Desak Nyoman Nesi adalah bibiku, adik dari bapakku, Dewa Made Tjeteg. Kakekku adalah seorang Pemangku di Batuaji Kelod.
Sebelum aku melaksanakan tugas sebagai Narasumber pada Pengabdian Masyarakat Program Studi Administrasi Perhotelan STP Nusa Dua Bali, tanggal 25 s/d 27 Mei 2016, di Desa Licin, Kecamatan Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur.
Tanggal 27 Mei 2016, di atas Ferry yang bergerak dari pelabuhan Ketapang menuju pelabuhan Gilimanuk, aku mendapat berita bahwa kondisi Dewa Biyang semakin melemah setelah sempat terjatuh di halaman rumah sambil memungut bunga kamboja. Hingga akhirnya meninggal pada pukul 4.30 pagi dini hari, Sabtu, 28 Mei 2016, aku tidak sempat menemani beliau di penghujung nafasnya.
Sepanjang perjalanan menuju Batuaji Kelod, sambil mengendarai motor tuaku tercinta, si putih nyonya tua, kuputuskan, tidak akan menangis meratapi keadaan, namun bersyukur atas situasi yang kuhadapi.
Tiba di halaman jeroan, pukul 07.00, dan perlahan naik ke Bale Gede, tempat Dewa Biyang disemayamkan...... Kucium tangan nya, kucium pipinya..... Kubisikkan, "Biyang, Santi akan mengangkat Biyang. Biyang akan Santi Abenkan. Mohon bantu Santi memperlancar semuanya....." Aku lalu turun dari Bale Gede, menyampaikan niatku di depan keluarga besar yang telah berkumpul.
Berikutnya, aku ditemani oleh mangku alit, Dewa Kadek Dwipayana, juga Dewa Komang Rai, nangkil, menemui Dewa Aji Siwa, ghriyanya terletak di bagian Utara dusun kami.
Beliau menyatakan rencana dewasa baik untuk melakukan prosesi pengabenan adalah setelah melaspas Bale Banjar saat Tumpek Wayang, yakni Anggara tanggal 7 Juni, dengan tingkatan madya. Kami lalu kembali ke Jeroan, dan bersiap berangkat ke Grhya di Banjar Anyar, Desa Timpag.