Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Merajut Solidaritas Bangsa Melalui Pilkada

12 Februari 2017   22:30 Diperbarui: 12 Februari 2017   22:52 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangat Solidaritas - sinarharapan.net

Kampanye pilkada seretak telah selesai. Saat ini telah memasuki masa tenang, dan segera masuk masa pencoblosan pada 15 Februari 2017 mendatang. Tidak dipungkiri, berbagai persoalan telah muncul selama perhelatan pemilihan kepala daerah ini. Persoalan tersebut tidak hanya berkaitan dengan daftar pemilih tetap (DPT), namun juga sudah menjurus pada persoalan SARA. 

Di Jakarta misalnya, kasus dugaan penistaan agama muncul dan menyeret sejumlah nama sebagai tersangka, termasuk calon petahana Basuki Tjahaja Purnama. Beberapa ormas keagamaan juga menggalang aksi massa, untuk menuntut agar Ahok segera ditahan. Mulai aksi 411, 212, hingga 112 yang digelar kemarin. Penggalangan massa ini dikhawatirkan rawan memicu terjadinya konflik horizontal. Terlebih ujaran kebencian masih terus terjadi selama masa kampanye ini.

Apapun motifnya, ujaran kebencian terlanjut muncul. Aksi provokasi juga begitu masif. Bisa jadi dilakukan oleh tim sukses masing-masing paslon, bisa juga dilakukan masyarakat biasa, atau pihak lain yang menginginkan suasana ibukota tidak kondusif. Faktanya, ketegangan pilkada di ibukota bisa dirasakan oleh semua pihak. Kini, tinggal 3 hari lagi, apakah berbagai cara untuk memenangkan pasangan calon itu bisa terbukti? Tentu saja keputusan ini tergantung dari masyarakat. Apakah masyarakat ikut terprovokasi dan membuat bingung dalam menentukan pilihan? Atau mereka tetap konsisten dengan calonnya, atau bisa jadi mereka justru tidak mempedulikan apa yang terjadi.

Masyarakat memang berhak menentukan pilihannya. Tim sukses pasangan calon, atau siapapaun, seharusnya mampu membantu masyarakat untuk menentukan pilihannya. Bagaimana caranya? Dengan cara kampanye yang cerdas, bukan kampanye yang menyesatkan. Belakangan informasi sesat alias hoax, terus berkembang di masyarakat. Media sosial yang selama ini menjadi tempat untuk berinteraksi, mencari teman, dan mempererat tali silaturahmi antar sesama, berubah menjadi media penyebar hoax. Ironisnya lagi, banyak masyarakat yang tidak melakukan literasi media dengan baik. Akibatnya, informasi yang menyesatkan terus beredar, dan di forward ke broadcast message, ataupun grup medsos yang lain.

Dampak dari semua ini adalah, keberagaman negeri ini menjadi terancam. Sentimen SARA dimunculkan. Akibatnya, kelompok radikal mencoba memanfaatkan kekacauan politik jelang pilkada ini. Praktek intoleransi kembali menguat. Pemimpin non muslim dianggapa kafir. Pemimpin yang berbeda paham, tidak diijinkan memilih. Masyarakat saling membenci hanya karena berbeda pilihan. Bahkan, pertemanan di medsos juga banyak terganggu, hanya karena si A memilih paslon berbeda dengan si B. Demokrasi di Indonesia seharusnya sudah lebih matang. Para pihak seharusnya tidak berpikir sesaat, untuk memenangkan salah satu pasangan calon.

Saat ini, sudah memasuk masa minggu tenang. Mari kita introspeksi di masa tenang ini. Segala persoalan yang terjadi pada periode sebelumnya, mari kita tinggalkan. Mari kembali bangun solidaritas antar warga, agar kerukunan dan keberagaman yang sempat terganggu, bisa kembali menyatu. Indonesia adalah negara besar. Untuk mempertahankan kebesaran negeri ini, diperlukan pemimpin hebat di setiap daerah. 

Dan untuk mendapatkan pemimpin hebat itu, salah satu mekanisme bisa didapatkan melalui pemilihan kepala daerah. Karena itulah, mari kita pilih pempin hebat itu pada 15 Februari mendatang. Pilihlah pemimpin yang bisa merajut keutuhan bangsa. Pilihlah pemimpin yang mampu menjaga kerukunan dan keberagaman negeri, yang sudah ada sejak negeri ini belum merdeka. Semoga tulisan singkat ini bisa menjadi introspeksi kita bersama. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun