Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fakir Harta, Miskin Iman

20 September 2019   13:57 Diperbarui: 20 September 2019   14:00 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersyukur tidak cukup dengan kata (tribratanews)

Jika ada seseorang bertanya kepada Anda, bagaimana cara Anda bersyukur? Maka kiranya jawaban apa yang Anda akan kemukakan kepada si penanya itu. Berbicara soal "bersyukur" memang terkesan sederhana dan mudah. Ya benar karena ada begitu banyak cara bagaimana Anda mengekspresikan rasa bersyukur.

Bagi kami yang beragama Islam atau seorang Muslim, cara kami bersyukur salah satunya yaitu dengan melaksanakan dan mengamalkan apa-apa yang dijabarkan dalam Rukun Islam, seperti mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, puasa di bulan Ramadhan (baca : Romadhon), membayar zakat, dan menjalankan ibadah Haji.

Terlihat simple bukan, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Penulis akan mencontohkan salah satu perkara saja dalam materi kali ini yaitu "shalat".

Dalam kesehariannya dikala kesibukannya sebagai seorang Muslim, kami memiliki kewajiban untuk melaksanakan shalat 5 waktu diantaranya shalat Subuh, shalat Dzuhur, shalat Ashar, shalat Maghrib, dan shalat Isya. Penulis tidak akan menjabarkan apa alasan seorang Muslim wajib shalat, sederhananya shalat merupakan perintah Allah yang Maha Besar, Pengasih, Penyayang, berikut 96 nama dan sifat Allah yang lainnya (Asmaaul Husna 99). Kemudian shalat dapat membentuk kepribadian seorang Muslim agar berahlak baik dan saleh, Penulis membahasnya dalam artikel "Mau Dapat Suami yang Baik, Perhatikan Shalatnya".

Dalam prakteknya hal ini justru tidak semua Muslim lakukan, sekiranya apa yang Penulis amati sehari-hari. Acapkali Penulis melihat sosok-sosok manusia yang nyatanya mereka beragama akan tetapi justru mereka lebih sibuk mengurusi dunia. Bagi mereka urusan mencari uang untuk mencukupi kebutuhan hidup pribadi maupun keluarga jauh lebih penting ketimbang meluangkan waktu untuk melaksanakan shalat.

Sekalipun suara adzan keras berkumandang, sekalipun jarak Masjid yang hanya sejengkal tak mampu menggoyahkan hati mereka untuk bersujud dan memohon pertolongan Allah dalam mendapatkan ridho-Nya. Ironis memang, dikala kesusahan hidup yang mereka hadapi justru semakin membuat hati mereka kosong melompong tidak memperdulikan toh bahwa Allah segala sumber dari hidup ini.

Kenapa Penulis bisa katakan demikian? Ya karena Allah adalah sumber dari segala rezeki yang manusia hasilkan maupun terima. Sejatinya jika Anda berpikir, apakah jumlah materi yang Anda terima yang Anda manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sekolah anak Anda, dan kebutuhan lainnya asalnya bukan dari campur tangan Allah?

Pada kenyataannya Anda dapat menghasilkan dan menerima sejumlah materi tersebut dikarenakan Anda dalam kondisi sehat dan sehat itu hak prerogatif Allah sebagai dzat Yang Maha Pencipta. Anda bisa berasalan, Saya sehat karena Saya rajin berolahraga, Saya sehat karena Saya menjaga pola makan, Saya sehat karena Saya mengkonsumsi vitamin, maupun alasan lainnya.

Pada kenyataannya sebagaimana asalnya sakit juga menjadi hal prerogatif Allah, ketika manusia sakit ia tidak mampu berbuat apa-apa. Jangankan sibuk untuk mencari rezeki, terkadang untuk sesendok makanan saja mereka butuh pertolongan. Harta yang berlimpah hasil jerih payahnya di dunia toh hanya sekadar jadi penolong hidupnya sesaat.

Ingat baik-baik bahwa hidup ini singkat, seiring umur manusia bertambah maka satu persatu nikmat yang Allah berikan kepada manusia akan Allah angkat. Manusia kian berumur maka ia akan renta dan sakit-sakitan yang merupakan bagian dari Sunnatullah, dan manfaatkan baik-baik kesempatan hidup manusia di dunia agar lebih dekat kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun