Mohon tunggu...
Arisman Riyardi
Arisman Riyardi Mohon Tunggu... Lainnya - its me! hey...

Jika anda berfikir disini terlalu sunyi, yuk ke www.riyardiarisman.com !

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Salawaku, Antara Ketenangan dan Emosi

23 Februari 2017   09:29 Diperbarui: 23 Februari 2017   20:00 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Akhir bulan Januari lalu adalah 'jalan-jalan' awal tahun tahun yang teramat menyenangkan bagi saya, untuk pertama kalinya saya bisa berhadapan langsung dengan beberapa warga bawah laut, ikan – ikan mulai dari yang lucu hingga aneh serta beragam bentuk dan warna terumbu karang di Pulau Pahawang. Sesekali saya menunduk dan merelakan air yang super asin masuk ke mulut saya, pengalaman tersebut membuat segala sesuatu yang saya lihat menjadi lebih berarti dan menyenangkan, apalagi jika dibandingkan dengan keadaan bawah laut yang biasa saya lihat, hanya sebatas di dalam aquarium.hehe.

Rasa itu kembali hadir saat saya menyaksikan film yang berjudul SALAWAKU, panorama bawah laut Maluku yang sangat luar biasa berhasil divisualisasikan oleh sang sutradara Pritagita Arianegara dengan kombinasi landscape Pulau-Pulau lainnya seperti Pulau Seram, Pulau Piru dan Pulau Pasir, ilalang yang bergoyang pun menjadi sebuah angle yang sangat menarik dan bisa dinikmati dalam film ini, tak salah jika film yang berdurasi 78 menit ini berhasil merebut penghargaan Best Cinematography pada ajang Festival Film Indonesia 2016 lalu.

img-20170223-084829-58ae47cd577b61b904a6ff82.jpg
img-20170223-084829-58ae47cd577b61b904a6ff82.jpg
SEBUAH KETENANGAN

   LAUT seakan memiliki ceritanya tersendiri, seseorang bisa tiba-tiba menjadi melankolis jika berlama-lama menatapnya. Film SALAWAKU juga memberikan pengaruh tersebut kepada saya pribadi, ketenangan saya rasakan saat film ini memulai kisahnya, saat laut dan langit berlomba-lomba untuk mendominasi layar bioskop.

Salawaku, sosok anak kecil yang diperankan oleh Elko Kastanya ini menjadi sang pembuat kisah, keberanian untuk mencari sang kakak, Binaiya yang diperankan oleh aktris yang sudah lama tak terlihat, Raihaanun di Pulau lain ini membuatnya harus bertemu dengan Saras, gadis kota yang diperankan oleh Karina Salim. Dalam film ini, Elko Kastanya berhasil tampil sangat natural, namun tetap pintar memunculkan emosi serta tawa dan tak membuat bosan padahal ia hampir hadir ditiap scene dalam film yang dipastikan tayang hari ini, tanggal 23 Februari 2017. Wajar saya bilang jika ia juga menyumbangkan satu Piala Citra untuk kategori Best Child Actor pada FFI 2016 lalu.

Lawan mainnya Saras, Karina Salim seakan tak mau kalah, pembawaannya yang teramat tenang menjadikan film ini berjalan seperti ombak-ombak kecil di laut lepas, namun jauh dari kata membosankan. Karina yang sebelumnya menghipnotis saya lewat aktingnya sebagai Bian dalam film Raksasa Dari Jogja (2016) kembali melakukan hal yang sama, wajah orientalnya seakan mengajak kita menebak “apa yang sebenarnya saya pikirkan ?”, bahkan saat dia diam kemudian menelan ludah dalam film ini, emosi yang ingin diungkapkan otomatis tersalurkan kepada saya, tanpa harus berdialog. Great !


PERMAINAN EMOSI

Saya bisa menyebut diri saya mabuk laut saat menyaksikan film ini, efeknya sama seperti mabuk cinta mungkin. Tapi yang pasti, saya terjebak dalam cerita ini, SALAWAKU menjadi sebuah Road Movie yang sangat terstruktur, alur ceritanya jelas meskipun ada beberapa hal yang akan kita pertanyakan, namun itu memang wajib, bagi saya, sebuah film memang harus ada yang tak dijabarkan dengan detail agar kita sebagai penonton ikut terlibat dalam pikiran kita masing-masing.

Aktor pendatang baru JFlow Mulessy hadir sebagai Kawanua dalam film ini, kacau, emosi penonton semakin dipermainkan saat Kawanua, Saras dan Salawaku disatukan dalam satu frame, saat perbedaan karakter, usia, dan masalah pribadi masing-masing bertemu, makan bersiaplah untuk sesuatu yang tak disangka-sangka, begitulah film SALAWAKU memasuki paruh kedua.

Emosi dalam film juga disampaikan oleh berbagai pemandangan alam Pulau Piru yang sangat memanjakan mata, tak sedikit dari orang disekitar saya saat menyaksikan film ini berkata “wah”, “gokil”, “keren” dan “bagus banget”. Oh ya, standing applause juga saya sematkan kepada penulis skenario Iqbal Fadly dan Titie Watimena yang membuat film SALAWAKU menjadi salah satu bukti kekayaan Indonesia dari sisi bahasa daerah, Labujua Ada Hati !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun