Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ia Bernama Bahagia

24 Juli 2017   21:46 Diperbarui: 24 Juli 2017   23:35 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak anak-anak tertawa ceria bersama. FOTO: www.suara-islam.com

Ada yang orang merengek kesakitan akibat perbuatan orang lain, ada orang yang marah karena membalaskan kesakitannya kepada orang yang pernah disakitinya, bahkan ada orang yang rela melupakan agar tidak tersakiti lagi.

Sedari kecil, kita pernah belajar bagaimana menjaga diri agar tidak menyakiti teman bermain. Saat itu juga kita belajar bagaimana tertawa lepas bersama usai berjibaku dengan kotoran, pasir dan semua permainan anak-anak. Meski ada yang harus menahan amarah dengan berpura-pura tidak sakit. Itu lah mereka, anak kecil yang hanya tau bagaimana bahagia dan membahagiakan.

Coba ingat, sewaktu bermain bola diatas lapangan yang becek, kotor dan licin. Pasti merasa emosi bermain tidak sehebat yang diimpikan. Tapi, ketika teman jatuh tergelincir diatas rumput yang becek, semua tertawa lepas seakan-akan pristiwa itu sangat lucu. Setelah itu, ada yang marah? Tidak, justru mereka pulang tertawa terbahak-bahak.

Allah menjaga hati dia untukmu, Allah menjaga hatimu untuknya, Allah menjaga hati kita untuk semua dan Allah menjaga hati mereka untukmu. Tidak ada yang tidak terjaga oleh Allah.

Ihfazillah Yah Fazka Fadzkuruni Adzkurkum, kalimat indah yang tersimpan dalam hati insan Allah. Sumber dari segala senyum dan bahagia.Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan. Demikian kebagiaan butuh keberadaan manusia untuk dihidupkan hati dan suasananya.

Kebahagiaan bukan benda yang diperjual belikan. Jika ingin bahagia, letakkan kepercayaan setinggi-tingginya kepada Allah SWT, bukan kepada WA, FB, BBM, atau benda lainnya.  

Bukankah penyakit tidak bahagia adalah khawatir? Bukankah penyakit tidak bahagia adalah ragu, gelisah, resah, galau, sedih? Dan semua pertanyaan itu disebutkan dalam satu kata, HAZN.

La tahzan, Innallah ma'ana, jangan bersedih, Allah besama kita.  Maka dari itu, percayalah kepada Allah. Dengan keyakinan sekeras baja, saat itu juga Allah akan menggenggam hati kita kemudian Allah akan memasukkan rasa yang bernama Bahagia.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun