Mohon tunggu...
aji(bahroji) setiakarya
aji(bahroji) setiakarya Mohon Tunggu... Freelancer - Founder Lumbung Kreatif, Bekerja di SultanComm

aku seorang penulis lepas, yang sedang belajar menjadi usahawan. Sedang berpetualang untuk mencari kawan. Tabik! aji setiakarya 081213739221

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sidik dan Merah Putih

20 Agustus 2017   13:42 Diperbarui: 20 Agustus 2017   14:09 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adalah Sidik yang matanya mendelik dan langsung mencekik Mr. W.V.Ch. Ploegman, seorang pimpinan tentara Belanda yang masih bercokol di Surabaya pasca Deklarasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Ploegman meregang nyawa sementara Sidik ditembak mati oleh pistol milik anak buah Ploegman. Kejadian itu dipicu dengan sikap W.V.Ch. Ploegman, yang masih mengibarkan bendera Belanda di Hotel Yamato atau Hotel Orange.

Sidik yang mengetahui kejadian tersebut bersama Residen Surabaya bernama Soedirman dan kawannya Haryono mendatangi Ploegman untuk melakukan perundingan, meminta bendera Belanda diturunkan. Namun perundingan tersebut memanas dan berujung pada perkelahian. Ploegman mencabut pistol, namun sebelum pistol itu meletup Sidik langsung mencekiknya hingga membuat Ploegman tak bernyawa.

Sidik kemudian diceritakan ditembak oleh anak buah Ploegman, sementara Soedirman dan Haryono lari mencari kawan-kawan pemuda lainnya. Pemuda Surabaya yang kemudian berkumpul untuk menurunkan bendera Belanda dan merobek warna biru menjadi Merah Putih yang menjadi lambang negara Indonesia. Insiden itulah kemudian dikenal dengan Tragedi Yamato yang memicu berbagai pertempura-pertempuran lainnya di Surabaya.

Tentu Sidik dan arek-arek Surabaya saat itu geram dengan sikap kolonial yang tidak menghormati simbol negara. Bendera sebagai simbol adalah kehormatan bagi sebuah bangsa dan tentu bagi bangsa Indonesia bahan merah putih itu bukanlah sekedar jahitan bahan. Namun sebuah simbol perjuangan yang menelan ratusan bahkan jutaan liter darah dan airmata. Wajarlah jika mereka terusik. Kibaran bendera bisa membangkitkan ruh semangat patriotisme

Nahrawi

Mungkin itu pula yang dirasakan oleh Imam Nahrawi, Menteri Olahraga RI yang menyaksikan simbol negara terbalik pada buku panduan Sea Games 2017 dimana Malaysia sebagai tuan rumahnya. Sikap  Nahrawi langsung protes di media sosial miliknya itu saya rasa sudah tepat sebagai anak bangsa yang juga posisinya seorang menteri. Akan menjadi penghianat negara jika Nahrawi tak berkomentar sementara ia mengetahui simbol negaranya dipasang terbalik. Kejengkelan Nahrawi menurut saya mewakili segenap bangsa Indonesia. Disengaja atau tidak disengaja, panitia sudah menyebarkan permohonan maaf kepada khalayak dan masyarakat Indonesia. Melalui Halaman Twitternya Menteri Pemuda  dan Olaharaga Malaysia Khairy Jamaludin saya lihat juga sudah menyampaikan permohonan maaf. Sebagai bangsa pemaaf tentu kita maafkan. Bisa jadi memang itu hal tidak disengaja dan betul-betul kesalah panitia. Meski kita juga tidak tahu apakah itu tindakang sengaja yang dilakukan pemerintah Malaysia untuk menguji sensitifitas publik Indonesia. Karena trouble dengan Malaysia bukan kali ini saja.

Namun demikian buat saya kesalahan ini menjadi signal penting buat kita bangsa Indonesia. Dimata masyarakat Malaysia, setidaknya penyelenggga lokal Sea Games 2017 ternyata Indonesia dipandang sebelahmata. Diantara jajaran penyelenggara yang terdiri masyarakat Malaysia itu Indonesia belum populer dan dianggap "remeh", bangsa kelas dua dan tidak prioritas. Seperti halnya menjadi panitia sebuah event, umumnya panitia akan memprioritaskan dan teliti terhadap tamu-tamu penting atau VIP. Mereka akan cek dan ricek dari mulai jadwal, tempat duduk, tempat parkir dan lain sebagainya dalam menyambut tamu/pesertanya. Saya rasa, kejadian ini adalah pemecut untuk setiap anak bangsa untuk bisa terus menunjukan kepada masyarakat dunia bahwa Indonesia bisa menjadi bangsa kelas wahid. Bangsa yang tidak mudah "diemek-emek" oleh bangsa lain, apalagi sekelas Malaysia.

Tak cukuplah kita berteriak di Media Sosial sambil menghardik si panitia agar minta maaf. Indonesia harus segera mengejar ketertinggalan. Pak Nahrawi harus menggenjot Indonesia juara umum Sea Games. Pakde Jokowi harus terus meningkatkan kepedulian terhadap olahraga kita. Lembaga-lembaga Induk olahraga juga harus membantu Pak Jokowi dan Pak Nahrawi dengan bersikap terbuka dalam mengelola anggaran dan recrutmen atlet sehingga bibit-bibit unggul olahragawan Indonesia betul-betul unggul. Stakeholder, swasta juga jangan pelit menggelontorkan dana untuk sponshorsip. Sementara masyarakat juga tak boleh terus menerus merecoki  pemerintah yang sedang mencoba berlari.

 

Merah Putih

Pada momentum peringatan HUT RI ke-72 ada dua kejadian sebelumnya yang membetot mata dunia maya kaitan dengan Sang  Merah Putih.  Pertama berita pembakaran oleh sekelompok orang yang mengaku dari kalangan pesantren di Kabupaten Bogor. Gemas rasanya masih ada anak negeri yang tidak memahami arti penting sang merah putih. Perih rasanya ada anak negeri yang tidak membaca tentang pengorbanan perjuangan Hatta, Soekarno, Sudirman atau seperti Sidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun