Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menabung Air, Mencegah Banjir

19 Maret 2010   15:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata bukan uang saja yang bisa ditabung, air juga bisa, caranya? Pada waktu musim hujan, dimana air melimpah ruah banyaknya, bahkan banjir dimana-mana, maka air biasanya mengalir deras, masuk ke dalam sungai dan mengalir kelaut. Teori sistem drainasi jaman dulu adalah membuang air banjir dengan segera dengan mengalirkannya ke laut. Teori ini sudah mulai ditinggalkan.

Air banjir mestinya tidak langsung dibuang ke laut tapi ditahan dulu selama mungkin dengan cara diresapkan ke dalam tanah, misalnya dengan pembuatan biopori, atau ditampung dalam kolam penampungan sementara sebelum dibuang ke sungai dan selanjutnya dialirkan kelaut. Teori ini sering disebut sebagai drainasi berwawasan lingkungan

Dalam tulisan singkat ini saya tidak ingin berteori tentang sistem drainasi yang berwawasan lingkungan, tapi sekedar berbagi cerita tentang proyek uji coba pengendalian banjir dengan pembuatan bak penampungan air banjir di kompleks perumahan kami.

Saya cukup beruntung tinggal di kompleks perumahan yang dijadikan lokasi ujicoba proyek ini, yang beberapa waktu yang lalu berhasil diselesaikan dan dilakukan uji cobanya. Sebagai salah seorang warga penghuni kompleks perumahan, tentu saya sangat senang dengan proyek ini, karena saya berharap banjjir besar tahun 2002 dan 2007 yang melanda sebagian besar wilayah Jakarta, termasuk kompleks perumahan dimana saya tinggal, tidak terulang lagi di tahun-tahun mendatang.

Caranya sebenarnya sederhana, dengan semakin sulitnya mencari lahan kosong di Jakarta, maka kolam penampungan air banjir dibuat di bawah tanah, dimana diatasnya ditutup dan digunakan lagi. Dalam kasus ini, lahan yang digunakan adalah lahan parkir sekolah TK di kompleks perumahan kami. Waktu musim kemarau atau hujan kecil, maka air mengalir secara gravitas ke sungai terdekat. Tapi pada musim hujan dan banjir, maka air masuk dulu mengisi kolam penampungan, dan kemudian dipompa ke sungai dengan menggunakan dua buah mesin pompa, melewati tanggul sungai yang sudah ditinggikan.

Kolam retensi yang bisa menampung air sebanyak 480 m3 ini dilengkapi dengan dua buah pompa dan generator listrik. Warga sepenuhnya dilibatkan dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya. Memang diakui biaya pembuatan kolam penampungan ini cukup mahal, yaitu sekitar 4,5 milyar rupiah, dan biaya pengoperasian dan pemeliharaan pompa juga tidak sedikit. Tapi kalau dibandingkan dengan kerugian moril dan materil pada waktu banjir besar melanda Jakarta tahun 2007, maka biaya tersebut saya kira seimbang dengan potensi kerugian akibat banjir.

Sebenarnya menabung air yang paling baik adalah dengan cara menyimpannya dalam tanah, melalui sumur resapan, misalnya dengan pembuatan biopori. Sebenarnya Pemerintah DKI sudah mengeluarkan peraturan daerah mengenai pembuatan sumur-sumur resapan, tapi sayang bahwa cara-cara yang sederhana namun bisa secara efektif mencegah banji r ini belum banyak dilakukan oleh masyarakat, kecuali di beberapa tempat dengan dukungan fasilitasi dari beberapa LSM.

Diharapakan pemerintah membuat lebih banyak lagi tempat-tempat penyimpanan air seperti ini, untuk menyimpan air sewaktu banjir, sehingga warga Jakarta tetap bisa tidur nyenyak saat musim hujan tiba. Berikut ini adalah gambar-gambar yang saya ambil dari koleksi foto-foto yang dibuat tetangga saya Pak Slamet Rahardjo, salah seorang Kompasianer yang juga warga kompleks perumahan dimana saya tinggal.

[caption id="attachment_97829" align="alignleft" width="300" caption="Kompleks Perumahan kami sewaktu banjir tahun 2007 (foto koleksi Pak Slamet Rahardjo)"][/caption]

(Terimakasih Pak Slamet atas foto-fotonya, foto-foto saya masih dalam kamera yang digondol maling tadi pagi).

[caption id="attachment_97833" align="aligncenter" width="300" caption="Pipa air banjir dan pintu air (foto koleksi Pak Slamet Rahardjo) Uji coba pompa, air dibuang ke Kali Krukut (foto koleksi Pak Slamet Rahardjo)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun