Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Wah ! Jokowi Membangun Ikon Ironi pada Gedung Baru DPR

25 April 2015   04:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:42 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_380051" align="aligncenter" width="529" caption="sumber gambar ; https://syeilendrapramuditya.files.wordpress.com/2011/04/gedung_baru_dpr.jpg"][/caption]

Kursi-kursi belum dikemas usai pesta peringatan KAA Bandung. Dana operasional pun belum cair. Namun Jokowi akan menjemput perdebatan baru (dari stok lama) yang bakal sengit dan melelahkan. Perdebatan itu adalah gedung baru DPR.


Kabar terbaru, Presiden Jokowi telah menyetujui 'pembangunan' gedung fasilitas baru DPR RI (baca sumber ini dan itu)-yang konon kelak jadi Ikon Nasional yang baru. Belum ada penjelasan lebih rinci tentang bagaimana desain gedung itu sehingga layak menjadi Ikon Indonesia. Pejabat berwenang justru 'ngeles'Ketika ditanya wartawan, atau hanya memberi jawaban standar bangunanan biasa. Tak ada terpenuhinya kriteria Ikon di situ.


Dalam dunia arsitektur, tidak gampang memenuhi syarat sebuah bangunan atau tempat jadi Ikon baru bangsa. Bangunan itu harus unik, khas, mampu menjadi contoh 'problem solving' desain terkini, mengandung makna yang kuat dan jelas, selain itu bisa juga karena 'ter' (besar, mewah, luas -yang berkaitan dengan 'size'). Bangunan itu juga harus mampu 'tampil mengalahkan' bangunan sejenis yang pernah ada di dalam negeri atau luar negeri.


Kriteria penting lainnya adalah Waktu, yakni suatu proses promosi secara terus-menerus di berbagai media dan kesempatan tentang keunggulannya, sehingga tercipta citra positif bangunan identik dan paralel dengan citra positif lembaga DPR dan negara Indonesia dimata publik secara luas, baik dalam negeri, tingkat regional dan internasional (dunia). Contohnya adalah arsitektur bangunan Petronas di Kuala Lumpur yang berhasil jadi Ikon Malaysia. Dari aspek desain arsitektur, menara Petronas punya keunikan, khas, teknis bangunan dan desain yang hebat serta aspek 'ter'. Di sisi lain, pemerintah Malaysia tak henti mempromosikannya ke dunia Internasional. Sejalan dengan semua itu terciptalah image positif bangunan Petronas yang paralel dengan citra positif pesatnya pembangunan ekonomi Malaysia saat itu. Maka Petronas benar-benar jadi Ikon Malaysia yang membanggakan bangsanya di dunia Internasional.


[caption id="attachment_380053" align="aligncenter" width="510" caption="Menara Petronas, Malaysia. Sumber gambar ; https://iwandahnial.files.wordpress.com/2011/04/petronas-1.jpg"]

1429913100450233084
1429913100450233084
[/caption]

Sebuah Ikon bisa juga tercipta dari kontroversi, tragedi dan Ironi. Artinya, ada suatu kejadian sangat luar biasa, yang memilukan, mengherankan atau menggelikan-yang intinya bertolak belakang dengan situasi suatu bangsa saat itu. Misalnya sebuah bangsa yang miskin, terkenal suka korupsi, pelanggar HAM berat namun mereka 'berhasil' mendirikan bangunan unik yang sangat mewah-mahal (sangat tinggi atau besar). Bangunan itu nyatanya tak lebih sebuah propaganda semat sehingga di sisi lain makna yang terkandung didalamnya menjadi menggelikan banyak orang. Ikon bangunan tersebut tercipta dari ironi. Citra positif teknis berbanding terbalik dengan citra negatif bangsa tersebut dimata internasional.


[caption id="attachment_380052" align="aligncenter" width="555" caption="http://gambar-kata.com/wp-content/uploads/2014/08/gambar-kata-kata-soekarno-555x312.jpg"]

14299128011654295861
14299128011654295861
[/caption]

Dahulu Monas (Monumen Nasional) di Jakarta pernah menjadi Ikon bangsa Indonesia yang membanggakan, namun itu semua tercipta dari sebuah ironi bangsa Indonesia ketika Soekarno dengan 'politik mercusuar'-nya membangun Monas ditengah-tengah kemiskinan rakyat, menggunakan dana hutang luar negeri yang besar dan situasi politik negara yang kacau balau. Makna yang ingin ditampilkan adalah Patriotisme dan Nasionalisme Bangsa, bukan keberhasilan ekonomi dan politik seperti Petronas Malaysia.


Kembali kepada 'niat' DPR membangun fasilitas gedungnya serta restu Presiden Jokowi, bila jadi Ikon bangsa Indonesia maka bangunan itu berlandaskan Ironi karena melihat kinerja DPR yang belum positif dan mendunia, situasi ekonomi Indonesia belum baik, banyaknya rakyat masih miskin, hutang negara masih bertumpuk, dan peringkat korupsi negara yang aduhai.


Rencana membangun gedung DPR RI yang akan 'dijadikan' Ikon tersebut sebenarnya sudah ada sejak era pemerintahan SBY. Namun kemudian dibatalkan karena-selain banyak ditentang rakyat-rezim SBY 'tidak berani' ambil resiko diperolok rakyat sendiri dan dunia Internasional. Bisa juga SBY tahu diri, mungkin malu 'bergaya' ditengah kemelaratan dan penderitaan rakyat yang masih butuh dana pembangunan guna peningkatan taraf hidupnya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun