Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pikiran Negatif Ibarat Tangan "Ditelikung"

28 Mei 2017   06:46 Diperbarui: 28 Mei 2017   08:25 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lingkungan memiliki energi, roh atau kekuatan untuk membentuk kita meskipun akhirnya keputusan tetap ditangan kita. Lingkungan bagaikan penasihat tanpa jabatan. Sayangnya, kita secara alami cenderung terbawa larut oleh lingkungan tanpa keputusan yang kuat untuk menciptakan seleksi.

Tidak semua energi yang dikeluarkan lingkungan memiliki daya tarik ke hal-hal negatif, tapi kesalahan tentang lingkungan terjadi ketika kita mengabaikan prinsip dasar kebenaran ilmiah bahwa dunia ini diciptakan dari hukum kerja sama. Jika kita memiliki satu lingkungan yang sangat terbatas, maka lingkungan itulah yang menjadi identitas kita. Ibaratnya, seperti katak dalam tempurung.

Tak ada yang dapat menghentikan orang yang bermental positif untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, tak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat membantu seseorang yang sudah bermental negatif. Hidup yang kita jalani saat ini adalah pancaran pikiran, keputusan, dan pilihan kita.

Saat kita berdiri, kita melihat dunia tegak semua. Saat kita berbaring, kita melihat dunia ini miring semua. Saat kita berdiri dengan dua tangan dan kaki di atas, kita melihat dunia ini seperti terbalik. Saat mata terpejam seakan dunia ini tidak ada. Saat kita pusing kita melihat dunia oleng. Dunia terlihat sesuai kondisi kita. Padahal tidak ada perubahan pada dunia tersebut. Itulah gambaran dari sikap kita. Kita memandang sesuatu tergantung pada sikap yang kita miliki. Sikap sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita katena mempengaruhi cara pandang kuta terhadap dunia.

Banyaknya tekanan hidup yang harus dialami seseorang membuat kebanyakan orang mengalami frustasi. Beberapa orang menghadapi beban pekerjaan yang berat hingga mengalami stres pekerjaan. Bencana, perubahan sikap pasangan atau orang terdekat juga bisa membuat depresi dan frustasi.

Jika kita berpikir bahwa kegagalan itu memalukan dan kegagalan adalah akhir segalanya, maka kita akan merasa ketakutan saat melakukan sesuatu. Lain lagi jika berpikir bahwa gagal adalah suatu pembelajaran dan menganggap masih ada kesempatan lain, maka kita akan menjadi orang yang berani. Sikap pesimis disebabkan oleh pikiran bawah diri kita tidak memiliki kemampuan. Sikap pesimis juga karena kita merasa sudah ditakdirkan miskin dan keadaan di sekeliling kita tidak mendukung. Optimisme akan memungkinkan seseorang menghadapi situasi tidak menyenangkan dengan cara positif dan produktif.

Disadari atau tidak, kita selama hidup selalu disodorkan sejumlah pilihan seiring dengan detak jantung kita. Mana yang akan kita pilih, kita jengkel karena keadaan semrawut atau kita jengkel sehingga keadaan menjadi semrawut. Kita berpikir negatif karena keadaan yang negatif, atau karena kita sudah berpikir negatif sehingga keadaan menjadi negatif. Terus terang sebagai manusia biasa terkadang kita sering tergelincir ke dalam situasi hidup bahwa realitas adalah monster yang memberi kita kepastian sehingga di hadapannya kita tidak sempat menyadari bahwa realitas adalah hasil pilihan kita.

 

 

 

Ahmad Rury

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun