Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bumi sebagai Ibu dan Rumah Bersama yang Perlu Uluran Tangan

8 Mei 2018   17:32 Diperbarui: 8 Mei 2018   18:08 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bumi sebagai ibu dan rumah bersama yang sudah semakin sakit. Foto dok. bobo.id

Bumi yang usianya sudah semakin tua renta, sering sakit-sakitan dan sudah tidak sesehat seperti dulu lagi. Dalam umurnya yang sudah semakin tua renta itu, bumi masih mencoba bertahan semampunya untuk tetap memberikan nafkah kepada semua makhluk. Bagaimana tidak, bagaimana pula jadinya andaikan bumi semakin tak diperhatikan?.

Air, tanah, udara dan semua makhluk itulah isi bumi. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini pun sejatinya dituntut untuk memperhatikan nasib bumi sebagai rumah bersama.

Tak salah kiranya ada dalam selogan di mana bumi dipijak di situ langit dijujung. Kita sudah semestinya dituntut untuk menjaga dan merawat bumi bukan untuk mengargainya lantas merusaknya lalu lupa untuk memperhatikannya.

Bumi, sebagai ibu dari semua makhluk menjadi prioritas untuk diperhatikan, dirawat, dijaga bukan diabaikan dan dibiarkan sakit.

Baik kiranya untuk kita renungkan dan dilaksanakan bagaimana cara kita memperlakukan bumi ini, tengoklah  sejenak prilaku kita sehari-sehari :  

Pertama, Apakah kita sudah berprilaku bijaksana dengan bumi sebagai ibu kita?. Berperilaku ramah lingkungan salah satu cara sederhana yang kiranya sejatinya harus dilakukan. Langkah kecil selamatkan bumi dengan cara sederhana tidak terkecuali menjaga, merawat bumi dengan penanaman pohon, tata kelola, mengubah perilaku konsumsi yang berlebihan dan berperilaku bijaksana kepada sesama makhluk.

Kedua, Kita juga sejatinya telah merasakan dampak dari bumi yang sudah semakin sakit dan tua renta ini dengan kebutuhan hidup sehari-hari dan gaya pola perilaku kita. Bagaimana suhu yang kita rasakan saat ini?. iklim bagaimana deforestasi yang terjadi skala besar yang juga berimbas kepada tak sedikit nafas kehidupan yang tergadaikan?.

Ketiga, Bumi menunggu kasih sayang dari kita semua karena semua bermuara pada kita dan ulah kita dan kembali lagi bagaimana tugas kita selanjutnya dituntut untuk memiliki rasa dan kebijaksanaan untuk peduli. Lihatlah banjir, tanah longsor, kekeringan dan panas yang membakar dan hutan yang semakin terkikis bersama para satwa yang meraung kesakitan.

Keempat, Bagaimana kita bila bumi sebagai ibu sakit parah (rusak parah)?. Yang paling utama, setidaknya yang kita rasakan apbila air sebagai sumber hidup yang ketersediaannya semakin berkurang atau bisa saja hilang ini akan menjadi buah simalakama (kondisi yang membuat orang melakukan sesuatu akan tetap ada masalahnya) alias serba salah. Mampukah makhluk idup bertahan tanpa air, udara dan tanah?.

Sesuatu yang pasti, semua makhluk akan semakin sulit bertahan bila kondisi bumi semakin tua dan sakit-sakitan (rusak).

Kebijaksanaan dari kita semua untuk peduli menjadi dasar kuat dan sejatinya keharusan agar bumi bisa pulih dari sakit penyakitnya. Bila tidak, maka bumi akan semakin sakit dan tidak bisa berbuat lagi untuk manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun