Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saatnya Hijrah Menuju Kebaikan dan Perdamaian

11 September 2018   08:20 Diperbarui: 11 September 2018   08:43 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hijrah - infodakwah.com

Sebentar lagi umat Islam akan memasuki tahun baru Islam, 1 Muharam. Ketika itu, Rasulullah SAW melakukan hijrah daru kota Mekah menuju ke Madinah, karena terus dikejar oleh kelompok kafir Quraish. Lalu, hikmah apa yang bisa dijadikan pembelajaran dari momentum ini? Ketika itu, upaya Rasulullah dalam berdakwah di kota Mekah, terus mendapatkan rintangan dari kelompok kafir Quraish. Bahkan, Abu Lahab, pamannya sendiri juga ingin membunuh Nabi SAW. Karena keinginan Nabi ingin menyebarkan kedamaian dan tidak mau menyebarkan Islam dengan kekerasan, Beliau akhirnya memilih hijrah ke Madinah.

Di Madinah, Rasulullah SAW justru mendapat respon yang sangat positif. Para sahabat Muhajirin dan penduduk asli Madinah atau yang disebut sebagai kaum anshar, mampu berbaur menjadi satu. Mereka tidak pernah saling caci ataupun saling melakukan tindakan kekerasan. Sebaliknya, mereka justru bisa saling menghormati antar sesama. Disinilah kemudian lahir piagam madinah, yang menjadi acuan praktek toleransi antar umat manusia di muka bumi ini, hingga saat ini.

Bentuk toleransi ini juga ditegaskan Allah SWT dalam QS Al Hujurat ayat 13, "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu."

Ayat diatas menunjukkan bahwa interaksi antar manusia merupakan hal yang wajar, bahkan dianjurkan. Kenapa? Sebagai makhluk sosial, manusia tentu tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan pertolongan manusia lain. Yang lebih jauh lagi, setiap manusia satu dengan manusia yang lain, diciptakan berbeda-beda. 

Tidak hanya berbeda secara fisik, tapi budaya dan adat isitiadatnya juga berbeda. Dengan saling mengenal satu dengan lainnya, akan ada proses belajar, akan ada dielektika dan akan ada rasa saling menghormati serta memupuk rasa empati. Hanya dengan interaksi, dampak positif yang dihasilkan begitu banyak. Lalu, apakah kita sudah saling berinteraksi dengan tetangga? Atau justru kita menjadi pribadi atau keluarga yang eksklusive? Yang tidak mau bergaul dan menganganggap orang lain sebagai pihak yang salah? Jika masih melakukan itu, saatnya berubah. Berubahlah kearah yang lebih positive.

Indonesia memang perlu perubahan yang membangun. Dan perubahan itu akan terasa nyata, jika masyarakatnya juga ikut berubah. Mari kita lihat kondisi sekarang. Masih ada sebagian masyarakat kita yang justru berperilaku yang tidak membangun. Masih ada hate speech, masih ada provokasi dan persekusi. 

Dan praktek ini dilakukan dari anak-anak hingga manusia dewasa. Kondisi inilah yang kemudian melahirkan generasi yang intoleran dan radikal. Banyak survey juga mengatakan, tingkat intoleransi di kalangan generasi muda Indonesia, cenderung mengalami peningkatan. Fakta ini tidak bisa dilepaskan dari maraknya provokasi dan propaganda radikalisme di dunia maya. Bahkan, para pelaku terorisme di Indonesia saat ini, mengaku banyak terpapar paham radikalisme melalui internet.

Untuk itulah mari kita mulai dar sekarang. Mari kita hijrah dari keburukan menuju kebaikan. Jika Madinah bisa berbenah pada kebaikan, lalu disebarluaskan ke seluruh penjuru negeri, kita pun juga harus begitu. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, dengan keberagaman budaya yang sangat tinggi, Indonesia semestinya bisa menjadi negara yang penuh dengan kedamaian. Hilangkan kebencian, perkuat tali silaturahmi antar sesama. Hilangkan perbedaan dan rangkullah keberagaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun