Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Membaca Langkah Politik PAN

4 September 2015   19:33 Diperbarui: 5 September 2015   21:34 1867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perebutan posisi Ketua Umum Partai Amanat Nasional antara Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan telah berakhir, Minggu (1/3/2015). Zulkifli memenangi pertarungan politik tersebut | Foto: Kompas.com

 

Panggung politik tanah air kembali ramai lantaran manuver Partai Amanat Nasional (PAN) yang menyeberang ke kubu pemerintahan Jokowi. Pernyataan sikap usai pertemuan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin (02/09/15), tak hanya disambut riak-riak suara politik dari kalangan partai politik tapi juga menyita perhatian publik.

Langkah politik PAN yang memilih panggung bersama KIH dan pemerintahan Jokowi secara otomatis mengubah peta persaingan koalisi, sekaligus membuka ruang penafsiran terkait sikap resmi PAN di parlemen. Kondisi ini menarik kita cermati dari sudut pandang komunikasi politik, terutama menyoal peran PAN belakangan ini.

 

Komunikasi Politik PAN

Di bawah komando Ketum Zulkifli Hasan (ZH), karakter komunikasi politik PAN terlihat kompromistis dan moderat di panggung depan. Dari pernyataan-pernyataan ZH di media, sangat terlihat PAN seperti mengambil poros tengah dengan tidak menitik beratkan pada KMP maupun KIH. Menurutnya, sudah tak relevan lagi membicarakan hajat koalisi KMP atau KIH jika melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus melambat.

Namun di lain sisi, pernyataan ZH seakan menerapkan gaya equivocal communication (EC), yang dalam pengertian Beavin Bavelas (Equivocal Communications, 1990) sebagai bentuk pengemasan pesan politik yang dibuat tidak jelas, tidak langsung, dan tidak lugas. Akhirnya, pernyataan ZH seputar manuver PAN menjadi kabur antara muatan politis  dengan sentimentil nasionasime ekonomi.

Pola komunikasi yang diterapkan ZH bersama PAN, dalam hal ini menguntungkan posisi PAN agar tak dituduh affair atau melakukan hubungan promiscuous (gonta-ganti pasangan) dalam koalisi politik, sekaligus diterima KIH sebagai pasangan baru yang siap membina romantisme koalisi. Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, ZH lebih moderat dan terlihat condong ke pemerintah. Namun, Ray juga tak menafikan kalkulasi politis akibat bergabungnya PAN ke pemerintah.

 

PAN Parlementaria

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun