Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Benarkah Anies Memberhentikan Ahok sebagai Gubernur?

29 Maret 2017   21:54 Diperbarui: 30 Maret 2017   06:00 1901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari: mediaindonesia.com

Menggunakan metafora dan bahasa-bahasa bersayap dalam debat memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Kelebihannya adalah dengan style tersebut, kita jadi punya ruang luas untuk memutar balik statement lawan debat jika salah menginterpretasi maksud kita. Juga bisa jadi cara berkelit jika lawan debat terus mencecar. Tapi kelemahannya adalah jika debat tersebut disimak oleh pihak ketiga yang memiliki kepentingan. Pesan-pesan utama yang ingin disampaikan menjadi terdistorsi karena tidak lugas dan rinci.

Kemarin kita melihat debat antara Calon Gubernur DKI periode berikutnya, Ahok dan Anies Baswedan yang dipandu oleh Najwa Shihab. Gaya bicara keduanya sudah kita kenal bersama, Ahok lebih konkrit dan blak-blakan sedangkan Anies seperti biasa piawai menggunakan diksi-diksi yang cantik dan menawan, walau kadang menusuk tajam.

Tapi saya tidak akan membahas hal tersebut panjang lebar. Saya lebih tertarik mengulas jawaban Anies ketika ditanya Najwa mengenai kesanggupannya memecat bawahan jika terpilih menjadi Gubernur nantinya. Pernyataan yang agak metafora kembali dikemukakan Anies dengan jawaban dia sekarang sedang akan memberhentikan gubernurnya. Itu saja sanggup, apalagi sekedar bawahan.

Kita tentu tahu maksud Anies Baswedan mengatakan demikian adalah akan mengalahkannya pada ajang Pilgub putaran kedua nanti. Bukan dalam konteks seorang atasan memberhentikan bawahannya. Karena sebagai seorang Gubernur Ahok hanya bisa diberhentikan konstituennya, warga DKI. Walaupun pada akhirnya dalam tanggapan, Ahok pun membenarkan hal tersebut karena Anies juga adalah salah satu warga DKI.

Tapi jika dipikir-pikir lebih dalam, terminologi “memberhentikan” inipun sebenarnya agak rancu digunakan. Pemberhentian atau pemecatan sebenarnya lebih sesuai dialamatkan kepada mereka yang belum sampai akhir masa tugasnya tapi ada satu dan lain hal dalam perjalanan yang membuatnya harus melepaskan tugas tersebut. Misalnya: wanprestasi atau pelanggaran berat.

Untuk perbandingan, mari lihat hal yang lebih normatif pada dunia kerja. Pada umumnya karyawan yang masih berstatus kontrak mendapat pengawasan ketat selama status kontraknya. Setelah periode kontrak berakhir, karyawan tersebut akan ditentukan nasibnya. Apakah akan diperpanjang kontraknya atau tidak atau terangkat jadi karyawan tetap. Namun pemberhentian bisa berlangsung sepihak sebelum periode tersebut berakhir, jika memang pada karyawan yang bersangkutan ditemukan hal-hal yang bisa langsung menyebabkan pemutusan hubungan kerja sesuai kebijakan perusahaan.

Konteks pemberhentian seperti inilah yang dimaksud Najwa Shihab lewat pertanyaannya. Cara menjawab Anies agak keliru. Jika rakyat DKI tidak menginginkan kepemimpinan Ahok lagi, toh periode jabatan Ahok memang sudah akan berakhir tahun ini. Jadi keputusan untuk memberhentikan atau meneruskan kepemimpinan Ahok satu periode lagi terletak di tangan masyarakat ibukota, bukan pada Anies seorang.

Kalaupun Anies saat ini menjadi satu-satunya penantang petahana, Anies memang akan menghentikan perjalanan karir Ahok sebagai Gubernur DKI jika menang sebagai kompetitor. Tapi bukan itu yang hendak digali Najwa lewat pertanyaannya. Pertanyaan tersebut lebih ingin menggali leadership dan  manajerial  Anies, bukan hal-hal politis.

Saya pun mengambil kesimpulan, jangan-jangan dalam alam bawah sadar Anies ada ketakutan kalau karir politik Ahok sebagai gubernur DKI masih akan berlanjut satu periode lagi. Kalau demikian halnya, bisa dipahami mengapa Anies memilih kata-kata seperti itu, ketimbang menjawab to the point pertanyaan Najwa . Tapi ini hanya kesimpulan ngawur saja. Yang tidak berkenan, tak perlu dimasukkan ke dalam hati. (PG)

---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun