Mohon tunggu...
M. Rahmad Kartolo
M. Rahmad Kartolo Mohon Tunggu... -

Yang Penting Hatinya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berekspresi Lewat Bunga dengan Memprovokasi Pakai Bunga Itu Hal yang Berbeda

29 April 2017   19:07 Diperbarui: 29 April 2017   19:26 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ingat, Indonesia adalah Negara Demokrasi Gotong Royong. Sama sekali bukan Liberal apalagi Neo Liberal.

Dalam negeri Demokrasi yang namanya mengeluarkan pendapat, beropini dan berekspresi diperbolehkan SEBATAS tidak mengganggu ketertiban, tidak melangkahi hak orang lain dan sebagainya.

Ada yang mengatakan ini mulut-mulut saya kok, terserah saya mau bilang apa saja.  Ada yang mengatakan ini opini saya , artikel saya kok kenapa kamu yang galau?  Ada lagi yang bilang ini duit-duit saya kok, terserah saya mau habiskan untuk apa. Mau beli bunga kek kan urusan saya dan tidak mengganggu kamu. Dan seterusnya pendapat-pendapat yang sangat bebas.

Orang-orang dengan karakter-karakter itulah yang sering memancing pertikaian. Biasanya orang-orang kota-kota besar yang bertindak-tanduk begitu.  Urusan gue ya urusan gue, urusan elu ya urusan elu. Mereka juga terlalu berkiblat pada barat/ Amerika yang membebaskan dirinya dari adat ketimuran.

Orang Timur (orang Indonesia Asli atau tepatnya Karakter orang Indonesia Asli) adalah saling menghargai antar sesame.  Dengan rasa saling menghargai maka semua tindak-tanduknya dipertimbangkan apakah akan menimbulkan ketidak-sukaan orang atau tidak, apa menimbulkan kecemburuan social atau tidak dan sebagainya.

Sayangnya anak-anak Indonesia yang sekarang banyak yang melupakan adat ketimurannya. Berdalih demokrasi mereka melakukan apapun, berekpresi apapun dengan sebebas-bebasnya.  Sepertinya mereka tidak bisa membedakan antara Negara Demokrasi dengan Negara Liberal.

Orang yang berdemokrasi bila melakukan proses demokrasi  atau Pesta Demokrasi dan sudah tercapai suara terbanyak maka dia akan menerima dengan hati yang iklas.  Sementara orang yang menganut paham liberal, begitu pesta demokrasi selesai dan mereka tidak puas, mereka kemudian menyalahkan orang lain. Mereka menjelek-jelekkan orang lain. Dan mereka mengekpresikan kekecewaannya sebebas-bebasnya.

Warga DKI sudah menentukan pilihannya yaitu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Hampri Seluruh warga DKI sudah menerima hasil pilkada tersebut. Sayangnya Pihak yang terjungkal memiliki para pengagum se Indonesia hingga luar negeri. Mereka inilah yang akhirnya mengacaukan suasana.

Ada 4 ribu lebih karangan bunga di Balaikota. Pengirimnya aneh-aneh namanya. Dan akhirnya diketahui bahwa para pemesan bunga itu bukan berasal dari warga DKI.  Mayoritas pemesan itu berada di Luar DKI hingga ke mancanegara.

Apa-apaan ini? Mengapa warga yang bukan warga DKI malah yang memrotes hasil demokrasi di DKI dengan cara berdemo lewat bunga?

Kalau setiap orang berdemo lewat sekuntum bunga mungkin tidak apa-apa. Tetapi banyak orang di luar DKI yang mengirim Karangan Bunga dari kocek pribadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun