Mohon tunggu...
SAMUEL AGUS SANTOSA
SAMUEL AGUS SANTOSA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Merupakan mahasiswa FISIP UNDIP Political dan Government Science yang memiliki banyak keresahan-keresahan dan mencoba menuangkannya dalam tulisan. Semoga bermanfaat kirim komentar, kritik, dan saran. God Bless You

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Aku Beragama?

29 Maret 2020   03:00 Diperbarui: 29 Maret 2020   04:12 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bercermin. (Sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Ada yang atas nama Tuhan melecehkan Tuhan, ada yang atas nama negara merampok negara, ada yang atas nama rakyat menindas rakyat, ada yang atas nama kemanusiaan memangsa manusia. 

Sebuah petikan dari bait puisi karangan K.H Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus ditulis di Rembang tahun 1997, merepresentasikan fenomena yang terjadi belakangan ini—sungguh ironi. Hal ini tercermin pada fenomena penggusuran rumah ibadah, sweeping acara keagamaan yang mana perilaku tersebut tidak bisa dibenarkan sekalipun mengatasnamakan agama. 

Kesimpulannya agama hanya sebuah alat yang menjustifikasi atau membenarkan sebuah tindakan yang justru melenceng dari esensi agama sesungguhnya, namun ketika semuanya itu dilandaskan “atas nama agama” semuanya seakan berubah 180 derajat menjadi benar, sungguh memprihatinkan.

Lantas mengapa kita beragama?—sebuah pertanyaan fundamental yang berangkat dari keresahan akan fenomena agama hari-hari ini. Penulis secara pribadi tidak terlalu senang dengan istilah “agama”, karena menurut penulis istilah “agama” sudah kehilangan pemaknaan yang substansial.

Hal ini dikarenakan banyak fenomena kurang terpuji yang mengatasnamakan agama. Istilah “agama” seakan menjadi “embel-embel” terhadap segala kegiatan kurang terpuji yang dilakukan oknum—istilah agamapun hambar rasanya.

Bagi penulis yang memiliki latar belakang kristen, lebih senang menyebut dirinya pengikut kristus atau kekristenan, ketimbang agama. Sebab citra dari istilah “agama” telah dirusak—bahkan oleh manusia yang memiliki agama itu sendiri.

Bagi penulis arti kekristenan adalah cinta kasih. Tuhan menciptakan manusia karena cinta kasih dan untuk menjadi sasaran dari kasih Tuhan. Oleh karenanya ada perintah untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Manusia yang mula-mula dikasihi oleh pencipta-Nya dan sekarang memiliki tugas untuk mengasihi pencipta-Nya sekaligus sesamanya. Penulis berpendapat bahwa semua agama atau keyakinan mengajarkan hal yang sama, yakni cinta kasih.

Ketahuilah bahwa manusia terbentuk mula-mula dari debu tanah yang oleh cinta kasih sang pencipta dihembuskan nafas hidup. Tuhan yang maha cinta kasih itu menjadikan manusia sebagai sasaran kasih. 

Kemudian diciptakan juga seorang perempuan dari tulang rusuk laki-laki, agar manusia tersebut juga dapat mengasihi sesama manusia. Manusia belajar mencintai melalui cinta kepada manusia lainnya, namun juga belajar mengasihi penciptanya yang tidak terlihat melalui keyakinan dan imannya.

Jika manusia lahir dari cinta kasih dan lebih dari itu adalah sasaran dari cinta kasih sang pencipta, maka seharusnya apa yang dilakukan manusia tidak melenceng dari semua itu. Namun kenyataanya hal itu lantas tidak berlaku begitu saja—seperti hukum alam atau fisika, ada kepastian akibat sebuah konsekuensi logis di dalamnya—tidak secara otomatis berlaku demikian.

Lantas apakah kita makhluk cinta kasih namun kehilangan cinta kasih?, silahkan kita berefleksi pada diri masing-masing. Faktanya banyak kejahatan yang tanpa belas kasih yang terjadi sekarang ini.—kasus mutilasi, penganiayaan, pembunuhan berencana—membuktikan bahwa agama, cinta, dan kemanusiaan tidak berjalan beriringan sebagaimana mestinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun