Mohon tunggu...
Shofi Awanis
Shofi Awanis Mohon Tunggu... lainnya -

Pegiat sektor non-profit, pendidikan, dan kepemudaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lintas Kalimantan ke Kapuas Hulu

26 Oktober 2015   01:24 Diperbarui: 27 Oktober 2015   20:40 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

“Kursi Kalstar penuh. Sudah tiga hari penerbangan ditunda karena asap.”

Vonis final petugas jaga di Bandara Supadio Pontianak itu mengirim kami melalui perjalanan darat ke Putussibau selama kurang lebih 15 jam. Memanggul tas backpack dan tas jinjing berisi peralatan amunisi sebagai fasilitator, Mbak Hety dan saya bergegas mencari tiket mobil travel yang bisa membawa kami secepatnya ke lokasi tujuan. Memang pagi itu adalah pagi pertaruhan bagi kami yang sedang site visit ke lokasi penempatan Indonesia Mengajar di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

Kami sengaja tidak memesan tiket pesawat karena kondisi asap yang membuat jadwal penerbangan tidak menentu. Paling aman memang lintas kabupaten lewat jalur darat: walau menuntut kesabaran dan keiklasan untuk terantuk-antuk dan terguncang, jalur Lintas Kalimantan masih bisa diprediksi.

Tapi di pulau terbesar di Indonesia ini, daratan luas dan garang. Luas yang memanggil dan garang yang menantang.
Kalimantan, akhirnya kita jumpa juga!

 

 (Duo site visitor IM)

 

Desa-Desa di Pesisir Sungai Kapuas
Sungai terpanjang di Indonesia, Sungai Kapuas, mengaliri sekat-sekat antar kecamatan di Kapuas Hulu. Perjalanan lintas desa ditembus dengan perahu dengan berbagai macam nama: speed, sampan, dan banyak lagi ragam transportasi air lainnya. Melintasi rumah kayu terapung yang disebut lanting, serta melalui warung transit tempat supir-supir speed mengisi bahan bakar kendaraan maupun perut. Pada musim kemarau, anak Sungai Kapuas yang sempit mengering dan dapat dilewati dengan kehati-hatian ekstra tukang ojek. Di musim saat debit sungai naik pun, berpindah tetap tidak gampang.

Mengarungi sungai (doc. PM X Kapuas Hulu)

Untuk mencapai sebuah kampung di Bunut Hilir, Nanga Lauk, misalnya, kita harus menunggu sampai ada kuota penumpang perahu cukup untuk berangkat. Menunggu bisa dalam hitungan jam sampai hari. Jika ingin cepat, siap-siap merogoh kocek yang kira-kira setara membeli tiket ke Australia hanya untuk melakukan perjalanan pindah desa di kabupaten yang sama. Ke Semalah juga tak kalah menantang. Teman-teman saya yang ke sana butuh waktu sehari penuh yang dihabiskan dengan rute bis, jalan kaki, ojek dan perahu sekaligus!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun