Mohon tunggu...
Rifqoh Roziah
Rifqoh Roziah Mohon Tunggu... mahasiswa -

masih dalam proses menjadi seseorang yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Teman Khayalan Masa Kecilku

2 Mei 2017   00:09 Diperbarui: 2 Mei 2017   01:03 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Teman khayalan. Apa yang terbesit dipikiran anda ketika mendengar “teman khayalan”? mungkin sebagian dari anda dulu semasa kecil memiliki teman khayalan. Begitu juga dengan saya. Saat masih kecil dulu saya memiliki teman khayalan. Saya memberinya nama “Si Cebol” (cebol adalah sebutan untuk orang yang tingginya dibawah rata-rata orang normal), saya (dulu) juga kerap berbincang-bincang dengannya. Si Cebol adalah teman khayalan yang saya dan teman saya ciptakan dahulu. Kita sering bermain bersama dan berinteraksi dengan Si Cebol. Permainan favorit kita dulu adalah bermain rumah-rumahan. Ilustrasinya Si Cebol adalah seorang laki-laki dewasa yang usianya sekitar 15 tahun diatas saya. Dalam permainan rumah-rumahan yang saya mainkan bersama dengan teman saya, Si Cebol berperan menjadi salah satu keluarga dalam rumah tersebut dan kakak dari kita berdua (saya dan teman saya). Apakah wajar jika anak memiliki teman khayalan? Anak memiliki teman khayalan adalah hal yang wajar. Lebih dari 50% anak memiliki teman khayalan. Yang tidak wajar adalah ketika sang anak telah dewasa tetapi mereka masih memiliki teman khayalan. Anak yang sampai dewasa masih memiliki teman khayalan bisa jadi mereka tidak memiliki teman didunia nyata. Mereka akan kesulitan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang disekitarnya. Memiliki teman khayalan anak dapat membantu berkembangnya kreatif dan imajinatif anak. Selain itu juga dapat membantu perkembangan otak menjadi lebih fungsional. Jika orang tua yang anaknya memiliki teman khayalan, sebaiknya orang tua mengarahkan tingkat interaksi yang lebih canggih dengan orang lain dan lingkungan. Namun, jangan batasi anak untuk berpikir imajinatif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun