Mohon tunggu...
Ikhwan Wahyudi
Ikhwan Wahyudi Mohon Tunggu... Administrasi - membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengapa Maskapai Hentikan Penerbangan Pascaletusan Gunung Kelud

15 Februari 2014   06:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pasca meletusnya gunung Kelud, ribuan orang yang akan bepergian menggunakan pesawat udara pada lima bandara di Pulau Jawa terpaksa harus membatalkan keberangkatannya sampai waktu yang tidak dapat dipastikan.

Berdasarkan data yang dikutip dari www.kompas.com sebanyak 281 penerbangan pada lima bandara  di pulau Jawa dibatalkan yaitu Bandara Juanda Surabaya, Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, Bandara Ahmad Yani Semarang , Bandara Adi Sumarmo Solo dan Bandara Abdurahman Saleh Malang.

Tentu banyak yang bertanya mengapa ketika Gunung Kelud meletus pesawat udara tidak berani beroperasi pada lima Bandara itu. Bukankah secara logika mereka dapat terbang lebih tinggi atau menghindari rute terbang yang berdekatan dengan Gunung Kelud.

Karena penasaran saya mencoba menelusuri apa alasan penerbangan harus dihentikan dan apa dampaknya jika pilot tetap melewati rute itu. Ternyata, pada 15 Desember 1989, terjadi kecelakaan pesawat udara KLM 878 rute Amsterdam-Tokyo setelah Gunung Rodoubt di Alaska meletus.

Dari hasil penyelidikan ditemukan penyebabnya adalah keempat mesin pesawat mati dan sistem listrik cadangan tidak bekerja setelah pesawat yang baru berusia enam bulan tersebut  memasuki awan berisi debu vulkanik. Setelah debu vulkanik masuk kelapisan mesin menyebabkan sensor temperatur sehingga sistem mati otomatif mesin menjadi aktif.

Di Tanah Air kejadian serupa juga pernah terjadi pada 24 Juni 1982.Saat itu pesawat terbang British Air rute London-Selandia Baru terbang di dekat Jakarta dimana pada saat bersamaan Gunung Galunggung di Tasik Malaya Jawa  Barat meletus.

Tanpa disadari pesawat itu masuk dalam kumpulan besar debu vulkanik gunung Galunggung menyebabkan mesin mati. Beruntung pilot berhasil menghidupkan mesih  tersebut dan terpaksa mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma.

Dari hasil penyelidikan ternyata ditemukan ukuran partikel debu vulkanik sangat halus, lebih halus daripada ukuran tepung terigu, sehingga  sangat ringan dan bisa melayang-layang di udara sampai waktu cukup lama. Oleh sebab itu ketika  debu masuk ke dalam ruang bilah-bilah jet,  akan masuk lebih jauh ke dalam ruang pembakaran bercampur dengan oksigen dan bahan bakar.

Lebih parah , partikel debu yang tercampur dan meleleh ini bisa berubah menjadi "lapisan keramik abrasif" yang mengubah performansi aerodinamika bilah-bilah jet atau bilah baling-baling. Hal ini dapat merontokkan mesin dipicu efek momentum gaya yang bekerja pada kecepatan putaran mesin ekstra tinggi sehingga mesin bisa meledak di udara.

Oleh sebab itu wajar maskapai penerbangan memilih untuk tidak mengudara. Apalagi debu vulkanik tidak bisa terdeteksi oleh radar pesawat mengingat bentuknya yang bersifat kering sehingga tidak dapat dibedakan apakah itu awan biasa atau debu letusan gunung berapi. Bukankah keselamatan  dan keamanan lebih utama dari segalanya.

Sumber :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun