Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lima Film Kartun Legendaris

12 Desember 2012   19:46 Diperbarui: 4 April 2017   16:55 10336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir dua minggu yang lalu, tepatnya Sabtu (1/12) tim nasional sepak bola Indonesia takluk dari  tuan rumah Malaysia, skor 0-2, pada laga penentuan Grup B Piala AFF 2012.  Beberapa saat setelah duel yang dihelat di Stadion Bukit Jalil, muncul banyak opini masyarakat dari kedua negara. Termasuk di berbagai situs, forum, maupun jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Hanya, yang menohok adalah ketika publik gencar menganalogikan sebagai Upin-Ipin yang mengalahkan Si Unyil. Pasalnya, kedua sosok imajinasi anak-anak itu berbeda. Upin-Ipin adalah tokoh rekaan dalam film kartun, sementara Si Unyil merupakan boneka yang digerakkan langsung melalui tangan. Berbicara mengenai film kartun, hingga kini, Indonesia masih tertinggal dari Malaysia. Kendati banyak film kartun yang dibuat anak negeri, namun belum ada satupun yang go internasional, layaknya Upin Ipin atau The Little Krishna, buatan India. Apalagi sejak dua dekade lalu, anak-anak dan remaja di seluruh nusantara, selalu disuguhkan film kartun made in Jepang. Meski begitu, sebagai bagian dari generasi yang besar di era 1990-an, pastinya saya tidak menutup mata dengan berbagai film kartun buatan luar negeri, termasuk Jepang, Amerika Serikat, Belgia, hingga Prancis. Tanpa disadari secara tidak langsung, suguhan film kartun luar negeri, ikut mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Tentu, dengan beragam filter dari orang terdekat, terutama keluarga dan pihak sekolah. Agar tidak mentah-mentah menerima banyaknya film kartun yang masuk ke Indonesia. Sebab, keberadaan film kartun itu dua bak dua sisi mata pedang: Negatif atau Positif. Seiring perkembangan waktu, maka orang itu sendiri yang akan menyeleksi, mana film kartun yang layak ditonton atau tidak. Seperti halnya Tom & Jery, yang terkesan sadis karena kedua tokohnya digambarkan hingga berdarah-darah maupun Crayon Sinchan, yang vulgar dan tidak untuk  disaksikan anak dibawah 15 tahun. Namun, film kartun juga ada sisi positifnya, terutama bila menyaksikannya didampingi keluarga, seperti Saint Seiya, yang mengenalkan 12 rasi bintang, atau dalam film kartun Doraemon, yang mengajarkan sang anak agar tidak malas seperti yang dilakukan Nobita. Tapi,  saya sendiri memimpikan, kelak beberapa tahun mendatang film kartun karya anak bangsa, dapat diterima luas di mancanegara...

*     *     *

1. Remi [caption id="attachment_214151" align="aligncenter" width="468" caption="Kartun Remi (sumber: animenation.net)"][/caption] Selamat pagi gunungku, selamat pagi pohonku Selamat pagi teman-teman semua Aku kan pergi jauh demi cita-citaku Remi mohon doa restu darimu Selamat berpisah semuaunya Aku kan pergi untuk mengembara Jangan bersedih karena kepergianku Kelak pasti kita akan bertemu Mungkin untuk saat ini, sudah jarang yang mengenal lagu pembuka dari film kartun Remi. Tentu saja, karena dibanding Doraemon dan Dragon Ball yang selalu ditayangkan ulang hingga kini, Remi, sama sekali belum ditayangkan kembali. Padahal, sekitar pertengahan tahun 1995, Remi merupakan salah satu film kartun sangat ditunggu-tunggu oleh anak kecil maupun remaja yang baru belasan tahun. Bahkan, saat itu setiap Kamis sore, saya dan beberapa teman sebaya selalu membaca sinopsisnya melalui majalah Bobo dan Tabloid Fantasi. Kisahnya sederhana, tentang seorang anak kecil yang harus menjalani masa kanak-kanaknya dengan mengamen di seantero negeri Prancis. Bersama seniman jalanan yang kelak menjadi Ayah angkat, tiga ekor anjing dan seekor monyet, Remi terus berkelana mencari rezeki halal untuk kehidupan sehari-harinya. Bagi saya sendiri, Remi adalah film kartun yang sangat berkesan. Sebab, dari tubuhnya yang kecil dan ringkih -berbeda dengan Nobita- Remi sudah mengajarkan cara berjuang hidup di jalanan. Bukan dengan mengemis, tapi justru menjual apa yang dia bisa, seperti permainan musik serta gerak pantomim yang diperagakan sang monyet. Setelah hampir dua windu, saat ini rasanya sulit mencari film kartun yang sangat mendidik dan inspiratif layaknya Remi. - 2. Ikkyu San [caption id="attachment_214152" align="aligncenter" width="260" caption="Ikkyu San (more-japan.com)"]

13553399035267704
13553399035267704
[/caption] Awalnya, menyaksikan film kartun Ikkyu San, sangat membosankan. Sebab, entah karena tokohnya yang biasa saja maupun alur ceritanya yang gampang ditebak. Apalagi, suara-suara aneh yang diketok dari bocah berkepala plontos ini, jika ingin memikirkan sesuatu. Tok, tok, tok... Namun, setelah menyaksikan beberapa episode -plus banyak iklan- saya sendiri jadi ketagihan. Sebab, Ikkyu sendiri merupakan sosok anak cerdas dibanding kawan sebayanya. Dia mampu memecahkan berbagai persoalan, termasuk untuk orang yang lebih dewasa, cukup dengan bersemedi memusatkan perhatian dan diiringi ketukan mangkok tiga kali ala Bhiksu.

*     *     *

3. Candy-candy [caption id="attachment_214155" align="aligncenter" width="403" caption="Candy-candy (anime-planet.com)"]

13553406091808344636
13553406091808344636
[/caption] Sosok gadis kecil berambut pirang, bermata besar dan berhidung lancip. Itulah Candice White Ardlay, atau biasa dipanggil Candy. Seorang anak yang bercita-cita menjadi perawat, harus menjalani kisah hidupnya dengan ruwet. Termasuk ketika di usia belasan, menemukan kawan yang kelak menjadi pacarnya, Pangeran Albert. Dalam film kartun Candy-candy, digambarkan mengenai prilaku seorang gadis kecil yang giat mengejar impiannya. Meski beberapa kali gagal, namun Candy tetap tidak pantang menyerah. Hanya, kelemahannya adalah Candy adalah sosok yang mudah trenyuh. Terutama terhadap lawan jenis sebayanya, yang membuat mata besarnya sering berkaca-kaca.

*     *     *

4. Doraemon [caption id="attachment_214153" align="aligncenter" width="344" caption="Doraemon (stuffpoint.com)"]

13553403741498060273
13553403741498060273
[/caption] Untuk film kartun ini, mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Sebab, Doraemon merupakan film kartun pertama yang ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta yang saat itu baru mengudara hingga kini memasuki usia dua dekade lebih. Mungkin, banyak yang sudah menyaksikan Doraemon dari tahun 1989, sejak masih kanak-kanak hingga kini punya beberapa anak lagi... Yang menarik dari Doraemon, sebenarnya bukan tokoh utamanya si robot kucing. Melainkan adalah Nobita, seorang pemalas yang selalu mengandalkan barang-barang dari kantong ajaib Doraemon. Mulai dari baling-baling bambu, pintu ajaib, hingga makanan khas Jepang, Dorayaki. Apalagi film ini semakin berwarna dengan diramaikan Giant -dulu dibaca Jayan- anak bertubuh tinggi besar, lalu Suneo sosok kaya raya tapi menyebalkan, Dekisugi, anak jenius dan pesaing berat Nobita, serta Shizuka, yang menjadi rebutan.

*     *     *

5. Sailor Moon [caption id="attachment_214154" align="aligncenter" width="386" caption="Sailor Moon (comicvine.com)"]

1355340517384400737
1355340517384400737
[/caption] "Tuxedo Bertopeng..." Begitulah kalimat yang selalu diteriakan dari lima sekawan remaja perempuan, yang tergabung dalam pasukan cantik. Dipimpin oleh Usagi (Sailor Moon), Ami (Merkurius), Rei (Mars), Makoto (Jupiter), dan Ai (Venus), kelima pahlawan muda itu bahu-membahu membasmi kejahatan. Namun, selain semangat melawan musuh, kelima gadis tersebut juga saling bersaing memperebutkan seorang Mamoru, pria muda nan misterius, yang mengenakan pakaian serba hitam lengkap ala jas. Sosok pahlawan yang dijuluki Tuxedo Bertopeng itu, kerap menjadi penyelamat Usagi dan kawan-kawan. Selain itu, yang unik dari film kartun ini adalah, secara tidak langsung penonton diberi pengetahuan mengenai nama-nama beberapa planet yang ada di tata surya.

*     *     *

*     *     *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun