Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Darurat, Kelestarian Bahasa Indonesia Semakin Terancam

2 Januari 2020   20:15 Diperbarui: 2 Januari 2020   20:21 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ambar makin membanjirnya istilah asing di berbagai tempat | Dokumen Geolive.id

Saat ini Indonesia sedang mengalami kondisi darurat bahasa identitas dan jati dirinya sendiri. Bahasa Indonesia semakin terdesak dan tergerus bahasa asing, bahasa gaul, dan bahasa aneh lainnya.


Bagai telur di ujung tanduk inilah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan kondisi darurat bahasa Indonesia saat ini, dominasi bahasa asing, bahasa gaul, dan bahasa aneh lainnya yang digunakan dalam berbagai hal, semakin menjajah dan mengancam eksistensi bahasa sebagai pemersatu bangsa ini, yaitu bahasa Indonesia.

Kini kebanyakan masyarakat lebih bangga menggunakan bahasa asing dan bahasa gaul dibanding Bahasa Indonesia, kebanyakan orang jadi lebih merasa keren jika berkomunikasi menggunakan istilah asing dan istilah gaul, padahal sebenarnya telah ada padanan katanya di bahasa Indonesia.

Kemudian ditambah juga kecenderungan masyarakat yang lebih mengajarkan bahasa asing pada anak-anak sejak usia dini dibandingkan bahasa Indonesia. Padahal sebenarnya, ini merupakan kekeliruan yang besar.

Karena kecenderungan peningkatan gengsi, serta agar terlihat keren dan maju dengan semakin mengeksisnya bahasa asing dan bahasa gaul lainnya dapat membuat lunturnya kelestarian bahasa Indonesia.

Namun ternyata, tidak hanya masyarakat saja, ternyata dari pihak instansi swasta, pemerintah, sekolah, dan perguruan tinggi cenderung lebih banyak mengutamakan penggunaan istilah-istilah asing sebagai alasan untuk lebih mengedepankan kemudahan memperoleh popularitas dalam menarik minat maupun pencernaan bahasa.

Banyak properti perumahan, toko, tempat perbelanjaan besar, transportasi, tempat wisata, tempat pedestrian dan lain sebagainya, pengunaan bahasa dalam pergaulan sehari hari semakin dibanjiri kosakata bahasa asing dan bahasa gaul, sehingga semakin mendesak serta memperparah keberlangsungan eksistensi bahasa Indonesia.

Faktanya bisa dilihat, penggunaan bahasa asing seperti, Centra Green House, Centra Green Park, Waterboom, Car Free Day, Ambassador Mall, dan banyak lagi lainnya sering kita temui, belum lagi penggunaan istilah asing dan gaul lainnya dalam bahasa pergaulan sehari hari.

Padahal, di negara lain saja bahasa Indonesia sangat penting dan dibutuhkan, masa di negaranya sendiri tidak. Coba saja bisa di cek dan ricek, ternyata di beberapa universitas seperti di Korea Selatan, Jepang, Australia, Kanada, Vietnam, Thailand, Ukraina, Suriname, Amerika, Jerman, Belanda, dan Perancis, justru menjadikan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib.


Seharusnya bangsa Indonesia jauh lebih pandai dan lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dibandingkan dengan menggunakan bahasa asing dan bahasa gaul.


Sangat disayangkan dan miris jadinya jika akhirnya bangsa yang besar ini beralih menggunakan bahasa asing dan bahasa gaul serta menganggap bahasanya sendiri kurang keren dan moderen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun