Perebutan posisi Ketua Umum Partai Amanat Nasional antara Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan telah berakhir, Minggu (1/3/2015). Zulkifli memenangi pertarungan politik tersebut | Foto: Kompas.com
Â
Panggung politik tanah air kembali ramai lantaran manuver Partai Amanat Nasional (PAN) yang menyeberang ke kubu pemerintahan Jokowi. Pernyataan sikap usai pertemuan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin (02/09/15), tak hanya disambut riak-riak suara politik dari kalangan partai politik tapi juga menyita perhatian publik.
Langkah politik PAN yang memilih panggung bersama KIH dan pemerintahan Jokowi secara otomatis mengubah peta persaingan koalisi, sekaligus membuka ruang penafsiran terkait sikap resmi PAN di parlemen. Kondisi ini menarik kita cermati dari sudut pandang komunikasi politik, terutama menyoal peran PAN belakangan ini.
Â
Komunikasi Politik PAN
Di bawah komando Ketum Zulkifli Hasan (ZH), karakter komunikasi politik PAN terlihat kompromistis dan moderat di panggung depan. Dari pernyataan-pernyataan ZH di media, sangat terlihat PAN seperti mengambil poros tengah dengan tidak menitik beratkan pada KMP maupun KIH. Menurutnya, sudah tak relevan lagi membicarakan hajat koalisi KMP atau KIH jika melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus melambat.
Namun di lain sisi, pernyataan ZH seakan menerapkan gaya equivocal communication (EC), yang dalam pengertian Beavin Bavelas (Equivocal Communications, 1990) sebagai bentuk pengemasan pesan politik yang dibuat tidak jelas, tidak langsung, dan tidak lugas. Akhirnya, pernyataan ZH seputar manuver PAN menjadi kabur antara muatan politis dengan sentimentil nasionasime ekonomi.
Pola komunikasi yang diterapkan ZH bersama PAN, dalam hal ini menguntungkan posisi PAN agar tak dituduh affair atau melakukan hubungan promiscuous (gonta-ganti pasangan) dalam koalisi politik, sekaligus diterima KIH sebagai pasangan baru yang siap membina romantisme koalisi. Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, ZH lebih moderat dan terlihat condong ke pemerintah. Namun, Ray juga tak menafikan kalkulasi politis akibat bergabungnya PAN ke pemerintah.
Â
PAN Parlementaria