Pertanyaan itu terucap oleh seorang pasien ibu-ibu, usia 40-an akhir, guru pegawai negeri sipil (PNS) senior di sebuah sekolah menengah, sambil wajahnya memelas dan matanya mengeluarkan air mata sedikit.
"Ibu kan sudah saya periksa, lalu darahnya juga diperiksa untuk gula darah dan kolesterolnya, ibu juga saya kasih obat untuk satu bulan. Kenapa lagi,bu?"Tanya saya.
"Saya sebenarnya sedih karena sudah 25 tahun jadi PNS baru tahun ini sakit sakitan dan diabetes pula. Eh, sudah puluhan tahun dipotong gaji, waktu mau dipakai dibatas-batasi prosedur ini-itu pula. Antrinya ramai pula." Katanya kesal.
Si ibu ini sebelum di rumah sakit, antri di PUSKESMAS, beberapa kali berobat tidak ada kemajuan terapi dan obatnya cuma beberapa hari, baru dirujuk ke rumah sakit.
"Jangan sedih, bu. Ibu kan membantu juga orang lain yang miskin, yang tidak punya pekerjaan. Jadi tanpa ibu sadari uang potongan gaji ibu itu sudah jadi bantuan ibu untuk orang lain yang membutuhkan. Pokoknya, ini obatnya saya kasih sebulan, kalau ada apa-apa bisa konsultasi langsung atau lewat BB."Lalu saya kasih pin BB supaya dia bisa berkonsultasi.
Memang pasien BPJS PNS golongan IV, kebanyakan sudah senior dan baru banyak penyakit di usia tuanya. Biasanya penyakit kardiovaskuler, rematik, gastritis dan diabetes melitus membayangi. Mereka merasa selama 20-30 tahun gajinya dipotongi untuk ASKES (saat ini menjadi BPJS) tidak pernah dipakai karena sehat, namun saat mau dipakai saat tua, ternyata peserta BPJS ramai sekali dan penggunaan kartunya berbeda dengan ASKES dulu.
"Kalau dirawat paling tinggi kelas I, dok. Padahal dulu golongan IV jatahnya VIP."Keluh si pasien. Ini yang paling membuatnya sedih, karena untuk dapat kelas khusus yang 1 orang/kamar harus menambah bayaran.
Terpaksa saya memberi penjelasan bahwa BPJS ini bersifat gotong royong dan memang mengutamakan pemerataan pelayanan kesehatan semua lapisan masyarakat. Dan sebaiknya si ibu guru kalau ada uang lebih mengikuti asuransi kesehatan tambahan untuk dapat selisih bayar kalau mau ke VIP.
"Tetapi, kalau mau pakai 'jatah' ibu pun sebenarnya sudah mencukupi. Semua pemeriksaan yang dibutuhkan, kita lakukan, namun kalau pemeriksaannya tidak ada indikasi, tidak bisa dipaksakan."Kata saya.
Ini penting, karena kebanyakan pasien BPJS dari PNS yang merasa sudah puluhan tahun dipotong gajinya untuk ASKES tapi belum pernah memakainya, terkadang saat hari tua ingin meminta diperiksa 'medical check up' semuanya dari ujung rambut sampai ujung kaki, padahal hanya mengalami gejala rematik akibat pertambahan usia.
Padahal 'medical check up' tidak ditanggung BPJS, hanya pemeriksaan yang ada indikasi dari dokter yang dilayani. Obat-obatan pun ada aturannya, hanya 1 minggu untuk penyakit akut dan 30 hari untuk penyakit kronis.