Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Orangutan Sangat Terancam Punah, Apa yang Harus Dilakukan?

9 November 2016   16:12 Diperbarui: 10 November 2016   03:42 4644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangutan remaja yang mendiami hutan hujan di Gunung Palung. Foto dok. Tim Laman dan Yayasan Palung

Sangat terancam punah dan saat ini membutuhkan perhatian dari semua. Setidaknya itu menjadi sebuah pernyataan tentang keberadaan orangutan saat ini di habitatnya di hutan Kalimantan dan Sumatera. Apa yang bisa dilakukan?.

Sangat terancam punah atau dengan kata lain masuk dalam daftar merah (Red List), tentu hal ini terkait keberadaan dan status orangutan di alam ini, tempat, rumah dan hidup mereka serta apakah masih boleh berlanjut dan dengan cara apa yang bisa dilakukan. Belum lagi terkait keberadaan hutan yang semakin berkurang menjelang terkikis habis.

Keberadaan populasi orangutan yang mendiami kedua pulau yang menjadi kantong sebaran dari primata semakin hari sangat terancam punah. Diperkirakan keberadaan orangutan Kalimantan yang tersisa saat ini, diperkirakan 54.000 individu di seluruh wilayah Borneo (Kalimantan) dan kurang lebih 6.500-an individu orangutan yang tersisa di Sumatera,(Sumber data, dari WWF).

Data-data ini setidaknya menjadi gambaran jelas. Mungkin saja jumlah populasi orangutan hidup di wilayah Kalimantan dan Sumatera saat ini bukannya malah bertambah tetapi sebaliknya (semakin berkurang).

Status Orangutan Kalimantan masuk Daftar merah atau red list. Foto data dok. IUCN 2016.
Status Orangutan Kalimantan masuk Daftar merah atau red list. Foto data dok. IUCN 2016.
Sayangnya saat ini belum ada data terbaru tentang jumlah orangutan. Tetapi, hampir pasti jumlah populasi orangutan dari hari ke hari kian berkurang. Selain itu, keadaan hutan yang kian menyusut, praktek perburuan dan perdagangan terhadap satwa endemik ini masih saja menjadi penambah derita semakin terancamnya orangutan dan hutan.

Berbagai persoalan terkait yang menyangkut keberadaan orangutan dan hutan kini semakin lengkap tersaji dalam realita nyata. Nyatanya, Mereka tidak mengusik tetapi diusik. Mereka menjaga tetapi disiksa.

Pesan Kampanye tentang orangutan dan hutan. Mereka tidak mengusik tetapi diusik. Mereka menjaga tetapi disiksa. Foto dok. Yayasan Palung
Pesan Kampanye tentang orangutan dan hutan. Mereka tidak mengusik tetapi diusik. Mereka menjaga tetapi disiksa. Foto dok. Yayasan Palung
Dalam artian hutan dan orangutan sama dalam keadaan sangat terancam oleh banyak hal yang mempengaruhi. Tentu ini menjadi sebuah pertanyaan, apakah dengan statusnya sangat terancam punah lantas orangutan akan menjadi kenangan dan tidak membutuhkan perhatian?.

Jika boleh dikata satu kesatuan, keutuhan (keharmonisan) semua makhluk akan terpisah satu dengan yang lainnya kini. Yang terjadi kini seolah manusia dan satwa tidak lagi menjadi bagian dari alam raya. Mungkin kah kita bisa hidup tanpa alam dan satwa yang secara nyata memberi berjuta manfaat bagi kehidupan kita manusia?.

Sebagai pengingat, alam menyediakan ruang bebas bagi kehidupan untuk beroleh nafas secara gratis berupa oksigen. Orangutan sebagai satwa sebagai penabur/penyemai bibit yang tanpa batas, tanpa disuruh dan tanpa ragu menyemai saban hari. Tetapi, malah terkadang kita lupa atau sengaja lupa dengan kebaikan alam raya.

Keutuhan ciptaan sejatinya menjadikan satu kesatuan yang mengharuskan untuk saling menjaga dan melindungi demi keharmonisan dalam tatanan kehidupan.

Data IUCN tentang 25 primata terancam punah tahun 2014-2016
Data IUCN tentang 25 primata terancam punah tahun 2014-2016
Kepedulian atas kelestarian orangutan dan hutan sudah sepatutnya menjadi tanggungjawab semua secara bersama pula. Dapat kah kita hidup tanpa alam,  satwa tanpa alam (hutan) dan hutan tanpa tanpa manusia?. Sejujurnya, kita tanpa alam dan satwa bukanlah apa-apa. Namun, terkadang setelah kita dimanjakan oleh alam dan satwa, malah kita lupa jasa mereka (hutan dan satwa).

Bakhan, tidak jarang orangutan dan hutan dikorbankan hanya untuk kepentingan segelintiran orang yang semakin merajai alam semesta melebihi kuasa Yang Maha Kuasa. Seperti tersaji, berapa besar hutan yang tergadai dan orangutan seberapa banyak orangutan yang mati oleh adanya investasi besar pembukaan lahan berskala besar. Tidak untuk saling menyalahkan, tetapi ini benar-benar terjadi.

Ujung-ujungnya yang menjadi korban ya sudah pasti masyarakat kecil dan lagi-lagi hutan dan ragam satwa termasuk kita menerima dampak langsung dengan ragam kejadian. Hilangnya sebagian besar hutan tidak bisa disangkal akan mendatangkan banjir dan longsor. Tidak berenti disitu, acap kali pula sebutan bencana hilang datang silih berganti. Ini yang benar-benar terasa dari dampak langsung yang sering kita alami.

Data Deforestasi Kalbar_dok. Provinsi kalbar dalam GCF
Data Deforestasi Kalbar_dok. Provinsi kalbar dalam GCF
Kepunahan orangutan didepan mata, hutan kian terkikis menunggu waktu menjelang habis. Langkah kepedulian, perhatian, kesadaran, menghormati dan menjalani tata aturan (regulasi) menjadi sebuah keharusan bila hutan dan orangutan boleh berlanjut. Tidak hanya itu, saling menghargai satu dengan yang lain (alam, manusia dan satwa) sudah barang tentu menjadi yang harus dilakukan untuk tetap harmonis.

Sebagai manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Pencipta yang Paling mulia sudah harus memikirkan cara, ide, tindakan nyata dan bagaimana hal ini penting untuk keberlanjutan bagi semua dan bersama. Dengan kata lain, Persoalan tentang ancaman terhadap satwa sejatinya bisa dibendung jika adanya kesadaran, kerjasama yang baik dari seluruh pemegang kebijakan, pengusaha, penegak hukum dan para pemerhati lingkungan. Tata kelola, penegakan hukum dan regulasi yang jelas dan tidak memihak salah satu kepentingan menjadi pilihan yang harus dilakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun