Mohon tunggu...
Angga Saputra
Angga Saputra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Cara Paling Ampuh dalam Menanamkan Etika Sopan Santun pada Anak Usia Dini

18 Juni 2017   07:38 Diperbarui: 18 Juni 2017   09:01 6765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Karakter merupakan kumpulan nilai-nilai baik yang menjadi landasan atau pedoman sikap dan perilaku seseorang. Karakter memiliki nilai-nilai atau karakter yang dianggap baik atau buruk secara universal. Untuk menumbuhkan karakter yang baik ini diperlukan pendidikan karakter. Menurut Megawangi (2004), pendidikan karakter adalah suatu usaha mendidik anak-anak agar bijaksana dan berkontribusi positif terhadap lingkungan. Karakter-karakter ini juga akhirnya membentuk kecerdasan moral. Kecerdasan moral terbentuk karena adanya perkembangan moral yang baik. Menurut Santrock (2007), perkembangan moral melibatkan perubahan pemikiran, perasaan, dan perilaku berdasarkan standar benar dan salah. Perkembangan moral sendiri menyangkut intrapersonal dan interpersonal.

Dalam pendidikan karakter terdapat beberapa komponen penting yang harus ditekankan. Pendidikan karakter Lickona (1992) dalam Megawangi (2009), menekankan tiga komponen untuk membentuk karakter yang baik, yaitu moralknowing, moral behavior dan moral feeling. Moral knowing terkait dengan kesadaran moral, pengetahuan mengenai nilai-nilai moral, perpective-taking, moral reasoning, pengambilan keputusan, dan self knowledge. Moral feeling merupakan aspek yang harus ditanamkan terkait dengan dorongan atau sumber energi dalam diri manusia untuk bertindak sesuai prinsip-prinsip moral.

Sedangkan moral actionadalah bagaimana pengetahuan mengenai nilai-nilai moral tersebut diwujudkan dalam aksi nyata. Penanaman nilai-nilai pun harus dilakukan sejak dini. Menurut Kartini (2011) dalam Yuliantoro, jika sejak usia dini anak tidak diajarka nilai-nilai budi pekerti maka jika anak menginjak usia dewasa akan mengembangkan sikap destruktif atau cenderung ke arah brutal. Pertanyaannya, nilai-nilai apa saja yang harus ditanamkan kepada anak untuk membentuk karakter yang baik? Lalu, bagaimana menginternalisasi nilai-nilai tersebut, baik di rumah maupun di sekolah?

Pertama, nilai yang harus diajarkan adalah nilai yang akan menjadi pedoman hidup bagi manusia, yaitu agama. Agama merupakan pedoman kehidupan yang mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Jadi, jika seseorang telah memiliki dasar agama yang baik, maka nilai-nilai yang lain akan mudah diterima dan diterapkan. Kedua, tanggung jawab, mandiri, disiplin, dan jujur. Nilai-nilai ini penting agar anak nantinya bisa mandiri, disiplin dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan pada apa yang ia lakukan. Ketiga, menghormati dan menghargai orang lain. Keempat, etika dan sopan santun. Kelima, berbagi, kasih sayang, rendah hati. Keenam, gotong royong, saling tolong menolong. Nilai-nilai tersebut penting agar anak nantinya bisa berinteraksi social dengan baik, memiliki sikap empati, dan tidak egosentris. Dan yang terakhir, adalah kreatif, percaya diri, pekerja keras. nilai yang terakhir ini dapat menuntun sang anak agar ia tidak mudah putus asa, mampu mencari jalan keluar dari suatu masalah, dan memiliki motivasi yang tinggi.

Dalam proses pendidikan karakter tersebut tentu membutuhkan partisipasi dari berbagai pihak, terutama sekolah dan keluarga. Berikut akan dijelaskan beberapa cara agar pendidikan karakter dapat terinternalisasi dengan baik.

Anak usia balita dan pra sekolah

Pada kelompok umur ini anak masih self-oriented dan masih berada pada level moral terendah (Kohlberg). Menurut tahapan Erikson, anak berada pada fase autonomy vs doubt. Pada fase ini anak-anak cenderung egois dan hanya melakukan sesuatu berdasarkan prinsip reward and punishment.

Cara-cara yang bisa dilakukan untuk menginternalisasi nilai-nilai pada anak usia ini adalah:

Mengenalkan sopan-santun, nilai baik/buruk pada anak dg cara yg mudah dimengerti

Menumbuhkan rasa kemandirian (memberi kesempatan anak melakukan apa yg diinginkan)

Jangan memarahi anak karena keegoisannya, missal: tidak mau meminjamkan mainan, karena, jika anak dimarahi akan membuat sifat mandir tidak tumbuh dalam dirinya, dan akhirnya sifat ragu-ragu menjadi dominan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun