. KAI telah berupaya dengan berbagai cara. Mulai cara halus persuasif hingga cara berisiko tinggi yang mengancam maut. Cara halus dilakukan dengan pendekatan persuasif, pendekatan melalui sekolah-sekolah, RT/RW, pemasangan spanduk, penyebaran brosur, ceramahustad di stasiun dan melalaui poster selebarankepada para ataper, sebutan untuk penumpang yang suka naik di atap kereta.

1409353506356667917
1409353506356667917
sosialisasi kepada para pelajar pada 9 Mei 2011 di stasiun Jakartakota. (foto:Yos Asmat)

Upaya berisiko dilakukan melalui semprotan air dengan cairan berwarna yang diarahkan langsung kepada para atapers. Kemudian memasang kawat berduri di atap KRL, memasang kawat berduri di peron stasiun tertentu,pemasangan barier penampar penumpang di atap dan bola-bola beton. Dari berbagai upaya itu, baru bola-bola beton yang efektif menghilangkan penumpang di atap. Sayangnya bola-bola beton tidak mungkin dipasang di jalur KRL karena ada pantograf untuk mengalirkan listrik KRL.

Langkah keras terakhir dari PT. KAIsesuai hasil rapat Direksi dengan jajaran teknik di Balai Yasa Manggarai, yaitu menurunkan kawat trolly agar jarak antara atap KRL ekonomi dengan LAA lebih dekat dan diharapkan tidak ada lagi peluang penumpang untuk naik di atap. Dengan menurunkan kawat LAA diharapkan penumpang akan takut dan berhitung ketika akan naik ke atap KRL Ekonomi.

Penurunan kawat trolly ini hanya efektif 2 hari, ketika seorang penumpang di Stasiun Cilebut tersengat listrik dan jatuh. Korban tidak meninggal namun wajahnya gosong. Peristiwa ini diharapkan menjadi pelajaran bagi ataper yang lain. Jatuhnya seorang ataper di Cilebut seharusnya menjadi suatu pelajaran bagi para ataper lain untuk tidak naik ke atap KRLlagi. Namun alih-alih langkah ini berhasil, langkah ini malah membuat aksi penumpang semakin atraktif ketika menghindari kawat trolly yang diturunkan di stasiun-stasiun tertentu. Langkah ini pun kandas dan belum berhasil.

Karena berbagai upaya belum berhasil, PT. KAIlebih serius dalam melakukan penertiban. Gong peranguntuk mengatasi atapers dimulai lagi dengan mengerahkan sejumlah petugas keamanan. Penumpang yang tertangkap didata, diajukan ke polisi, namun penertiban ini juga tidak bertahan lama. Karena petugas yang dikerahkan juga memiliki keterbatasan waktu,karena ketersediaan anggaran. Pada akhirnya PT. KAI kalah. Penumpang di atap kereta masih bandel dan sulit diturunkan.

Hasil rapat kordinasi Daop 1 Jakarta, telah menugaskan jajaran Kamtib untuk melakukan semprotan lagi, namun kali ini berbeda dengan cara penyemprotan tahap pertama di mana alat semprot menempel pada orang dengan tangki digendong petugas keamanan. Semprotan kali ini dipasang permanen. Dari hasil survey tim teknis,alat semprot inidipasang di perlintasan Kalibata. Pertimbanganya tersdia air, listrik dan mudah terjangkau petugas keamanan.

14093536211568302766
14093536211568302766
Petugas mengahalau penumpang atap di stasiun Citayam 3 Januari 2012, (foto:Yos Asmat)

Pada era 2008 telah diupayakan menurunkan para atapers dengan menyemprot penumpang di atap. Alat semprot dari tangki penyemprot hama padi pernah dipakai PT. KAI untuk menghalau penumpang di atap, namun manjur hanya beberapa saat saja. Semprotan air yang dicampuri warna makanan itu hanya bertahan seminggu. Karena didalam kereta penuh, mereka naik ke atap lagi, bahkan para penumpang di atap kereta melakukan perlawanan kepada para petugas. PT. KAI pun gagal menertibkan penumpang di atap KRL.

Karena mendapat tugas memasang alat semprot, jajaran Kamtib segera melakukan surveydengan para teknisi LAA dan kemudian dilakukan rekayasa teknik untuk memasang semprotan permanen. Dipasanglah alat semprot pada awal Maret 2011 untuk tahap pertama di gardu PJL Kalibata. Beberapakali alat semprot ini efektif membasahi penumpang, lalu penumpang yang terkena semprot digiring petugas untuk didata dan disadarkan di Stasiun Manggarai.

Ketika alat semprot ini mulai diketahui media, maka ekspose makin gencar. Hal-hal yang aneh dalam penanganan suatu masalah di lingkungan KA telah memberikan nilai berita dan menempati rating yang cukup bagus, terutama media televisi. Kisah alat semprot penumpang di atap KRL menjadi perhatian media. Bahkan beberapa TV luar negeri juga tidak melewatkan langkah berani PT. KAI ini sebagai bahan liputan.

Memasuki hari kesepuluh pengoperasian alat semprot permanen di perlintasan KA, para atapers mulai melakukan aksi perlawanan. Gardu PJL tempat memasang alat semprot dilempari batu, botol kaca, hingga olie bekas. Ketika naik ke atap penumpang telah siap dengan batu dan berbagai macam benda untuk melempari petugas. Perlakuan penumpang melempari gardu PJL telah membuat panik penjaga pintu.Maka petugas PJL langsung meminta semprotan dilepas, jangan dipasang di PJL karena yang menjadi sasaran penjaga pintu kereta.

Selain melempari petugas penjaga pintu perlintasan, para penumpang lain menyikapinya berbeda-beda, ada yang ekstrim ada yang senang dengan berbagai trik cara menghindari semprotan air. Penumpang di atap kereta tidak kehilangan akal, ada yang membawa payung untuk melindungi diriketika melewati alat semprot, sehingga seperti orang menghindar dari hujan, meskipun disemprot, baju tidak basah, mereka lolos sambil ketawa terbahak-bahak dan mengejek upaya PT. KAI.

Selain membawa payung ada pula penumpangyang membawa jas hujan untuk melindungi diri agar tidak basah terkena air semprotan. Mereka menggunakan satu jas hujan untuk dipakai ramai-ramai beberapa orang, mereka juga dapat terhindar dari semprotan air. Mereka senang bisa lolos dan ketawa-ketawa dapat mengelabuhi upaya PT. KAI menghilangkan penumpang di atap kereta. Mereka puas seolah mendapat kemenangan suatu pertandingan.

Puncak dari penggunaan alat semprot ini terjadi pada tanggal 13 Maret 2011. Ketika itu, setelah melewati perlintasan Kalibata, para penumpang sebagian besar basah kuyup. Sesuai SOP penumpang yang naik di atap dan kedapatan basah,di Stasiun Manggarai ditangkap, dimintai keterangan dan proses penyadaran. Ketika melihat rekanya ditangkap para penumpang lain tidak terima. Mereka sontak meneriakkan lawan petugas, akhirnya terjadi persitiwa anarkis, pengrusakan stasiun Manggarai di pagi hari.

Ruang pengawas perjalanan yang biasa memberikan nformasi hancur dilempari batu dan berbagai benda apa sajauntuk melakukan perusakan. Bahkan berdasarkan tayangan vidio dari HP, ada seseorang yang menghancurkan kaca ruang pengawas peron menggunakan tangga bancik yang ada di peron stasiun. Beruntung petugas Stasiun Manggarai sigap dan segera mengumumkan KRL Ekonomi segera diberangkatkan, melihat keretanya bergerak para perusuh langsung naik kereta.

Upaya PT. KAI tidak pernah berhenti untuk menangani penumpang di atap kereta. Setelah memasang alat semprot dan gagal, PT. KAI merekayasa teknik dengan memasang alat penampar penumpang yang diberi nama Barier. Alat ini terbuat dari fiber dipasang antara ketinggian atap, posisi pantograf dan juga ketinggian penumpang. Ide pemasangan alat ini datang dari bagian Listrik aliran atas (LAA). Karena pemasangan alat ini berisiko tinggi, maka sosialisasi dilakukan lebih luas, bahkan anggota DPR dari salah satu Partai datang ke Kantor Daop 1.

14093537451680913409
14093537451680913409
Kondisi atap KRL yang terbebas dari penumpang atap, (Foto: Yos Asmat)

Tujuan mendatangkan anggota DPR tentu untuk memperoleh dukungan, bahwa upaya PT. KAI tidak pernah berhenti, terus berusaha untuk menurunkan dan mencegah penumpang naik ke atap kereta. Setelah melalui sosialisasi yang cukup, pemasangan pun dimulai. Karena terkait aliran listrik, maka pemasanganalat ini dilakukan pada dini hari, karena harus mematikan aliran listrik. Pemasangan pun waktunya terbatas, hanya 4 jam masa senggang atau window time ketika tidak ada KA yang melintas.

Setelah pemasangan alat barier ini, harus diterjunkan pula para petugas keamanan karena di stasiun kantong penumpang biasa naik ke atap dan stasiun sebelum melewati barier itu, para penumpang harus diingatkan, diturunkan. Pada awal pemasangan, para penumpang di atap kereta mulai takut terbentur dan mengurungkan naik ke atap. Namun penumpang bandel ini tidak kehabisan akal. Mereka membawa kayu untuk menyambit atau memukul barier.

Usaha para penumpang di atap tidak sia-sia. Pada hari ketiga mereka berusaha mematahkan alat barier, mereka berhasil dan alat penampar itu bengkok. Maka bersoraklah penumpang di atap kereta sebagai tanda kemenangan. Mereka seoalah merayakan kemenangan atas musuh mereka, PT. KAI yang telah berupaya dengan susah payah memasang berbagai alat perintang untuk mencegah dan menurukan paksa parapenumpang di atas atap kereta. Meskipun gagal dengan pemasangan alat ini, PT. KAI tidak pernah menyerah, mencari solusi yang lebih baik.

PT. KAI terus berusaha mencari solusi untuk mencegah penumpang naik ke atap kereta. PT. KAI berusaha melakukan pendekatan persuasif dengan mendatangkan grup marawis dari Yayasan Futuhatul Aytamdari Citayam pimpinan Ansori Bejo. Grup Marawis ini merupakan suatu perkumpulan para mantan penumpang di atap kereta yang telah sadar dan mengajak kawan-kawan untuk tidak naik ke atap kereta.

Cara pendekatan persuasif ini juga mengambil dari komunits mereka, didaerah asal para atapers. Grup marawispun diambilkan dari daerah Citayam, lengkap dengan ustadnya, yaitu ustad Abdul Gani Jamal yang memberikan ceramah berisihimbauan agar penumpang tertib dan menjaga keselamatan diri masing-masing dan tidak naik di atap kereta.

Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh grup Marawis ini juga bertema larangan naik ke atap kereta. Maka media sangat tertarik dengan upaya persuasif PT. KAI ini. Iringan musik marawis mengalun setiap pagi secara bergilir mulai Stasiun Bojonggede, Ciatayam dan Depok. Hampir setiap pagi TV menayangkan upaya langka ini sebagai bahan liputan. Meskipun mendapat pujian masyarakat, upaya ini hanya mempan sementara, seminggu. Ketika penumpang terdesak ingin berangkat atau pulang kerja dan keretanya penuh sesak, atap kereta tetap menjadi pilihan.

Karena penumpang di atap kereta tidak hanya terjadi di lintas Jakarta-Bogor saja, namun juga pada lintas Jakarta-Bekasi dan Jakarta-Serpong. Untuk lintas Jakarta-Bekasi dan Jakarta-Serpong penumpang yang naik di atap bukan di atas KRL, namun di atas KA Lokal Jakarta-Rangkasbitung dan Jakarta-Cikampek. Bagi penumpang di atap di lintas ini dapat diatasi dengan pemasangan boal-bola beton yang dipasang pada lintas Bekasi-Cikarang, lintas yang belum dipasangi elektrifikasi belum ada jaringan LAA dan belum dilayani KRL.

Dengan pemasangan bola-bola beton di Bekasi, Tambun dan Cikarang, maka para penumpang di atap KA Lokal Cikampek takut dan tidak lagi naik di atap kereta. Pemasangan ini dikembangkan di lintas Parungpanjang-Rangkasbitung, terutama lintas Maja-Rangkasbitung. Pemasangan ini belum menyelesaikan persoalan secara total, karena pada lintas ini penumpang yang naik di atap umumnya naik dari Tiga Raksa, Cicayur, Parungpanjang dan Cisauk.

Pemasangan bola-bola beton di lintas Jakarta-Cikampek dan Jakarta-Rangkas bitung berhasil. Karena pemasangan bola-bola beton berisiko, maka media massa dan juga Komnas HAM ikut protes dengan upaya PT. KAI, namun protes itu dapat dimentahkan dengan keberhasilan penumpang tidak naik ke atap kereta.KA Lokal Jakarta-Ciakmpek yang biasanya dipenuhi penumpang di atap, tidak lagi nampak, sehingga penanganan penumpang pada lintas barat dan lintas timur dinilai berhasil.

Karena berbagai upaya belum berhasil secara tuntas mengatasi penumpang di atap KA, makaPT. KAI sejak Desember 2012 dengan dibantu Kesatuan Marinir dan Brimob melakukan penertiban penumpang di atap kereta. Dengan kekuatan Marinir dan Brimob, pada awal-awal operasi penertiban memang berhasil mencegah dan menurunkan penumpang di atap KRL. Belakangan parapenumpang di atap berani melawan petugas. Mereka melempari petugas denganbotol, kaleng bekas minuman dan berbagai benda untuk menyerang petugas ketika kereta bergerak dari stasiun. Para penumpang telah bersiap dengan batu dan botol kaca yang dismpan didalam tas.

Ulahpara penumpang di atap KRL yang melempari petugas tentu saja membuat emosi para petugas. Maka perang batu pun pernah terjadi di Depok ketika suatu sore paspenumpang yang naik di atap berusaha diturunkan petugas. Upaya penertiban penumpang di atap kereta dengan mengerahkanpetugas dari Marinir dan Brimobjuga belum dapat menyelesaikan masalah secara permanen. Yang paling ampuh untuk mencegah dan menurunkan penumpang di atap KRL adalah dengan penggantian rangkaian KRL Ekonomi dengan KRL ber-AC. Dengan penggantian rangkaian, maka masalah akan selesai.

Pada tanggal 25 Juli 2013, PT. KAI berhasil mengganti seluruh rangkaian KRL ekonomi dengan KRL ber-AC. Maka tamatlah riwayat penumpang di atap kereta. Upaya dan kerja keras seluruh jajaran PT. KAI berbuah manis. Keberhasilan ini bukan hanya kemenangan bagi PT. KAI, namun juga kemenangan pemerintah, Pemprov DKI dan bangsa. Karena pemandangan di ketidaktertiban di atas kereta yang telah bertahun-tahun dapat diatasi.

Upaya PT. KAI mengganti rangkaian KRL Ekonomi tidak sekedar mengganti rangkaian, namun ada rencana besar dalam menciptakan angkutan perkotaan yang handal, tertib, aman dan nyaman. Selain itu PT. KAI sebagai BUMN tentu menjadi duta pemerintah dan berkewajiban merubah budaya bangsa melalui transportasi yang tertib, aman dan nyaman. Perubahan yang dilakukan PT. KAI bukan sekedar merubah penumpang, namun telah merubahperadaban dan budaya tidak tertib menuju peradaban yang bih baik dan bermartabat.

Sebagai tanda kegembiraan jajaran PT. KAI atas keberhasilan menangani penumpang di atas atapkereta, Dirut Ignasius Jonan memposting foto penumpang di atap kereta ke sejumlah petingi negara, para sahabat dan rekan-rekan PT. KAI. Posting Jonan diapresiasi ucapan selamat dari sejumlah Menteri Kabinet. Keberhasilan KAI juga keberhasilan Bangsa Indonesia menyelesaikan persoalan besar bangsa ini. ###

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun