Pernah kuhapal betul tiap lekukan hurup-hurup namanya. Di luar kepala aku menghapalnya. Tiap hurupnya kubaca dan kueja dengan artikulasi yang jelas dan tajam.
Tapi kini, setelah sekian dasawarsa, aku terpaksa dan dipaksa mendaras ulang. Kueja lagi, satu per satu tiap hurupnya. Kadang benar di tulisan, tapi salah di ejaan. Kadang juga salah di ejaan, namun benar di tulisan.
Aku kadang lupa bahwa hurup qaf bertitik dua, dan hurup fa' bertitik satu. Sering lupa membedakan antara hurup ba' dan ta', yang lekukan hurupnya persis sama, namun hanya beda di posisi dan jumlah titiknya.
Namun tiap hurup di namanya tak mungkin aku melupakannya. Karena setiap hurupnya terukir dan terpahat jelas dalam hati dan ingatan. Aku hanya perlu mengeja ulang, mendaras ulang.
Setelah ejaan ulang itu kembali lancar. Takkan kubiarkan lidah ini salah mengejanya. Sampai lidah terasa kelu, ketika lidahku tak mampu lagi mengeja hurup-hurup di namanya.
Syarifuddin Abdullah | Duhok Irak, 06 Agustus 2017 / 13 Dzul-qa'dah 1438H.