Mohon tunggu...
Peter Reuben
Peter Reuben Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Krisis Pluralisme

14 Februari 2017   18:07 Diperbarui: 14 Februari 2017   18:11 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti yang kita ketahui sekarang, situasi politik di Indonesia sedang mulai memanas. Karena politik di Indonesia sekarang sudah tidak bisa lagi dilakukan secara transparan dan dengan adil. Mereka mulai mengungkit – ngungkit ajaran agama dan etnis tertentu dalam politik. Mereka dipaksa memilih pemimpin yang satu etnis dan agama dengan mereka, karena bila tidak maka mereka dianggap tidak menuruti ajaran agamanya. Situasi ini sering kita dengar dalam masa menjelang pilkada DKI Jakarta mendatang. Tulisan ini bukan bermaksud untuk menyinggung pihak tertentu, tetapi saya hanya menceritakan yang saya rasakan menjelang pilkada.

Dari kejadian tersebut, pluralisme di Indonesia sudah bisa dikatakan mulai memudar atau bahkan sudah hilang. Pluralisme di Indonesia bukanlah hal yang asing, pada awalnya, Indonesia diperjuangkan kemerdekaannya tidak hanya oleh satu etnis saja melainkan mereka semua bersatu karena ingin Indonesia yang merdeka. Mereka bersama –sama meraskan persamaan satu nasib sehingga mereka tidak lagi membeda – bedakan. Bahkan, dalam pembuatan naskah Pancasila, pada sila pertama diubah karena tidak mencakup keberagaman pada seluruh Indonesia.Hingga, perjalanan setelah Indonesia merdeka berlanjut dan kemudian keberagaman di Indonesia semakin tampak karena seiring dengan perkembangan zaman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Indonesia merdeka dan disatukan dengan keberagaman.

Sangat disayangkan apabila terjadi sebuah krisis yang memang namanya jarang terdengar yaitu krisis pluralisme. Para kaum mayoritas di Indonesia mulai perlahan – lahan memojokan kaum minoritas yang sebenarnya para kaum minoritas juga harus mendapatkan kesempatan yang sama dengan para kaum mayoritas. Seperti yang terjadi pada pilgub mendatang yang salah satu calonnya berasal dari etnis minoritas dan kemudian calon tersebut terus dicari kesalahannya demi menjatuhkannya.

Memang, tidak mudah untuk menerima perbedaan karena banyak sekali perbedaan paham. Tetapi itu semua bukan alasan untuk menyebabkan krisis pluralisme di Indonesia. Justru dari pluralisme tersebut kita harus mampu saling melengkapi satu dengan yang lainnya dan juga menjadikannya sebuah kebanggaan dimana kita semua dapat bersatu walaupun  berbeda – beda. Banyak orang dari luar negeri memuji Indonesia karena berbagai suku dapat hidup dengan yang lainnya. Itu semua harus kita jaga dan jangan sampai berakhir. Kita juga harus menjadi orang yang mempunyai akal yang baik yang mengerti apa dan dimana suatu tindakan dapat dilakukan dengan tidak memecah belah persatuan Indonesia.

Maaf bila tulisan ini tidak berkenan di hati para pembaca dan tulisan ini dibuat sebagai pembelajaran bagi kita semua terhadap situasi yang sedang viral di Indonesia.

PETER REUBEN

SMA KOLESE KANISIUS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun