Mohon tunggu...
George Soedarsono Esthu
George Soedarsono Esthu Mohon Tunggu... profesional -

Menembus Batas Keunggulan Pioneer, Problem Solver, Inspirator To Live, To Love, To Serve Mengolah Kata-Mengasah Nurani-Mencerdaskan Hati

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Membedah Karya Sastra dengan Semiotika (Bagian 1)

16 Desember 2011   09:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:11 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pengantar

Berikut ini saya mencoba meringkas tentang semiotika dalam naskah drama. Sesungguhnya, naskah drama juga merupakan karya sastra yang justru masuk dalam genre pertama. Semiotika adalah ilmu tanda dan pertanda yang acap dipakai untuk meneliti naskah-naskah sastra. Dalam sebuah penelitian besar, ternyata cerita-cerita hingga diujung dunia, hampir sepenuhnya menggunakan semiotika yang mirip, akhirnya menjadi sebuah teori yang lahir dari tangan para peneliti. Karena ringkasan ini sudah terlalu lama, saya lupa siapa penulis buku Semiotika Teater tersebut. Saya lupa namanya, tetapi dia adalah sahabat lama saya dosen Jurusan Teater ISI Yogyakarta. Waktu sekitar tahun 2004 an bertandang ke Sanggar Teater Populer. Yang masih teringat namanya adalah mas Lepen, yang malam itu juga ikut hadir. Mohon ijin atas ringkasannya.

Struktur Teks Drama dalam Kerangka Semiotika

Dalam perspektif semiotika teater, teater sebagai obyek kajian bisa dibagi menjadi dua, yakni pendekatan semiotika terhadap teks drama (lakon atau naskah drama), dan pendekatan semiotika terhadap pertunjukan teater itu sendiri;

Semiotika teks drama mendasarkan analisisnya pada tiga unsur, yaitu:

1.Konstruksi plot;

2.Karakter (tokoh);

3.Dialog

Konstruksi Plot

Secara umum, cerita merangkai banyak peristiwa, dan peristiwa-peristiwa saling mempunyai hubungan;

Hubungan kausalitas antara peristiwa dalam cerita bukanlah sekadar urutan biasa. Alur adalah rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan hubungan sebab-akibat dan merupakan pola kaitan yang menggerakkan jalan cerita ke arah pertikaian dan penyelesaian. Alur drama yang baik harus mengandung unsur ketegangan dan kejutan;

Secara tradisional, konvensi pembagian babak dan adegan dalam drama secara keseluruhan disebut susunan plot. Model umum pembabakan alur terdiri atas: Pelukisan atau eksposisi, Komplikasi, Klimaks, Peleraian, Kesimpulan,  dan Penyelesaian.

Konvensi pembagian tersebut memberikan kontribusi ke arah pembentukan dan penunjukan kesatuan awal, tengah, dan akhir drama;

Konstruksi plot yang dikemukakan Aristoteles dalam rangka deskripsi tragedi-tragedi Yunani terdiri atas tiga babak: Bagian awal - Bagian tengah - Bagian akhir.

Fabula dan Zjuzet atau Stori dan Plot

Kaum formalis Rusia tidak memandang “bentuk” sebagai salah satu aspek diantara aspek-aspek penelitian sastra yang didasarkan atas jaringan hubungan-hubungan struktural yang mengatur penghasilan teks. Perbedaan itulah yang oleh penganut Formalisme Rusia diidentifikasi sebagai fabula (stori) dan sjuzet (plot). Perbedaan itu bersifat sentral pada pendekatan strukturalisme. Perbedaan itu tentu saja juga berlaku untuk teks drama;

Syemour Chatman mengatakan bahwa setiap karya naratif, termasuk drama, film, dan fiksi, pada dasarnya mengandung dua elemen penting, yakni stori atau cerita, dan wacana;

Cerita merupakan isi atau rantai dari peristiwa-peristiwa (tindakan dan kejadian) dan eksisten-eksisten (karakter dan latar);

Menurut Aston dan Sanova: stori adalah kerangka dasar naratif (cerita); plot merupakan alat tempat peristiwa-peristiwa naratif distrukturkan, diorganisasi, dipresentasikan;

Misalnya, stori Oedipus terdiri atas sketsa kronologi peristiwa-peristiwa yang dibuka dengan ramalan sebelum kelahiran Oedipus yang menyebutkan Oedipus kelak akan membunuh sang ayah dan mengawini ibunya;

Stori kemudian mendokumentasikan peristiwa-peristiwa penting sesuai urutan kejadian. Tragedi Sophocles mendramatisasikan akhir mitos, menggantikan linearitas stori dengan suatu plot yang berdurasi beberapa tahun menjadi even-even dalam 12 jam, menata kronologi biografi Oedipus sesuai dengan pola yang membentuk drama tragedi;

Dengan demikian, stori dituturkan ulang, diurutkan ulang, yakni alur stori yang asli menjadi suatu proses narasi yang terbentuk, yang dalam pertunjukan dibagi bersama antara aktor-aktor dan chorus. ()

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun