Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Commuter Line Volume Tumbuh Kenyamanan Berkurang

23 September 2015   05:50 Diperbarui: 23 September 2015   07:46 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CLICK (Commuterline Community of Kompasiana)/Amad Made

Pertumbuhan volumne penumpang  KRL Commuter Line (CL) Jabodetabek melaju sangat cepat. Bahkan pertumbuhanya melebihi prediksi. Pada tahun 2008, penumpang yang tercatat dari penjualan tiket  manual  sekitar 450.000 orang per hari. Tahun 2015 sudah mencapai 850.000 orang. Bahkan pernah mencapai puncaknya menjadi 855.000 orang perhari. Sedangkan pertumbuhan armada juga pesat, tahun 2015 sudah 840 armada dan tahun 2019 ditargetkan 1.400 armada (Kompas.com 16/6).

Bertumbuhnya penumpang CL Jabodetabek tak lepas dari upaya PT. KAI  dibawah kepemimpinan Ignasius Jonan yang waktu itu berpasangan dengan Sulistyo Wimbo Hardjito  terus mendorong dan ikut campur tangan mempimpin penertiban, penataan stasiun, penertiban penumpang, bangunan liar  dan pedagang di peron serta  penerapan tiketing elektronik. Selain menjadikan pelayanan lebih modern, penerapan ticketing elektronik berperan besar dalam  menertibkan dan mengamankan pendapatan PT. KAI Jabodetabek  dari kebocoran tiket. Dengan ticketing elektronik semua penumpang KRL bertiket, tak satu pun lolos.

Saat ini PT. KAI Jabodetabek kesulitan menambah frekuensi perjalanan KRL CL untuk mengimbangi permintaan yang tumbuh sangat pesat. Keterbatasan jaringan rel, listrik aliran atas (LAA),  perlintasan sebidang, bercampurnya KRL dengan KA antar kota  serta KA barang dan sistem persinyalan menjadi kendala pengelola KA untuk menambah perjalanan KA. PT. KAI Jabodetabek hanya dapat meningkatkan kapasaitas angkut dengan cara memperpanjang  rangkaian KRL. Sebelumnya KRL CL rata-rata 8 kereta, pada awal 2015 diperpanjang menjadi 10 kereta  pada pertengahan tahun ini sudah ada beberapa KRL  CL dengan rangkaian  12 kereta.

Upaya memperpanjang rangkaian KRL diawali dengan memperpanjang peron dan memperpajang spoor di emplasemen (rel, wesel dan perubahan persinyalan)  di beberapa stasiun. Kapasitas peron di beberapa stasiun  terlalu  pendek, sehingga ketika rangkaian KRL  akan diperpanjang  menjadi 10 kereta per rangkaian, ada  kesulitan penumpang yang akan  turun dan naik, karena panjang kereta melebihi panjang peron. Upaya memperpanjang peron telah  dilakukan hampir di seluruh stasiun  di Jabodetabek kecuali stasiun di lintas jalan layang dari Cikini sampai Jayakarta.

Selain memperpanjang peron, menambah armada  dan memperpanjang rangkaian KRL, PT. KAI juga melakukan perubahan pola operasi KRL. Sebelumnya operasi KRL menganut sistem asal dan tujuan. Penumpang dijemput di stasiun awal dan diantar ke stasiun tujuan. Saat itu terdapat 34 trayek KRL dengan tiga jenis layanan. KRL Ekonomi, Ekonomi AC dan KRL Ekspres. Trayek KRL sebelumnya Bogor/Bojonggede/Depok-Jakartakota. Bogor/Bojonggede/Depok-Tanahabang. Bekasi-Jakarta-Kota. Bekasi-Tanah Abang. Serpong-Sudirman. Tangerang-Jakartakota. Tangaerang-Sudirman dan rute lainnya. Rute ini diringkas menjadi 7 trayek.

Pola asal tujuan memiliki keunggulan dan kekurangan. Memang dengan pola ini penumpang tidak perlu repot berpindah KRL karena dari stasiun awal sudah pasti sampai di stasiun tujuan tanpa harus turun berganti KRL. Meskipun mudah bagi penumpang, sistem ini menyulitkan bagi  operator. KRL harus berbalik arah, manuver di beberapa stasiun dan akhirnya tiba di stasiun tujuan. Karena itu pola ini dirubah mulai Desember 2011.

Tahap pertama perubahan dilakukan  dengan menghilangkan KRL Ekspres. Ada Ekspres Pakuan, Bojonggede Ekspres, Depok Ekpres, Benteng Ekspres,  Bekasi Ekspres, Serpong Ekspres dan Sudirman Ekspres. Pola perjalanan KRL waktu itu ada tiga  kelas, dirubah pemberhentiannya. KRL ekspres dan KRL Ekonomi AC dilebur menjadi KRL CL dan semua KRL berhenti di setiap stasiun.

Perubahan berikutnya lebih berisiko. Para penumpang yang semula dimanjakan sejak stasiun awal hingga stasiun terakhir harus merubah kebiasaan lama. Hal ini membuat marah sebagian penumpang. Para penumpang dari Bekasi yang akan ke Tanahabang harus transit di Manggarai bila akan ke Tanahabang. Demikian pula penumpang dari Serpong yang semula dapat langsung ke Sudirman dan Manggarai harus turun di Tanahabang berganti KRL ke arah Bogor. Penumpang dari Tangerang  transit  di Stasiun  Duri, hal ini yang membuat repot penumpang.

Setelah sekian lama diberlakukan penumpang menjadi terbiasa. Meskipun mengeluh  setiap naik KRL, mereka akhirnya menerima kebijakan. Perubahan pola operasi Single Operation dengan satu kelas layanan, sistem transit telah mempercepat waktu perjalanan datangnya KRL di suatu stasiun. Kemudian perubahn KRL ekspres menjadi berhenti di  setiap stasiun juga telah mendorong pengguna KRL bertambah karena akses di beberapa stasiun yang semula tidak disinggahi KRL ekspres, memberi kesempatan penumpang naik, hal ini memudahkan akses calon penumpang naik KRL.

Perbaikan pola operasi satu kelas satu sistem operasi dan penggantian KRL ekonomi telah meningkatkan pelayan bagi KAI. PT. KAI berhasil mengatasi penumpang di atap KRL dengan mengganti seluruh rangkaian KRL ekonomi dengan KRL AC-CL  pada 12 Juli 2013. Meskipun didemo oleh sebagian penumpang KRL Ekonomi yang tidak setuju dengan alasan  kemampuan bayar yang rendah, PT. KAI bergeming. Seiring digelontorkan dana PSO dari pemerintah dan diberlakukanya tarif progresif KRL, penggantian KRL ekonomi berhasil. Dengan hilangnya KRL ekonomi dari peredaran, permasalahan penumpang di atas atap dapat diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun