Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Joker, Benarkah "Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti"?

7 Oktober 2019   17:17 Diperbarui: 11 Oktober 2019   23:25 2899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: appocalypse.co

Ada yang aneh selepas saya menonton Joker, tawa yang terus terngiang, mimik wajah yang berubah-ubah dan kondisi sosial yang membentuknya.

Saya paham, jika anda teringat terus akan sebuah film dipastikan film tersebut adalah film yang bagus. Yup, secara teknis memang bagus, akting Joaquin Phoenix tidak perlu di ragukan, sangat totalitas, nilai 8/10, dan layak dapat Oscar. Mungkin inilah film villain superhero terbaik.

Tapi ada yang aneh, ada kondisi psikologis yang seperti mengancam saya dan para penonton selepas menonton film tersebut.

Setelah saya resapi, film ini bukanlah jenis film action superhero meskipun Joker adalah musuh "terkuat" Batman, hidup di kota Gotham dan dinaungi Oleh DC Comics. Film ini adalah film Thriller Psychology.

Kondisi psikologis acak yang di alami Arthur Fleck telah membangkitkan naluri terdalam dari saya sendiri, dan saya yakin begitupula yang terjadi pada para penonton di sekeliling saya. Naluri itu adalah naluri jahat.

Menurut teori psikoanalisis Sigmund Freud, setiap orang memiliki apa yang di namakan id, yaitu sifat dasar manusia, termasuk insting; insting lapar dan haus, insting seksual, insting agresifitas dll.

Id ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu dengan terpenuhinya aspek kebutuhan hidup; punya harta, punya rumah, punya keluarga, dan di hargai orang sekitar. 

Kita akan berusaha untuk memenuhinya, dengan cara apapun. Kita punya yang namanya ego. Ego yang mengatur kita ini mau ngapain dengan cara apa. Bertujuan untuk memenuhi tuntutan id.

Lalu kita punya yang namanya superego, simplenya, superego ini berguna untuk mengerem sifat ego. Superego berisi norma aturan dan nilai-nilai.

Superego inilah yang mengatur kita untuk tetap berhenti di lampu merah. Lalu bagaimana dengan aksi pencurian?

Pencurian adalah manifestasi dari ego untuk memenuhi kebutuhan id. Kita (id) lapar, ego kita mengatakan kita harus cari makan, superego mengatakan kita harus punya duit untuk beli makanan. Sayangnya, kondisi realitas tidak mendukung, duit tidak punya, pekerjaan pun tidak ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun