Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stop Provokasi, Implementasikan Nilai Luhur Bangsa

25 September 2017   07:00 Diperbarui: 25 September 2017   07:07 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Provokasi - http://bpdmekarwangi.blogspot.co.id

Entah kenapa, provokasi demi provokasi terus bermunculan. Tidak hanya dikalangan masyarakat bawah, kalangan pemimpin dan elit pun juga semakin sering melontarkan provokasi. Apakah hal ini merupakan pemanasan jelang pilkada tahun depan? Atau semuanya ini bermuara pada pilpres pada 2019 mendatang? 

Tentu sangat mengerikan kalau hal ini benar terjadi. Semestinya kita masih belum lupa, dampak dari provokasi yang terjadi selama pilkada DKI Jakarta. Begitu mudah orang saling hujat, hanya karena berbeda pilihan politik. Begitu mudahnya orang membawa nilai-nilai agama, untuk mendapatkan simpati publik. Dan yang mengkhawatirkan, akibat provokasi yang begitu masif ini, masyarakat di leval bawah terancam terbelah.

Mari kita belajar sejarah. Politik pecah belah pernah dilakukan oleh penjajah ketika ingin merebut wilayah Indonesia. Namun, karena masyarakat sadar, maka persatuan dan kesatuan itupun terus terjalin. Kemerdekaan bisa diraih, dan penjajahan secara fisik sudah tidak lagi terjadi di negeri ini. Mari kita juga lihat dunia maya. 

Maraknya provokasi juga bisa berdampak pada konflik di level masyarakat. Ingat kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Hanya provokasi media sosial, amarah massa diarahkan pada tempat ibadah. Baru saja terjadi, juga karena provokasi media sosial, ratusan massa melakukan penyerangan terhadap kantor YLBHI di Jakarta. Bahkan, gunung Agung yang akan meletus saja dibuatkan hoax agar masyarakat panic.

Apakah kita sudah menjadi masyarakat yang mudah marah? Apakah telah menjadi masyarakat yang tidak bisa berpikir logis? Ingat, Tuhan memberikan manusia akal dan pikiran. Kenapa masih saja ada diantara kita yang tidak menggunakan akal dan pikirannya? Jangan meniru sifat binatang yang hanya  mengedepankan nafsu dan amarahnya. 

Indonesia merupakan negara besar dengan berbagai macam keanekagaramannya. Jika generasinya suka menebar hoax, menebar provokasi, menebar caci maki, mau diapakan nasib negeri ini. Apakah mengisi kemerdekaan dengan cara seperti ini? Padahal kemerdekaan itu diraih dengan menetaskan darah dan nyawa para pendahulu.

Indonesia mempunyai banyak suku, yang mempunyai nilai-nilai luhur. Kearifan lokal yang merupakan budaya negeri, semestinya bisa menjadi benteng bagi kita dan masyarakat. Benteng agar kita tidak mudah terpengaruh paham luar, ataupun terpengaruh berbuat yang tidak baik.  Ketidakmampuan kita dalam mengimplementasikan nilai luhur budaya bangsa, membuat kehidupan dalam berbangsa dan bermasyarakat menjadi terganggu. Sikap yang mudah menolong, toleran, ramah kepada siapa saja berubah menjadi individualis, intoleran, dan suka melakukan persekusi ataupun tindak kekerasan lain.

Akal sehat tidak digunakan, justru hawa nafsu yang dikedepankan. Ironisnya, praktek kekerasan itu justru diatasnamakan jihad. Padahal, jihad yang sebenarnya adalah mengendalikan hawa nafsu itu sendiri. Tidak ada sejarah yang menganjurkan jihad dilakukan dengan cara kekerasan. Indonesia bukanlah negara konflik. Indonesia negara damai. Pada titik ini saja, jihad dengan cara kekerasan sebenarnya tidak tepat untuk dilakukan. Mari kita berjihad dengan cara bekerja untuk menafkahi keluarga, berjihad dengan rajin belajar agar bisa menyerap ilmu, ataupun berjihad dengan cara lain yang mempunyai manfaat.

Jangan pudarkan budaya kita yang ramah, adaptif, dan mengedepankan perdamaian. Hilangkan wajah baru yang suka menebar fitnah, hasutan, dan caci maki. Menebar pesan damai harus dilakukan semua pihak. Dari masyarakat biasa, hingga pada level pimpinan atau pemerintahan. Jika kita sepakat nusantara harus dipertahankan, maka semestinya kita juga sepakat mengimplementasikan nlilai luhur budaya. Dan nilai-nilai luhur itu ada dalam Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun