Mohon tunggu...
Renita
Renita Mohon Tunggu... -

Sesuatu yang indah hanya muncul bila dirimu tentram.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Memancing Ular, "Lebaran Kuda SBY" yang Keluar

3 November 2016   08:50 Diperbarui: 20 Desember 2016   11:07 468205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SBY dan Pidato Cikeas, Menjadi Pidato Kunci Prolog 4 November 2016 (Sumber Gambar : KOMPAS)

Harus diakui, langkah Presiden Jokowi yang mendadak di hari Senin (31/10) adalah langkah politik jenius untuk memancing siapa pemain Gerakan 4 November 2016, banyak kalangan yang kaget atas kunjungan mendadak Jokowi ke Hambalang dan menjumpai Prabowo, disertai dengan ajakan Prabowo naik kuda dan masak nasi goreng.  Juga pemberian penghormatan Prabowo kepada Jokowi di depan dengan mendengarkan barisan marching band di Hambalang, dimana Jokowi berada di depan dan Prabowo di belakang. 

Masyarakat belum terkejut sebenarnya atas kedatangan Prabowo saat itu, dan banyak analis politik hanya melihat sebagai "bentuk kepanikan" Jokowi dalam melihat situasi jelang 4 November 2016. Tapi apa yang dilakukan Presiden Jokowi mendapatkan jawaban tepat saat mantan Presiden SBY melakukan pidato di Cikeas (2/11) dan dengan tegas dia mendukung Aksi 4 November 2016. 

Apa yang dilakukan SBY ini justru membuka separuh pertanyaan besar "Siapakah Dalang Gerakan 4 November 2016". Walaupun dalam redaksi pidatonya SBY menolak dan membantah keras bahwa dirinya di balik Gerakan 4 November 2016, namun secara tersirat ada makna dibalik Pidato, yaitu dukungan bulat terhadap gerakan itu. Kata-kata "Lebaran Kuda" menjadi kunci dari makna aksi 4 November 2016, yaitu dari : "Gerakan Protes Sosial" menjadi "Gerakan Politik". 

Laporan Intelijen Yang Digugat? 

Adanya laporan intelijen yang diungkap oleh SBY dalam pidatonya kemarin (2/11) secara tak sengaja mengungkap "pergelutan politik di lingkaran elite" dan menjadi perluasan atas pengetahuan publik, yang tadinya : "Isu hanya sebatas FPI, Buni Yani dan Ahok", oleh SBY dengan blunder komunikasinya malah membuka, ada 'keuntungan-keuntungan politik' bila Ahok ditangkap. Walaupun SBY membantah dirinya dibalik Gerakan 4 November 2016, namun statemen Cikeas bisa memproduksi isu : 

1. SBY secara sepihak mengklaim, sebagai tokoh utama yang mengucapkan dukungannya pada "Gerakan 4 November 2016"

2. Bila "Gerakan 4 November 2016" membesar dan mengekskalasi secara luas sehingga bisa berhadapan head to head dengan Pemerintah, maka SBY sebagai tokoh tentu akan mudah mengambil kendali, serta menutup masuknya tokoh lain sebagai pemegang kendali. 

3. SBY di satu pihak menganulir laporan laporan intelijen yang mengarah pada dirinya, tapi dipihak lain memberikan pesan kepada masyarakat, dialah yang dituduh sebagai tokoh dalam Gerakan 4 November 2016, disini dia berdiri di dua situasi politik. 

4. Secara telanjang SBY sudah menyatakan ke publik "Ahok Harus Dihukum". Penghakiman sepihak SBY inilah yang harus jadi akar substansi dalam melihat pergerakan politik SBY di seputaran Pilkada, dengan tujuan utamanya adalah "Pilkada Satu Putaran" dimana Ahok tersingkir, dan Agus hanya berhadapan dengan musuh yang dianggap lemah yaitu : Anies dan Sandiaga Uno. 

5. "Lebaran Kuda" adalah istilah suatu gerakan politik yang tak akan berhenti sampai tujuan politik tercapai. 

Pergerakan politik di jalanan dengan menggunakan laporan intelijen sebagai dasar pembentuk opini, sudah jamak dilakukan dalam politik Indonesia. Seperti di tahun 1974, kasus Malari awalnya adalah peristiwa intelijen dimana Ramadi, salah satu tokoh GUPPI binaan Ali Moertopo, menjadi pemicu adanya indikasi usaha usaha kudeta terhadap Presiden Suharto, dimana kemudian menyasar pada Jenderal-Jenderal yang amat berpengaruh saat itu yaitu : Pangkopkamtib Sumitro dan Gubernur DKI Ali Sadikin. Dalam rumusan intelijen, tersebarnya data memiliki implikasi 3 hal : pertama, secara tak langsung bisa mengungkap siapa pemain dalam satu situasi yang sedang dianalisis, kedua : mempercepat operasi senyap dan Ketiga : adanya tindakan politik yang bisa mengekskalasi gerakan yang dicurigai oleh intelijen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun