Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Berburu Makanan Favorit untuk Takjil di Pasar Senggol Kauman Yogyakarta

17 Mei 2018   13:48 Diperbarui: 17 Mei 2018   14:06 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makna takjil di Indonesia telah terjadi “salah kaprah”, sehingga perlu diluruskan penyebutannya. Penulis bukan ahli bahasa dan ahli agama, namun setelah mencari referensi di “mbah Google” dan KBBI, memang ada kesalahan makna. Menurut KBBI arti kata “takjil” (aslinya ta’jil) adalah mempercepat (dalam berbuka puasa), menyegerakan untuk membatalkan puasa. 

Disini takjil itu tidak mengandung arti makanan, tetapi perintah untuk segera membatalkan puasa dengan makanan ringan/minum yang manis. Sesuai tuntutan Nabi Muhammad SAW ketika berbuka dengan buah kurma dan minuman.

Jadi takjil sendiri bukan berarti makanan, namun untuk segera membatalkan puasa dengan makanan ringan dan minuman. Setelah itu mengambil air wudhu untuk sholat Magrib, mengingat waktu antara Magrib dan Isya hanya sebentar (maksimum 1 jam). Selain itu berbuka puasa  adabnya makan sedikit demi sedikit, agar perut tidak “terkejut” setelah seharian kosong, sehingga tidak menimbulkan penyakit. 

Anak-anak pun perlu diberi pemahaman, supaya ketika berbuka bukan sebagai ajang “balas dendam” setelah seharian lapar dan haus. Disinilah ada pembelajaran menahan hawa nafsu, supaya badan tetap sehat ketika menjalankan ibadah puasa. Selain itu juga latihan bersabar, untuk mengambil jatah makan secukupnya, mengingat ruangan dalam perut itu terbatas, jadi sesuai dengan “kebutuhan”, bukan “keinginan”.

Luruskan niat menjalankan ibadah puasa karena Alloh SWT semata, dan mengharap pahalaNya. Puasa ini perlu latihan karena bagi yang tidak terbiasa terasa lemas, lesu, letih, haus, ngantuk, seperti gejala anemia, dan banyak godaan dari setan. Menurut para ustad/ustazah, hikmah puasa untuk meningkatkan iman dan takwa, agar memperoleh kemenangan. 

Puasa menurut penulis sejatinya memupuk rasa solidaritas dan kesetiakawanan sosial dengan merasakan penderitaan orang fakir  yang “lapar dan dahaga”, setiap hari karena tidak ada persediaan makanan. Orang fakir (orang yang tidak mempunyai harta dan penghasilan), sedang orang  miskin, mempunyai  harta dan penghasilan, namun tidak cukup untuk memenuhi ketuhunan primernya (pangan, papan, sandang, pendidikan dan kesehatan).

Orang fakir, jangankan berkata :“ besok makan apa, dimana, dengan siapa”, namun hanya berkata: “besok bisa makan apa tidak ?”. Artinya belum jelas, apakah besok bisa makan atau tetap puasa karena tidak ada yang bisa dimakan. Untuk membeli tidak mempunyai uang karena tidak ada pekerjaan (pengangguran). Padahal makan itu untuk mempertahankan hidup, bukan hidup untuk makan (makan terus). 

Orang yang melaksanakan puasa dapat menumbuhkan “empati” kepada fakir dan miskin, sehingga “tergerak” hatinya untuk memberikan bantuan semampunya. Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah, memberi lebih baik daripada menerima.

Menyediakan makanan untuk berbuka bagi  orang yang sedang berpuasa akan mendapatkan pahala sama dengan orang yang berpuasa. Oleh karena itu orang berlomba-lomba untuk memberi makanan untuk berbuka puasa, sehingga di masjid, hotel, toko, bandara, stasiun, rumah makan, ada makanan ekstra (gratis) ketika bulan Ramadan, dengan maksud agar orang yang berpuasa segera berbuka. Inilah yang dimaksud menyediakan makanan ringan untuk takjil, sekedar puasanya batal.    

Berburu makanan favorit untuk takjil di pasar senggol Kauman Yogyakarta, sangat sensasional. Pasar ini hanya ada ketika bulan Ramadan dan sore hari (jam 14.00 – 16.00), di gang kecil (2 meter) di kampung Kauman, perempatan Kantor Pos Besar ke arah kanan dari jalan Malioboro, namanya jalan Ahmad Dahlan, PKU Muhammadiyah ada pertigaan lurus kira-kira 30 meter kiri jalan ada gang kecil yang menurun. 

Disebut pasar senggol, karena gang kecil itu ada pedagang aneka makanan untuk buka puasa, pembeli di tengah, sehingga harus hati-hati karena ramai banyak orang sehingga tanpa sengaja dapat menyenggol orang lain. Pasar ini di gang diantara rumah-rumah penduduk Kauman, yang mendapat prioritas menjajakan makanan. Pasar ini membujur ke arah selatan sampai 300 meter dari jalan raya. Sering diliput media massa cetak dan elektronik di lokal maupun Nasional, bahkan internasional dan menjadi destinasi wisata khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun