Mohon tunggu...
Samuel Jeffrey
Samuel Jeffrey Mohon Tunggu... -

Undergraduate University of Indonesia batch '11

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Etika Pariwara Jadi Belenggu Insan Kreatif Periklanan?

10 Juni 2014   19:47 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:23 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika kita membicarakan dunia periklanan, maka hal yang tidak pernah luput dari perhatian kita adalah kreativitas dari sebuah iklan itu sendiri. Semakin banyaknya media yang bisa digunakan mulai dari media cetak, tv, radio, hingga online , menambah ruang gerak bagi mereka yang bekerja di dunia periklanan untuk bisa "memamerkan" kebolehannya dalam mengolah sebuah bauran promosi menjadi iklan yang menarik bagi target audience.

Di Indonesia sendiri, begitu banyak agensi periklanan yang lahir dari dalam negeri maupun agensi dari luar yang membuka kantornya di Indonesia. Hal ini membuat persaingan dalam dunia periklanan untuk mempromosikan masing - masing klien denganbrandyang beragam semakin ketat dan sengit sehingga harapannya dapat menghasilkan output dalam bentuk iklan yang berkualitas. Promosi ini dilakukan tidak serta - merta untuk mempromosikan sebuahbrandagarbrandtersebut dikenal dan membuat orang ingin membeli, namun ada nilai seni ketika membuat sebuah iklan untuk memberikan kesan estetika agar iklan tersebut bisa terlihat menarik bagi orang - orang yang melihatnya.

Akan tetapi, untuk dapat menghasilkan sebuah iklan yang baik, maka pesan tersebut harus tetap dapat ditangkap maknanya olehtarget audiencetanpa harus mempersulit serta membuat bingung mereka. Iklan pun sebaiknya bisa menjadi bagian dari hiburan dalam media itu sendiri. Sehingga agaknya, iklan juga memiliki kesantunan dalam eksekusinya sesuai dengan etika dan norma yang berlaku di Indonesia.

Untuk itu kita memiliki Etika Pariwara Indonesia yang tujuan sebagai koridor bagi para pekerja di dunia periklanan, agar apa yang mereka hasilkan ataupun tayangkan di khalayak ramai tetap berkiblat pada etika, norma, serta peraturan yang sebelumnya sudah disepakati bersama. Tujuannya adalah untuk melindungi target audience maupun mereka yang terpapar oleh iklan tersebut dari hal – hal yang akan dapat berpengaruh buruk.

Etika Pariwara ini memiliki fungsi sebagai undang – undang seperti umumnya, dengan beberapa pasal yang sangat detail untuk bisa menjaga serta memperhatikan apa yang akan dipaparkan kepada target audience. Pasal – pasal yang terdapat pada Etika Pariwara, dirumuskan sedemikian rupa agar tidak ada yang terluput dari pengawasan. Namun seiring berjalannya waktu, Etika Pariwara ini mengalami pembaharuan terus – menerus karena memang dunia periklanan memiliki pergerakan yang dinamis dan cenderung cepat sehingga dibutuhkan keluwesan dalam pembaharuan pasal – pasal yang ada agar tidak ada celah dalam Etika Pariwara.

Namun bagi beberapa insan kreatif di dalam dunia perikalanan, Etika Pariwara ini justru dianggap sebagai “penjajah” kreativitas mereka karena terlalu banyak batasan yang tidak masuk akal sehingga sulit untuk menghasilkan sebuah iklan tanpa melanggar Etika Pariwara. Hal ini dapat dilihat dari begitu banyaknya pelanggaran yang dilakukan dan sikap dari beberapa yang bekerja dalam dunia periklanan sepertinya tidak begitu mengindahkan apa yang seharusnya menjadi esensi dari peraturan yang sudah dibuat tersebut. Banyaknya mandatory yang sulit untuk dijalankan menjadi alasan bagi mereka untuk “sedikit” melanggar, meskipun pada akhirnya mereka tahu bahwa akan ditegur dan merevisi kembali iklan yang telah mereka buat.

Padahal, sebenarnya kreativitas tidak harus melanggar peraturan yang berlaku. Banyak cara serta ide pemikiran untuk bisa menghasilkan sebuah output yang baik. Dan bila Etika Pariwara tersebut tidak diindahkan berarti ada indikasi bahwa insan kreatif tersebut cukup egois untuk memikirkan dirinya dalam membuat sebuah iklan tanpa memikirkan mereka yang terpapar oleh iklan tersebut.

Oleh karena itu, seharusnya sebagai orang – orang yang bekerja di dunia periklanan, mengubah mindset mereka bahwa etika dan peraturan yang ada berfungsi untuk menjaga target audience dan justru mendorong kreativitas agar tidak mencederai orang – orang yang terpapar iklan di Indonesia khususnya. Jangan jadikan Etika Pariwara sebagai belenggu tapi justru sebagai alat untuk mendorong kreativitas insan periklanan kearah yang lebih positif.

Tulisan ini merupakan opini pribadi saya mengenai apa yang telah saya pelajari sebagai salah satu Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia peminatan Advertising.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun