Sekelompok orang yang menamakan alumni UI mendukung pansus KPK. Sebaliknya, beberapa pihak dari UGM menegaskan menentang pansus KPK?
Kenapa demikian? Mungkin ini karena semacam "pertarungan" akademik UGM dan UI? Bisa jadi, beberapa alumnus UGM memang agak tampak pegiat anti-korupsi? Ataukah beberapa alumni UGM masuk dalam posisi di KPK? Sedangkan yang UI, kalaupun ada, mungkin kurang sepamer dari UGM?
Lalu, bagaimana kita mencermati blok UGM dan blok UI itu? Ahai! Belakangan ini, saya sendiri agak jarang menonton berita sedikit agak membosankan saya.Â
Aku pun tak ingin memanas-manasi kondisi ini. Cuma, sedikit agak kocak dengan keadaan negeri begini. Masing-masing kita merasa berbuat untuk negara ini? Namun, bahasa yang kita gunakan semacam pembelaan diri belaka?
Pertararungan akademik UGM dan UI, semacam babak baru persinggungan intelektual dari komunitas insan (sebagian) dari UGM dan UI? Dua kampun nasional yang dipercayai paling mumpuni di Indonesia. Namun setidaknya, isu pansus KPK membuat mereka terpola dua. Memang, pro-kontra dalam demokrasi adalah keniscayaan. Bahkan, polemik dan kontroversi.
Keduanya berargumen bermaksud baik, ingin menjaga KPK. Bukan pelemahan, apalagi penggembosan. Seperti debat di ruang kuliah, kita atau mereka yang terlibat di dalamnya memiliki argumentasi, persepsional terkait pansus KPK dari DPR.
Pada bagian lain, DPR merasa dukung-mendukung atau menetang pansus KPK biasa saja? Sebagaimana argumentasi di atas, pihak DPR merasa memiliki hak untuk itu.
Sampai kapan pertarungan akademik UGM dan UI terkait dengan pansus itu? Semoga saja itu, betul-betul demi perbaikan bangsa Indonesia ke depan...